Thursday, February 13, 2003

Kisah Korban Naker dan Upaya Pencegahan

Kisah pemulangan empat ABG korban naker (Surya, Selasa, 11 Februari 2003) mengisi lembaran tragedi anak manusia di bawah umur yang disekap dan akan dijual sebagai PSK di Surabaya. Keempat-empatnya: Sutiami, Sulastri, Sari dan Sanatun adalah warga Banyuanyar, Tiris, Probolinggo.

Kejadian ini berawal dari keinginan mereka untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sedihnya, berakhir dengan penyekapan, sebelum akhirnya ditemukan oleh polisi. Sebuah tragedi yang sangat memilukan. Apalagi bagi orang tuanya yang telah menghidupi mereka sejak kecil dengan jerih payah menjual daun kayu jati.

Ketidak-siapan mental bagi anak-anak perempuan untuk bekerja, akan berakibat pada tindak kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kita terperanjat melihat kejadian kekerasan telah menimpa pada kaum perempuan. Berbagai kasus menyebabkan kita tersentuh. Tapi, apa sikap kita? Tidak ada. Tidak banyak yang kita perbuat, kecuali hanya beriba. Padahal kalau kita mau merenungkan betapa kompleksnya persoalan itu, proses rasa iba harus berlanjut. Kekerasan tidak bisa berhenti begitu saja tanpa kita mau melakukan perubahan.

Untuk itu, menurut saya, proses pencegahan agar korban tidak semakin bertambah, dari sejak sekarang harus mulai kita fikirkan: bagaimana kita bisa meminimalisir kejadian serupa. Tuhan sering memberikan pelajaran kepada manusia, tetapi selalu saja kita lupa belajar dari peristiwa yang sama. Dan kejadian seperti itu terus berlanjut.

Kasus penjualan anak di bawah umur merupakan kejahatan yang sudah tersistem sedemikian rupa dalam jaringan terorganisir. Jaringan ini tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Anak-anak yang belum dewasa dari kelas ekonomi rendah menjadi sasaran utama bisnis trafficking ini. Untuk itu, kaum perempuan seharusnya melakukan aksi penyadaran kepada lingkungannya.

Tip penyadaran lingkungan

Maraknya korban penipuan pekerjaan pada anak-anak di bawah umur seperti kasus di atas, memberikan pelajaran bagi kita untuk membentengi masyarakat perempuan dari tipu daya dan janji-janji gombal. Ada tujuh langkah positif menjaga diri bagi seorang remaja. Pertama, proaktif. Yaitu, satu sikap yang selalu aktif dalam berbagai event kegiatan. Sikap pasif hanya akan membuat manusia terkebelakang. Berani bertanya, karena, pertanyaan bodoh adalah pertanyaan yang tidak terlontarkan. Untuk itu, bertanya apabila kita mengalami ketidak-jelasan tentang suatu pekerjaan yang ditawarkan kepada kita. Sikap proaktif dapat dilakukan dengan cara belajar menyikapi hidup dan keadaan dengan giat dan aktif dalam menyempurnakan kemampuan. Membekali diri dengan selalu tanggap dengan dinamika dan realitas yang ada, dan menggunakannya menjadi peluang untuk mendapatkan apa yang menjadi impian kita.

Kedua, positive thinking. Yaitu, berpikir positif dan menjahui prasangka yang tidak beralasan. Dengan berpikir sukses kita akan menemukan syarat dan cara meraih apa yang kita impikan. Asset paling berharga adalah sikap positif terhadap diri sendiri dan pada orang lain. Manusia akan semakin cerdas apabila memberikan penghargaan positif terhadap dirinya. Dengan mengatakan "aku bisa", maka akan melahirkan potensi baik untuk berusaha memenuhi harapan. Tujuan dan harapan adalah titik awal seseorang menggayuh potensi.

Ketiga, kebebasan diri. Jadikanlah diri seseorang sesuai dengan kