Saturday, February 15, 2003

Islam Agama Pembela

Tidak adanya pertautan antara prilaku dan moral sosial adalah titik perhatian setiap agama. Pemeluk agama akan mengalami kebingungan dalam memecahkan realitas kaku bernuansa egoisme di tengah masyarakat. Sikap peka dan mau menolong pada penderitaan kaum lemah, pada kaum pemeluk agama, terasa sangat tipis. Megawati pada hari pangan sedunia, Roma, Juni 2002, menegaskan: anak-anak terlantar dan orang miskin berjumlah 50 juta jiwa. Jumlah tersebut terus merangkak seiring dengan krisis yang semakin mengenaskan. Pengangguran mencapai 45 juta jiwa. Kendati diucapkan oleh Megawati, Presiden dan Kepala Pemerintahan Indonesia, apa yang pemerintahnya perbuat? Kemiskinan di negeri ini seolah-olah dipelihara.

Korban kemiskinan tersistem yang meraja-lela ini adalah kaum ibu, perempuan, serta anak-anak. Banyaknya para suami yang di PHK membuat kaum ibu membanting tulang untuk turut bekerja demi memenuhi kebutuhan anak-anak dan domestik. Kebijakan pemerintah mempertahankan pertumbuhan ekonomi melalui industri, menyeret perempuan masuk ke dalam sektor pabrik dengan upah sangat rendah, dan tanpa mendapatkan tunjangan keluarga. Karena perempuan dihitung sebagai satu orang, walaupun mempunyai suami dan anak-anak. Perempuan juga rentan terhadap PHK sepihak pihak pabrik. Keterbatasan juga menambahkan kesulitan perempuan: hamil, cuti haid, dan mendekati pensiun. Sebab-sebab diatas, perempuan seperti hidup tanpa pembelaan.

Ada kesenjangan antara ajaran agama dengan pelaksanaan keberagamaan. Agama yang mengambil wilayah privat dengan keshalehan seseorang kepada Tuhannya, sayapnya harus dikepakkan untuk peka pada urusan manusia lain. Seseorang belum disebut sebagai orang yang beriman sejati, apabila ia membiarkan tetangganya mati kelaparan, sedangkan ia bergelimang harta.

Seseorang membiarkan penindasan dan penderitaan yang digerakkan oleh sistem, sedang dia diam, padahal mampu membebaskan penderitaaan itu, maka ia disebut orang yang sangat lemah imannya. Perlu ada keseimbangan antara penghayatan agama dan perilaku dengan mengedepankan kemaslahatan publik. Ukuran tingkat kesalehan seseorang adalah sejauhmana implementasi kesalehan tersebut dalam membangun masyarakat.

Manusia adalah bagian ummat. Untuk itu, menjalankan visi kemanusiaan dimuka bumi adalah wajib. Ia menapak hidup harus sesuai dengan perintah Tuhan guna menciptakan hidup bahagia, bagi dirinya dan lingkungannya. Setiap agama membawa nilai demi kebahagiaan pemeluknya. Kebahagian tersebut tidak lain adalah kebahagian bersama seluruh bagian masyarakat. Islam menekankan pemihakan pada segmen lapisan masyarakat lemah. Dan, perempuan adalah segmen paling tidak diuntungkan di masyarakat.

Pemihakan Islam pada prinsip kemanusiaan musti menjadi tolak ukur amal dan kesalehan seseorang. Pemihakan Islam ini adalah kepada mereka yang tertindas, menderita, atau terpinggirkan oleh sistem. Kebenaran dan keadilan dalam sistem ajaran Islam harus menjadi prinsip iman setiap pemeluknya. Sejarah Islam adalah sejarah pembebasan sebuah masyarakat dari belenggu penindasan. Muhammad (SAW), selain diutus untuk menyebarkan ajarah tauhid, juga untuk menciptakan kemaslahatan di tengah-tengah masyrakat.

Jadi, semakin saleh seorang Muslim, maka dia akan semakin peka terhadap masyarakat dan lingkungannya.

Thursday, February 13, 2003

Kisah Korban Naker dan Upaya Pencegahan

Kisah pemulangan empat ABG korban naker (Surya, Selasa, 11 Februari 2003) mengisi lembaran tragedi anak manusia di bawah umur yang disekap dan akan dijual sebagai PSK di Surabaya. Keempat-empatnya: Sutiami, Sulastri, Sari dan Sanatun adalah warga Banyuanyar, Tiris, Probolinggo.

Kejadian ini berawal dari keinginan mereka untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sedihnya, berakhir dengan penyekapan, sebelum akhirnya ditemukan oleh polisi. Sebuah tragedi yang sangat memilukan. Apalagi bagi orang tuanya yang telah menghidupi mereka sejak kecil dengan jerih payah menjual daun kayu jati.

Ketidak-siapan mental bagi anak-anak perempuan untuk bekerja, akan berakibat pada tindak kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kita terperanjat melihat kejadian kekerasan telah menimpa pada kaum perempuan. Berbagai kasus menyebabkan kita tersentuh. Tapi, apa sikap kita? Tidak ada. Tidak banyak yang kita perbuat, kecuali hanya beriba. Padahal kalau kita mau merenungkan betapa kompleksnya persoalan itu, proses rasa iba harus berlanjut. Kekerasan tidak bisa berhenti begitu saja tanpa kita mau melakukan perubahan.

Untuk itu, menurut saya, proses pencegahan agar korban tidak semakin bertambah, dari sejak sekarang harus mulai kita fikirkan: bagaimana kita bisa meminimalisir kejadian serupa. Tuhan sering memberikan pelajaran kepada manusia, tetapi selalu saja kita lupa belajar dari peristiwa yang sama. Dan kejadian seperti itu terus berlanjut.

Kasus penjualan anak di bawah umur merupakan kejahatan yang sudah tersistem sedemikian rupa dalam jaringan terorganisir. Jaringan ini tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Anak-anak yang belum dewasa dari kelas ekonomi rendah menjadi sasaran utama bisnis trafficking ini. Untuk itu, kaum perempuan seharusnya melakukan aksi penyadaran kepada lingkungannya.

Tip penyadaran lingkungan

Maraknya korban penipuan pekerjaan pada anak-anak di bawah umur seperti kasus di atas, memberikan pelajaran bagi kita untuk membentengi masyarakat perempuan dari tipu daya dan janji-janji gombal. Ada tujuh langkah positif menjaga diri bagi seorang remaja. Pertama, proaktif. Yaitu, satu sikap yang selalu aktif dalam berbagai event kegiatan. Sikap pasif hanya akan membuat manusia terkebelakang. Berani bertanya, karena, pertanyaan bodoh adalah pertanyaan yang tidak terlontarkan. Untuk itu, bertanya apabila kita mengalami ketidak-jelasan tentang suatu pekerjaan yang ditawarkan kepada kita. Sikap proaktif dapat dilakukan dengan cara belajar menyikapi hidup dan keadaan dengan giat dan aktif dalam menyempurnakan kemampuan. Membekali diri dengan selalu tanggap dengan dinamika dan realitas yang ada, dan menggunakannya menjadi peluang untuk mendapatkan apa yang menjadi impian kita.

Kedua, positive thinking. Yaitu, berpikir positif dan menjahui prasangka yang tidak beralasan. Dengan berpikir sukses kita akan menemukan syarat dan cara meraih apa yang kita impikan. Asset paling berharga adalah sikap positif terhadap diri sendiri dan pada orang lain. Manusia akan semakin cerdas apabila memberikan penghargaan positif terhadap dirinya. Dengan mengatakan "aku bisa", maka akan melahirkan potensi baik untuk berusaha memenuhi harapan. Tujuan dan harapan adalah titik awal seseorang menggayuh potensi.

Ketiga, kebebasan diri. Jadikanlah diri seseorang sesuai dengan kemauannya. "Menjadi diri kita sendiri" adalah pilihan terbaik untuk mencapai kebahagian hakiki. Tentukan takdir kita oleh kita sendiri, bukan oleh orang lain. Jangan biar orang lain merampas hak hidup dalam menggayuh hitam putihnya kehidupan. Orang tua dan guru serta teman-teman memang penting, namun demikian, jangan biarkan diri kita diperbudak orang lain dalam menentukan keputusan yang kita ambil. Kebanyakan remaja selalu mengikuti mode dikelompoknya hanya untuk menunjukkan identitas. Namun, jika dalam mengekspresikan itu tidak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani kita, maka terus-teranglah untuk mengatakan "tidak", terutama dalam hal-hal merusak diri dan kepribadian kita.

Keempat, menjadikan perbedaan sebagai manfaat. Manusia ditakdirkan lahir berbeda-beda untuk saling kenal dan mengenal antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Dengan menggunakan perbedaan, maka akan diperoleh kerja sama baik untuk mencapai tujuan dan harapan.

Kelima, berusahalah memahami setelah mendengarkan. Manusia diciptakan dengan dua telinga dan satu mulut. Hal ini mempunyai arti untuk mendengar seluas-luasnya sebelum memahami persoalan. Dengan mendengarkan lebih banyak akan membantu kita memahami keadaan secara lebih realistis.

Keenam, lakukanlah. Jangan hanya bicara, tetapi wujudkan impian kita dengan mengerjakan. Dengan berawal dari berbuat, maka akan mampu mengoreksi secara bertahap kekurangan, sebelum mencapai nilai kesempurnaan. Tanpa berbuat, maka seseorang tidak akan mengetahui kelemahan dirinya.

Ketujuh, ciptakan kreativitas baru. Perubahan adalah kehendak Tuhan. manusia setia saat mampu berubah dengan menggunakan akal budinya menuju perbaikan. Gerak fikir dan badan dalam memodifikasi tiap pekerjaan akan berakhir dengan perubahan yang baru. Hasil yang dicapai dari kerja keras akan melahirkan produk yang mengagumkan.

7 keterampilan menjaga diri:
· Proaktif
· positif thinking
· kebebasan diri
· menjadikan perbedaan sebagai manfaat
· berusahalah memahami setelah mendengarkan
· lakukanlah
· menciptakan kreativitas baru

Friday, February 07, 2003

Fenomena Kekerasan Seksual

Masyarakat yang sejahtera, bercukupan, serta mengamalkan nilai-nilai Islami, masih jauh dari harapan. Kondisi real di masyarakat makin bertambahnya orang miskin, menderita, berpendidikan rendah dan pengangguran. Masyarakat indonesia mengalami krisis multidimensional, terlebih krisis moral dan ekonomi yang sangat mengkhawatirkan. Contoh, di Probolinggo, Joewarno membunuh ibu kandungnya dengan cara memukul kepala dengan besi. Kejadian ini pada hari minggu, 8 September 2002. Sedang di Batu, Malang, pada tangal 5 Februari 2003, seorang kakek memperkosa dua puluh anak perempuan, dan ada yang hamil akibat nafsu bejatnya. Di Banyuwangi, pada tanggal 6 Februari 2003 terkuak seorang guru mensodomi lima belas muridnya ( Surya ). Bahkan fenomena terakhir, ada Ayah menghamili anak kandungnya sendiri. Jawa Pos dalam kolom Radar Bromo, 28 dan 29 Desember 2002, memuat kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh anak-anak. Edisi Minggu mengulas tragedi yang dilakukan oleh Har, 14 th., siswa SD yang memperkosa Melati, 5 th.

Kejadian-kejadian di atas sangat memprihatinkan, karena perilaku tersebut tidak sesuai dengan norma-norma hukum agama, dan moral masyarakat. Namun demikian, betapapun pahitnya kejadian ini, kita tidak bisa menutup mata begitu saja, karena kejadian ini adalah aib masyarakat. Masalah pemerkosaan dan kekerasan kepada perempuan seperti gumpalan gunung es yang tidak terdata dengan pasti. Meskipun sangat banyak terjadi tindak kekerasan, namun data yang tercatat di kepolisian sedikit saja. Budaya tabu dan dipandang sebagai aib, apabila melanggar nilai-nilai masyarakat, menyebabkan sulitnya membantu melacak perilaku menyimpang di masyarakat. Bahkan, terkesan ditutup-tutupi oleh pelaku dan keluarganya.

Perbuatan perkosaan yang dinilai salah oleh masyarakat terangkat kepermukaan manakala terungkap kasus menyimpang yang dilakukan oleh anak-anak dibawah umur. Mencermati pemerkosaan yang dilakukan oleh Har yang masih bocah kepada melati dipicu oleh situasi dan kondisi yang memberi kesempatan untuk melakukan perbuatan itu. Tentu ini menjadi kajian menarik untuk dikritisi. Fenomena kontrol orang tua dan masyarakat yang lemah terhadap anak-anak menjadi pelajaran berharga kita, untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.

Moralitas anak bangsa yang semakin meninggalkan ajaran-ajaran agamanya menjadi problem yang sangat kompleks. Nilai-nilai modern dan liberal yang disaksikan setiap hari oleh media massa mempunyai pengaruh yang luas bagi anak-anak. Banyaknya film-film kekerasan yang dipertontonkan di media elektronik, seperti TV, VCD, Internet secara bebas dikonsumsi oleh masyarakat. Anak-anak menonton film dan menelan mentah-mentah isi yang mereka lihat.

Keinginan untuk mencontoh pada diri anak-anak sangat besar. Setiap hari anak-anak selalu menonton televisi yang membuat anak menjadi malas untuk beraktivitas. Terlebih jika liburan, terkadang seharian menonton televisi. Anak cenderung mengikuti model yang mereka lihat secara terus menerus tanpa filter yang memadai dari orang tua. Pendampingan selama anak menyaksikan acara TV perlu menjadi perhatian dari orang tua. Penjelasan tentang adegan – adegan kekerasan dan pornografi sebaiknya di jelaskan oleh orang tua, atau mengganti chanel TV lain manakala ada film yang berpotensi mempengaruhi kepribadian anak.

Peran yang bisa dimainkan untuk mencegah agar mampu mengurangi tindak kekerasan yaitu control dari masyarakat. Selama ini kontrol masyarakat terhadap kekerasan sosial sangat longgar. Peralihan budaya individualistis menjadikan masyarakat merasa acuh terhadap persoalan orang lain. Kontrol masyarakat dengan cara mengajak masyarakat untuk menjaga kondisi masyarakatnya secara bersama-sama dan menggunakan nalar secara rasional untuk mengatasi problema kekerasaan akibat kemiskinan ini.

Selain itu, masyarakat juga menaruh kepercayaan besar kepada para penegak hukum untuk menindak secara adil kepada pelaku tindak kekerasan seksual dengan hukuman yang adil dan membuatnya jera untuk tidak mengulangi perbuatan keji tersebut. Di samping itu penyelesaian problem sosial semacam ini, harus dimulai dari akar masalah: kemiskinan.

Krisis moral mengakibatkan tindak kekerasan yang meresahkan masyarakat. Alasan ekonomi yang semakin susah banyak menjadi alasan para perempuan lari kelembah kenistaan. Ketidak-peduliaan masyarakat terhadap pekerjaan kotor hanya menjadikan para pekerja seksual terasing dari masyarakatnya. Eksistensinya yang tidak diakui dan ditangkapi oleh aparat pemerintah semakin mengucilkan rasa kemanusiaannya. Persoalannya yang mendasar tentang ekonomi seakan tidak menyentuh relitas kehidupannya. Penguasa cenderung membuat peraturan anti maksiat tanpa memberikan solusi pekerjaan yang akan diambil setelah pemberlakuan peraturan daerah tersebut. Delimatis, memang. Permasalahan sosial yang sangat meresahkan ini seharusnya menjadi pijakan arif untuk memberikan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki. Bukankah, dengan demikian, fenomena kekerasan seksual tidak mustahil akan terkikis habis?

Peran Kemanusiaan adalah Amanah Tuhan

Karen amstrong (2000) dalam bukunya 'Sejarah Tuhan' memberikan penjabaran tentang pencarian manusia akan gambaran Tuhan selama 4000 tahun. Islam pun dibahas secara tuntas dalam agama yang dibawa oleh Muhammad untuk memproklamirkan Tuhan versi Islam.

Kehadiran Tuhan dalam pandangan Islam menjadi wahyu utama dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Bacaan tersebut menunjukkan pada penjelasan tentang ke-Esa-an Tuhan yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah, dan mengajari manusia dengan perantaraan kalam. Ini adalah misi perubahan yang sangat revolusioner dengan penghancuran pada keyakinan untuk menghamba pada selain Tuhan.

Nabi Muhammad membawa pembebasan kepada manusia untuk hanya tunduk dan patuh pada Allah SWT dan meninggalkan segala penyembahan kepada selainNya. Gagasan ini menjadi landasan kuat untuk menerobos segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh penguasa, benda – benda materi yang membelenggu manusia dengan bungkus kapitalisme global. Ketakutan diri yang berlebihan pada kenistaan dan kelaparan, ancaman akan hilang dengan berserah diri dan bertekad untuk tidak diperbudak oleh nafsu.

Tuhan yang maha besar dengan segala ciptaanNya telah menganugrahkan kepada manusia akan alam semesta untuk dikelola agar mencapai kesejahteraan. Manusia bergerak dan bernafas adalah bukti kehadiran Tuhan dalam dimensi kekuasaanNya. Nilai pembebasan yang Tuhan berikan kepada manusia dimuka bumi ini membawa perubahan yang spektakuler bagi kemajuan peradaban berabad-abad lamanya. Manusia dengan akal budinya secara kreatif membangun peradaban secara terus menerus menuju harapan yang diimpikannya. Kita melihat manusia berjalan dan ada yang terbang, manusia yang miskin dan tertindas, sementara yang lain berusaha menindas untuk keperluannya. Keaneragaman ini merupakan tantangan kepada manusia untuk berlomba menciptakan kebaikan dimuka bumi ini.

Tuhan menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling kenal mengenal dan berlomba dalam hal kebaikan. Dalam realitas kehidupan, ternyata, penuh dengan konflik antar sesama manusia untuk memperoleh ambisi dan obsesinya. Perang yang terjadi telah menghancurkan dan mengorbankan nyawa manusia menjadi cara yang ditunjukkan untuk membuktikan kekuatannya pada bangsa lain. Genderang perang sudah dipukul, perang akan meletus lagi antara Irak dan Amerika Serikat serta sekutunya dengan dalih yang bermacam-macam. Menurut Amerika perang harus dilaksanakan untuk memusnahkan senjata biologi pemusnah massal yang dibuat oleh Irak, sebaliknya Irak berkeyakinan bahwa Amerika menyerangnya karena alasan ekonomi untuk merampas minyak dan menjadikan Irak sebagai pusat dari agenda terselubung Amerika untuk menguasai timur tengah. Apapun alasan kedua Negara tersebut, sesungguhnya perang akan menghancurkan manusia yang tak berdosa dan anak-anak yang kehilangan masa depannya. Bahkan, Saddam Husein menjadikan jutaan rakyatnya sebagai tameng pertahanan Irak. Perang tidak bisa dibenarkan secara logika untuk menyelamatkan eksistensi manusia yang lain yang diciptkan oleh Tuhan untuk hidup damai berdampingan dengan segala perbedaannya.

Kekerasan yang dilakukan oleh manusia hanya akan membawa pada kerusakan di dunia. Manusia diberikan kelebihan akal budi untuk berpikir secara jernih dan cerdas, menggunakan cara-cara yang baik untuk mencapai kesejahteraannya. Tuhan memberikan kebebasan untuk memilih jalan yang baik dan buruk, agar teruji kemulyaan manusia. Barangsiapa yang mengerjakan perbuatan yang berguna dan membawa kebaikan maka Tuhan akan memberikan balasannya. Sesungguhnya manusia akan mempertanggungjawabkan amanah yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia di kehidupan akhirat. Kehidupan yang semua manusia akan dibalas secara adil oleh Tuhan sesuai dengan perbuatannya.

Kehidupan manusia hari ini adalah memperbincangkan peran kemanusiaannya dimuka bumi ini. Salah satunya, bagaimana manusia bisa bermanfaat dimuka bumi? "Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika kaum tidak merubahnya". Peringatan ini perlu menjadi spirit manusia untuk melakukan perubahan pada perbaikan. Kehadiran perdamaian yang membawa pencerahan kehidupan manusia yang hakiki adalah nilai dari Islam. Jika kehidupan ummat Islam berada dalam struktur masyarakat yang lemah dan miskin adalah tanggung jawab kita bersama untuk membawa perubahan pada penghidupan yang layak. Untuk membawa pencerahan dan membongkar permasalahan yang ada, maka diperlukan kerja keras yang nyata melakukan perbaikan dibidang ekonomi ummat Islam di Indonesia.

Asas ekonomi yang mengutamakan kepentingan manusia secara umum dan meninggalkan sistem riba (melipatgandakan) harus menjadi titik perhatian. Pemberdayaan ekonomi orang miskin dengan memberikan modal usaha dan menciptakan pasar yang memberi peluang para pengusaha kecil untuk tumbuh mandiri. Dengan melakukan perubahan pada tingkat basis, akan membawa cahaya kehidupan baru bagi ummat Islam dimasa mendatang, yaitu hidup mandiri dengan mengabdikan diri secara totalitas hanya kepada Allah SWT. Dengan membebaskan ketergantungan ekonomi yang menyelimuti Indonesia ini, maka manusia akan melaju membawa perannya sebagai wakil Tuhan di dunia ini sesuai dengan maksud penciptaan manusia oleh Tuhan. Peran yang bisa dimainkan adalah merebut peradaban dengan nilai – nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan.

Kerja keras untuk memperjuangkan pembebasan dari segala penderitaan manusia adalah semangat yang telah diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Tuhan memberikan kemampuan kepada mata kita untuk melihat dan menyerap pemandangan seisi dunia dalam sekejab. Lihatlah jendela, dan perhatikan taman, maka kita akan melihat 13.000 warna yang berbeda dalam sekejab. Sungguh, perumpamaan ini memberikan kemampuan kepada manusia untuk membaca realitas dan melakukan perbaikan bersama semua pihak. Melihat realitas yang terjadi di tempat kita berpijak, dan segera memikirkan alternatif pemecahannya, serta melakukan aksi konkrit, adalah misi Islam emansipatoris. Modifikasi dari berbagai budaya yang telah dilalui oleh ummat Islam akan membawa pembaharuan yang menakjubkan. Penafsiran baru secara terus menerus akan berkembang bersama peradaban nyata. Masa depan Islam yang membebaskan bukan suatu impian yang tak teraih, melainkan realitas yang terus diperjuangkan dengan kesungguhan hati.

Pengabdian yang tulus ikhlas kepada problem kemanusiaan selayaknya menjadi panggilan tugas setiap manusia. Tuhan akan memberikan hidayahNya kepada manusia yang mau menolong hambaNya. Tuhan bisa saja menciptakan semua manusia sama dan beriman kepada Tuhan secara seragam seluruh dunia dengan kekuasaanNya. Namun, Tuhan menghendaki lain dengan menciptakan perbedaan di antara manusia agar manusia berlomba untuk mencapai kemulyaan disisi Tuhan YME. Dalam menghadai perbedaan manusia cenderung berselisih paham dan bermuara pada konflik kekerasan. Dalam realitas kehidupan sangat jelas kita mengelola perbedaan setiap saat antara diri sendiri, pertentangan antara akal, hati (moral) dan keinginan (kesenangan). Tuhan telah menciptakan kebebasan manusia untuk menentukan dan memutuskan kehidupannya. Di sekeliling kita selalu terjadi interaksi dengan orang lain yang syarat dengan kepentingan dan keanekaragaman. Pengelolaan konflik dengan membingkai prinsip toleransi sangat penting dilakukan. Hal ini menjadi ciri khas bangsa kita yang multi-budaya dan multi-etnik yang membawa konsekwensi pada pemahaman secara mendalam akan perbedaan setiap individu.

Cara untuk memahami perbedaan ini, seringkali manusia tidak mampu secara arif menyikapinya. Berbagai kebijakan dinegeri ini saling kontapruduktif dalam memahami kehendak satu dan lainnya. Para mahasiswa memahami penderitaan rakyat akibat kebijakan dari kenaikan telepon, BBM dan listrik menyerukan pembatalan. Sementara penguasa memahami penderitaan rakyat dengan sisi yang berbeda dengan menghilangkan subsidi agar rakyat terbiasa dengan kemandirian. Kekuasaan yang berbeda menyikapi para pengunjuk rasa dengan cara represif dalam menghadapi aspirasi sebagian rakyat telah banyak mengalami korban berdarah-darah. Roda pemerintahan dibawah payung Megawati semakin nampak perlawanan dari elemen mahasiswa secera serentak di berbagai daerah. Bahkan 15.000 ribu mahasiswa turun jalan menginginkan pergantian pemerintah pada hari kamis, 6 Pebruari 2004 di istana Jakarta yang berakhir dengan bentrok oleh aparat.

Dari kasus seperti ini dapat diartikan masih sulitnya kita memahami dan mengambil langkah arif dalam menyelesaikan problem kemanusiaan. Namun, bagaimanapun sulitnya, manusia seyogyanya senantiasa berusaha menghindarkan kekerasan dalam segala sepak terjangnya. Bukankah, peran kemanusiaan adalah amanah Tuhan?

Ambivalensi Gerakan PKK

Menanggapi tulisan yang dimuat Surya, sabtu, 21 Desember 2002, tentang model kerja PKK untuk mengidentifikasi kekerasan di daerah masing-masing perlu direnungkan kembali praksisnya. Perjalanan gerakan organisasi ini, yang mayoritas kaum ibu-ibu dengan menggantungkan pekerjaan suami secara struktural, merupakan bias dari pemberdayaan perempuan itu sendiri. Kenapa? Karena, selama orde baru kaum perempuan terkooptasi dalam jaringan organisasi yang sangat sempit. Peran politik, sosial dan ekonomi perempuan sangat minim.

Data statistik keterlibatan perempuan pada tahun 1997, dari 100 juta perempuan di Indonesia, dalam bidang politik hanyalah 2%, sedangkan laki-laki 98%. Usulan agar perempuan sepertiga dari jumlah anggota laki-laki sebagai penentu kebijakan, ditolak oleh anggota DPR pada tahun 2002. Munculnya PKK menjadi perhatian serius untuk ditinjau kembali. Apakah eksistensinya sebagai pelengkap dari ruang kerja wilayah para suami saja?

Bukan rahasia lagi, organisasi PKK mengikuti alur jabatan yang dimiliki para suami. Jika suaminya menjadi pejabat publik, para istripun otomatis terlibat penuh dalam acara PKK. Kesan ini nampaknya belum terhapus begitu saja di masyarakat, karena, pada realitas, secara organisatoris, PKK sulit tersentuh oleh perempuan yang tidak mempunyai akses jabatan publik. Kesan elitis itu nampak jelas dengan segala fasilitas yang PKK peroleh dari pemerintah. Sumber dana kegiatan dan personel pengurus senantiasa berkaitan dengan institusi pemerintah.

Merubah imej PKK menjadi gerakan masyarakat untuk memberdayakan masih jauh dari harapan. Kesan yang dibangun oleh PKK selama orde baru menyisakan beban historis yang berat bagi PKK. Keterpasungan perempuan selama orde baru dibungkus oleh aktivitas PKK dengan segala kemudahan yang PKK peroleh dari kekuasaan.

PKK dalam perjalanannya banyak membuat sibuk masyarakat bawah. Contoh; jika ibu-ibu PKK mengadakan turba, kunjungan ke desa untuk merealisasikan programnya, atau meninjau para pekerja di pabrik, di sawah secara langsung, maka kunjungan itu merepotkan aparat pedesaan dan masyarakat. Masyarakat tersita waktunya untuk menghadiri acara seremonial penyambutan pengurus PKK daerah, melayani kebutuhan ibu-ibu tersebut selama kunjungan. Dan, seringkali pengurus PKK menerima pemberian hasil bumi atau hasil produksi dari masyarakat miskin di pedesaan. Ironis. PKK yang mempunyai visi pemberdayaan malah “merepotkan” masyarakat. Budaya feodalistik yang berkembang dimasyarakat memperkuat imej bahwa masyarakat seakan-akan menjadi pelayan bagi institusi pemerintahan.

Gebyar reformasi menuntut gerakan PKK berubah untuk menjadi pelayan masyarakat tak sepenuhnya mampu terwujudkan. Tuntutan agar PKK dibubarkan saja jika menambah beban masyarakat, selayaknya menjadi cambuk bagi pengurus PKK untuk berbuat dalam bukti nyata. Hantaman krisis ekonomi dan politik menjadi tantangan bagi PKK untuk bertindak membebaskan kaum perempuan yang tertindas. Ancaman kekerasan yang dialami oleh tenaga kerja indonesia menjadi konsern PKK untuk membantu kaum perempuan keluar dari problematiknya. Persoalan kelaparan dan keamanan perempuan juga perlu digarap oleh PKK.

Kebanyakan problem kemanusiaan khususnya perempuan adalah persoalan ekonomi yang lemah. Masalah perempuan memilih bekerja sebagai wanita tuna susila dengan segala resiko yang harus perempuan tanggung, sebenarnya, bermuara pada persoalan lapar dan keamanan. Persoalan lapar ini mempunyai implikasi yang besar pada potret kehidupan perempuan. Perjuangan untuk memperoleh makan bagi keluarga yang miskin seringkali mengorbankan hak-hak kemanusiaannya. Derajat kemanusiaan untuk menjadi baik dan berperilaku secara moralistik terkadap perempuan terjang untuk memenuhi kebutuhan makan bagi keluarga.

Permasalahan kemiskinan yang melanda Indonesia pada umumnya dibagi menjadi dua: pertama, orang miskin yang sebenarnya, dan kedua, orang yang merasa miskin. Orang yang miskin sebenarnya inilah kebanyakan para perempuan yang miskin ilmu, juga harta benda. Proses kemiskinan strukturalis dalam bingkai kapitalisme inilah menjadi penting bagi organisasi perempuan seperti PKK untuk bersama-sama mengadakan pembebasan kepada ketertindasan.

Semangat perubahan gerakan PKK menjadi pembela kaum miskin akan mendongkrak kepercayaan publik. Sikap untuk berjuang melalui gerakan pemberdayaan perlu kerjasama semua pihak tanpa membedakan status jabatan, agama, ras, dan suku. Pendidikan untuk menanamkan persamaan hak dan kewajiban sebagai manusia untuk mengemban amanat perdamaian dimuka bumi secara santun menjadi tolak ukur peran yang bisa PKK mainkan dalam percaturan global. Bahwa PKK bisa menjadi gerakan untuk mendata, dan membantu korban kekerasan perempuan dalam rumah tangga dan masyarakat, memang penting. Tapi mencari akar persoalan mengapa terjadi kekerasan, dan mencegah terjadinya penindasan, jauh lebih penting untuk direalisasikan oleh PKK agar bisa menyelamatkan generasi berikutnya dari segala kekerasan pada perempuan.

Ada 5 metode agar PKK bisa mengerjakan tugas memberdayakan perempuan. Pertama, PKK konsern dalam membela kaum miskin yang kelaparan dengan cara membantu ekonomi kaum perempuan. Jika persoalan kelaparan dan keamanan ini teratasi maka dengan sendirinya persoalan kekerasan semakin kecil. Keamanan kaum perempuan akan tercapai jika perangkat undang-undang dibuat dan direalisasikan dengan adil dan benar.

Kedua, PKK selayaknya mau melepaskan diri dari fasilitas pemerintah yang berlebihan. Ketergantungan dana yang tinggi hanya akan menjadikan PKK semakin dijauhi dari masyarakat. Kemandirian PKK dalam kegiatan menjadi organisasi yang lebih bermartabat.

Ketiga, pengurus yang profesional menuntut PKK untuk membuka diri dari segala intervensi jabatan suami. Seleksi pengurus PKK perlu memperhatikan sumber daya manusia yang tangguh dan pandai memenej organisasi. Jika tidak, PKK hanyalah kumpulan para istri pejabat yang perannya tidak jelas.

Keempat, PKK perlu menjalin kerjasama yang baik dengan semua organisasi yang bergerak dalam bidang kemanusiaan. Penguatan organisasi perempuan perlu diciptakan sendiri dengan membentuk jaringan kerja bersama.

Kelima, program kerja PKK berorientaasi pada praksis. Artinya PKK bergerak pada aksi-aksi nyata memberdayakan dan memihak kaum perempuan. Potret suram perempuan pada tragedi Nunukan yang menelantarkan ribuan pekerja kaum perempuan tidak cukup dengan wacana, tapi melindungi dengan perangkat undang-undang yang melindungi hak imigran dengan adil tanpa memungut bayaran.

Perubahan hidup perempuan dicapai dengan bersama-sama dalam jumlah yang banyak. Proses perubahan penting lainnya adalah memajukan kaum tertindas yang mengalami kemiskinan secara struktural. Kemajuan peran perempuan bukan dinilai dari presiden perempuan saja, melainkan dari peran masyarakat khususnya perempuan dalam kesejahteraan kehidupan yang berkemanusiaan. PKK mempunyai peran strategis guna mendampingi kaum perempuan agar keluar dari belenggu penderitaan. Apalah artinya presiden perempuan, jika berjuta-juta perempuan yang lain menderita kelaparan dan terancam keamanannya. Bukankah begitu?

Petani Tembakau, Nasibmu kini...

Krisis ekonomi ditandai dengan kebingungan para petani tembakau. Sekarang petani kesulitan untuk memasarkan hasil panennya karena tidak laku dijual. Di daerah Jember saja masih terdapat 200 ton tembakau yang tidak laku dijual dan masyarakat akan membakarnya di kantor pemerintah kabupaten setempat agar pemerintah mau menaikkan harga tembakau pada panen mendatang (Surya, 31 januari 2003). Kesulitan para petani berasal dari susahnya membeli bibit dan pupuk untuk menanam tembakau. Para petani mencari modal menanam tembakau dengan bunga yang sangat tinggi ( Riba ). Contohnya, meminjam satu juta rupiah selama tiga bulan, dan mengembalikan satu juta lima ratus rupiah. Harga pupuk juga tidak terjangkau oleh para petani. Satu kalengnya sampai menjangkau Rp. 100.000,00. Kenyataan ini mengakibatkan para petani Indonesia semakin kesulitan manakala hasil panennya tidak terjual. Kerugian para petani berdampak pada kehidupan mereka yang miskin dan cara keagamaannya.

Dinamika keagamaan Indonesia beraneka ragam dan mengalami pasang surut. Jika musim panen tiba, banyak petani yang meninggalkan sholat, tidak mengikuti pengajian. Seluruh energi para petani untuk mengerjakan tembakau. Mulai dari mengumpulkan daun, memasatnya dan menjemur tembakau. Masyarakat indonesia sangat mempercayai mistik. Banyak petani menggunakan air yang diberi do’a-do’a oleh kiai untuk menyuburkan tanaman disawahnya. Mengobati tubuhnya, masyarakat juga percaya pada dukun. Membakar menyan untuk mengusir roh jahat dan mendapat keselamatan dengan mengunjungi makam-makam para sunan.

Ibadah hanyalah sebagai pelarian dari kesusahan saja. Masyarakat tradisional, para petani, banyak yang belum bisa mengaji Al Qur’an. Mereka tidak mampu untuk menterjemah. Apalagi untuk mentafsirkan demi kepentingan kehidupan yang lebih baik. Untuk memahami ajaran Islam, mereka mendapatkan dari tokoh masyarakat, kiai-kiai, pada saat mengikuti acara pengajian rutin. Seperti tahlil, dziba’iyah, manaqib dan istighotsah . Jika para petani mengalami kesusahan, maka rajin mengikuti acara pengajian tersebut. Sebaliknya, pada saat sibuk panen maka pengajian sepi bahkan diliburkan.

Musibah banjir dipulau Jawa ini menyebabkan sekitar 32.000 hektar sawah gagal panen pada bulan maret 2003 (Kompas, 5 pebruari 2003). Akibat musibah hujan lebat, dan resapan tanah sulit maka petani mengalami kerugian yang besar. Di Tuban, masyarakat membabat tanaman jagungnya dan menjual batangnya seharga 300-500 rupiah dalam satu kilonya. Petani semakin terjepit dengan kenaikan harga yang sangat tinggi. Harga minyak tanah yang menjadi konsumsi petani dalam kehiduan sehari-hari banyak meresahkan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan yang membengkak itu, tak jarang petani mencari pinjaman setiap hari untuk membeli beras dan minyak demi kelangsungan hidupnya.

Peran tokoh agama seperti Syuri’ah NU sangat strategis untuk memberi pencerahan kepada mereka. Di sisi lain, apa respon pemerintah untuk menaikkan harga tembakau hasil panen petani?

Monday, February 03, 2003

Belenggu Korupsi di Indonesia

Problem dasar di Indonesia ialah sistem yang memberi peluang melakukan korupsi. Penguasa dari tingkat Daerah sampai Pusat terbelenggu oleh sistem yang feodalistik. Budaya sogok dan melakukan manipulasi untuk kepentingan tertentu menjadi tren yang sulit dihilangkan. Anggaran Negara yang seharusnya dipergunakan untuk kepentingan rakyat banyak “dipotong” untuk memberi upeti pada penguasa. Bahkan, boleh jadi mempersembahkan berbagai macam fasilitas untuk melayani kepentingan penguasa.

Konteks ini seakan jauh dari konsen para pemegang kebijakan dan pelaku hukum. Amanat GBHN 1999 untuk memeberantas segala tindak korupsi tidak digubris, bahkan oknum aparatur keamanan dan pengadilan justru terlibat tindak jahat ini. Suatu sistem korup akan menjerumuskan pada eksistensi bangsa yang timpang dan syarat kemiskinan. Kebijakan R & D yang memberikan kebebasan pada para penghutang dari jeratan hukum membawa dampak yang sangat luar biasa bagi proses kemiskinan dan pengangguran di negeri ini. Uang yang selayaknya bisa untuk memanfaatkan kesejahteraan bagi rakyat banyak dikemplang begitu saja oleh segelintir orang.

Dengan dibebaskannya para penghutang akibat kebijakan R & D banyak investor yang hengkang dari Indonesia, itu berarti makin melebarnya angka pengangguran pada tahun 2003. Industri sepatu Nike yang menarik modalnya dari Indonesia. Ancaman negara Taiwan untuk menarik segala investasinya dan kebijakan luar negeri yang memperketat izin untuk menjadi tenaga kerja dari negara asing adalah contoh konkrit bahwa krisis di Indonesia ini semakin terperosok ke jurang tak menentu.

Sementara di lain pihak, kebijakan otonomi daerah yang disemangati untuk perbaikan potensi daerah tak kunjung membawa hasil. Ironisnya, justru muncul raja-raja kecil di daerah yang menjadi penguasa. Jelaslah, betapa kemajuan bangsa ini semakin terasa timpang sebelah.

Penguasa dapat menikmati hidup layak dan serba mewah, sedangkan kebanyakan rakyat sebagai alat yang ditindas penguasa. Penindasan itu dilakukan untuk melayani dan menjalankan keputusan yang sangat diskriminatif. Contoh, kasus petani yang selama ini menjadi pemback-up ekonomi nasional, namun kesejahteraannya terlantarkan. Harga hasil panennya terlantarkan akibat permainan kebijakan yang meruntuhkan harapan petani.

Petani sama sakali tidak mempunyai nilai tawar atas hasil kerja keras yang dibayar dengan harga sangat rendah. Harga hasil panen petani dipermainkan oleh penguasa yang terjebak oleh sistem kapitalistik. Bahkan dengan munculnya AFTA 2003 ini, pupuk nasional akan gulung tikar karena tidak laku di pasaran dan digantikan produksi pupuk dari Thailand. Artinya, ribuan karyawan khawatir akan nasib kerja yang tidak jelas keberadaannya dan ancaman PHK sewaktu-waktu. Belum lagi akan adanya efisiensi bagi ribuan karyawan Indosat, karyawan pabrik semen. Ini menciptakan pembengkakan pengangguran yang tiada terhitung dengan pasti. Krisis multidimensi makin bertambah akut.

Realitas krisis multidimensional tidak bisa kita diamkan begitu saja. Jika itu dibiarkan, maka akan terjadi revolusi sosial yang membawa harga mahal bagi tegaknya persatuan bangsa Indonesia. Untuk itu, dengan segala upaya penguasa dan masyarakat harus bisa mengurangi krisis dengan melakukan tindakan-tindakan, yaitu:
Pertama, hentikan korupsi dengan cara memberi upah yang sesuai dengan standar hidup yang sejahtera. Munculnya korupsi karena dua hal yaitu, mental yang rusak dan peluang melakukan korup. Untuk itu penguasa selayaknya menata ulang upah para pekerja di pemerintahan dengan standar sejahtera. Jangan harap korupsi bisa diatasi dengan tanpa memperhatikan pendapatan para pekerja di Indonesia. Jika moral dan mental rusak maka harus diganti dengan orang yang jujur dalam melakukan tugas dan amanah rakyat. Selanjutnya, kejujuran adalah perisai dari fondasi suatu bangsa yang berbudaya tinggi.

Kedua, penegakan hukum yang adil bagi pelaku koruptor. Penegakan keadilan menjadi syarat dipilihnya seorang aparat hukum dan penguasa. Keadilan adalah amanah dari Tuhan yang Maha Esa kepada manusia di muka bumi ini. Jika penegakan keadilan diabaikan oleh pemimpin, maka kehancuran ada di depan mata. Dengan memberikan hukum yang adil kepada pelanggar hukum, akan tercipta tatanan negara yang bersih.

Sayangnya, sekarang ini penegakan hukum seakan berjalan di tempat dan berhenti. Kasus yang menimpa pejabat public seperti Akbar Tanjung selaku ketua DPR RI yang sudah divonis tiga tahun masih belum mampu diseret kepenjara. Penegakan hukum yang sangat lambat ini berpengaruh pada kehidupan kebanyakan rakyat.Mereka tidak mempunyai rasa percaya pada penguasa negeri ini. Demonstrasi mahasiswa setiap hari tak juga menggugah elit penguasa. Kekerasan sikap penguasa yang kokoh dengan kebijakannya sendiri dilegitimasi oleh kekuatan militeristik. Hal itu ibarat bom waktu yang akan meledak setiap saat menakuti rakyat dengan tindakan represif. Jika itu berlanjut, akan ada benturan yang teramat keras, dan sekali lagi, rakyat selalu menjadi korban.

Ketiga, Kerja keras oleh semua lapisan masyarakat guna menciptakan lapangan pekerjaan baru. Lapangan kerja akan membantu rakyat menemukan segala peluangnya untuk berkompetisi membangun bangsa. Sulitnya lapangan pekerjaan memberikan peluang bagi munculnya kekerasan sosial yang berujung pada tindakan kriminal. Penguasa seharusnya kreatif menciptakan peluang yang mungkin bisa mengangkat masyarakat dari kemiskinannya.

Peluang itu hendaknya dijawab oleh penguasa sebagai amanat dari pendelegasian kekuasaan oleh rakyat. Penguasa yang baik bisa memberikan pelayanan kepada rakyatnya, “An excellent leader is also an excellent service provider”. Sejauh penguasa tidak bisa mengentaskan problem kemiskinan dan kebodohan, akan sulit bagi rakyat keluar dari lingkaran kemiskinan. Kemiskinan akan membawa pada kebodohan dan terbelakangnya budaya. Problem mendasar ini seperti lingkaran setan yang saling terkait satu sama lain. Selama ini, energi masyarakat habis untuk memenuhi kebutuhan perut, makan dan minum dengan berkelahi dengan sistem yang korup. Untuk pemenuhan hidup itu, masyarakat banyak yang kehilangan kemerdekaan hidupnya. Bahkan, hak-hak kemanusiaannya terampas sehingga menjadi orang yang “non person”. Untuk mendapatkan upah yang minim harus mengorbankan kepribadian, tenaga, bahkan kehilangan derajat kemanusiaannya.

Upaya perbaikan sangat dibutuhkan oleh negeri ini, agar tercipta kestabilan hidup harmoni dan penuh keadilan serta kesederajatan. Sejatinya, hidup sederhana untuk kepentingan bersama adalah satu hal yang perlu direnungkan oleh para penguasa. Langkah kongkrit guna menempuh itu perlu melakukan perbuatan yang nyata. Gaya hidup yang apa adanya tanpa merampas hak orang lain adalah kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Standar hidup sejahtera dan konkrit dengan dinamika persaingan yang bijak, akan melahirkan kompetensi dalam kebaikan. Kehidupan akan seimbang dan hak-hak masyarakat terenuhi dengan menjaga kewajibannya. Ini merupakan cita-cita civil society. Sayangnya, impian itu kini pun masih di langit angkasa yang semakin jauh dari realitas dunia. Perwujudan mimpi itu bisa tercipta bila kita membangun negeri ini dengan kerja keras, hemat dan penuh kejujuran. Mari kita bersihakan negeri ini dari belenggu korupsi!

Cara Belajar Revolusioner

Pengangguran semakin membengkak pada tahun 2003 ini. Ada 43 juta lebih usia pekerja produktif menganggur akibat ketidakmampuan pendidikan menghantarkan manusia menjadi mandiri dan berkualitas. Tantangannya, bagaimana menciptakan tenaga kerja terbaik. Untuk itu perlu terobosan secara revolusioner cara belajar yang efektif.

Selama ini, sekolah cenderung identik dengan kewajiban belajar. Akibatnya, banyak siswa merasa gagal, karena sistem sekolah dianggap membosankan dan melelahkan. Sistem belajar yang disampaikan oleh guru cenderung menakutkan, membuat siswa stress.

Jalan keluarnya, tawaran belajar yang menyenangkan dan mengasyikkan menjadi penting. Kenapa? Agar sistem pembelajaran mampu melakukan perubahan-perubahan berkualitas yang sejalan dengan dinamika masa depan yang tambah kompleks. Persaingan globalisasi membutuhkan aktor-aktor berkualitas.

Kualitas lulusan yang telah dihasilkan oleh sekolah-sekolah di Indonesia, telah sewajarnya menjadi keprihatinan kita bersama. Kewajiban anak-anak menempuh wajib belajar 9 tahun seyogyanya perlu didasari oleh visi bersama yang mengacu pada kualitas anak didik handal, mampu, mandiri dan kreatif. Sayangnya, cita-cita ini hanya memperoleh sedikit perhatian dari pemerintah dan masyarakat.

Keinginan untuk menciptakan sekolah unggul hanya pada tataran ide. Yang ada, terkesan asal-asalan, bahkan terbaca, pihak penyelenggara membiarkan kondisi sarana dan prasarana pendidikan sangat minim dari memadai dan dari berstandar mutu. Sikap bias ini begitu nampak dari alokasi anggaran untuk pendidikan di setiap daerah berkisar 5 – 10 % yang berorientasi pada pembangunan gedung semata.

Panggilan otonomi daerah seakan tidak mampu mengilhami perubahan significant menuju perbaikan kualitas pendidikan. Sedangkan pendidikan berbasis otonomi daerah yang digagas guna memenuhi standar kebutuhan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan lokal, tidak menyentuh realitas di lapangan. Ketidak-tepatan ini berdampak pada anak didik akan terbawa arus stagnasi.

Penghapusan sebagian pelajaran tidak serta merta mendapat pelajaran yang berbasis daerah, akibatnya, anak didik mengalami kemandegan dalam memahami kurikulum lokal yang dicanangkan. Aplikasi kurikulum lokal, yang idealnya menjadi kekhasan setiap daerah dengan aneka macam kekayaan alam, tak mampu diberikan pada siswa yang membutuhkan. Kurangnya perhatian penguasa daerah pada proses pencerahan pendidikan model ini nyata didepan mata.

Dengan kondisi yang serba tak menentu, serta ketidakperdulian penguasa pada rakyatnya maka perlu kecerdasan untuk mengambil langkah belajar secara revolusioner. Jika tidak, keadaan seperti saat ini takkan bisa mengentaskan Indonesia dari jurang kemiskinan. Banyak orang berjalan dan juga terbang. Sebagian lain kita menyaksikan kehidupan yang sedemikian susah dan terampas hak-hak hidup untuk kepentingan kapitalisme. Sebagian manusia tunduk pada sistem yang mengeksploitasi kehidupan dasar dan kepribadiannya semata untuk kepentingan material. Cara belajar yang memungkinkan bisa keluar dari lingkaran kapitalisme adalah belajar secara revolusioner yaitu belajar secara mengasyikkan dan menyenangkan sepanjang hidup manusia tanpa terikat oleh sistem yang memenjarakan kebebasan dengan peraturan yang mesti dipenuhi.

Konsep belajar cara revolusi akan efektif apabila anak mengalami pembebasan dalam menuangkan ide dan mengeksplorasi pikirannya. Belajar secara revolusioner adalah menjungkir-balikkan keyakinan yang telah membelenggu pikiran manusia tentang belajar yang harus di dalam kelas dan mendengarkan keterangan yang diberikan oleh guru. Belajar revolusioner memberikan ruang kepada setiap anak untuk belajar secara kreatif sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Untuk membantu belajar revolusioner, metode emasipatoris sangat cocok menentukan tindakan dan fikiran yang diyakininya. Guru berperan sebagai fasilitator dan teman berdiskusi secara sepadan tanpa menakutkan bagi anak didik. Seluruh alam menjadi media pembelajaran efektif dengan menjadikan dunia sebagai kelas. Dengan demikian akan mampu menciptakan kreasi baru setiap saat. Modifikasi dari hal-hal yang lama adalah mutlak diperankan oleh anak untuk terus memodifikasi karya-karya baru. Pelajaran tidak terfokus dalam sistem kelas dari jam 09.00-15.00 setiap senin sampai sabtu, namun berubah sesuai dengan kemampuan anak yang berbeda-beda. Setiap manusia punya keunikan untuk menentukan kapan dan berapa lama ia belajar. Bagi usia anak-anak belajar dengan cara bermain sungguh mengasyikkan. Mereka akan kreatif dengan latihan-latihan yang tidak pernah gagal.

Kompetensi merupakan suatu yang penting dalam menghadapi era pasar bebas, manusia dituntut untuk mampu secara arif menekuni bidang kemampuan yang menghasilkan karya nyata dan laku dijual di pasar. Untuk menuju perbaikan mutu dan kualitas anak didik itulah diperlukan keseriusan yang gigih dan kebesaran hati. Sikap setengah hati akan membawa pada keadaan ragu akan kemampuan diri, sebaliknya komitmen yang tinggi akan memacu meraih harapan yang nyata. Secara umum hal itu dapat ditempuh dengan belajar untuk menghasilkan out-put seperti yang diinginkan. Pikiran yang berkembang baik, gairah belajar yang tinggi dan kemampuan memadukan pengetahuan dan kerja adalah kunci-kunci baru membuka pintu masa depan.

Ada empat gaya belajar yang dikemukan oleh Anthony Gregore seorang profesor kurikulum instruksi di Universitas Connecticut yaitu; pertama, sekuensial konkrit yaitu mengutamakan realitas sebagai objek untuk memandang sesuatu. Kedua, acak konkrit yaitu kecenderungan belajar dengan cara bereksprimen. Ketiga, acak abstrak yaitu gaya belajar yang cenderung memandang dunia dengan perasaan dan emosi untuk merefleksikan dan menemukan fikiran baru dari hasil perenungannya. Keempat sekuensial abstrak yaitu gaya belajar yang tidak beraturan dan cenderung mengikuti situasi yang ada, untuk itu perlu mempelajari logika untuk menggali kemampuan yang terpendam.

Dari keempat gaya belajar tersebut diatas maka setiap anak didik memunyai kecenderungan yang unik dalam memaksimalkan kemampuan yang dimiliki. Semakin kreatif seseorang dalam mencipta, maka belajar cara revolusi menjadi alternatif model pertimbangan. Terlebih pada situasi pasar global yang menuntut cepat dalam mengambil keputusan dalam setiap saat. Kecerdasan bisnis untuk tetap bisa survive dengan kompetisi tiada batas antar negara memberi peluang bagi anak didik untuk mandiri dalam belajar. Pembatasan wilayah yang telah terpecahkan melalui media computer dan internet semakin menambah luas jaringan untuk membuka wawasan yang serba baru dengan kecepatan yang tinggi.

Dampak globalisasi membawa keuntungan sekaligus tantangan bagi anak didik untuk kreatif menggunakan kesempatan yang tidak diperoleh sebelumnya oleh guru yang mengajar. Kesempatan untuk mencari informasi tanpa guru sangat mungkin dalam kemajuan teknologi yang serba canggih. Teman bisa berperan sebagai guru, begitupun guru berperan sebagai teman. Anak didikpun berfungsi sebagai guru untuk orang lain dan dirinya sendiri. Di zaman yang serba canggih ini, semuanya menjadi mungkin, bukan sekedar impian kosong mewujudkannya. Jasa dan kepribadian serta penalaran merupakan hal yang dipertaruhkan dalam tuntutan masa sekarang. Menarik, bukan?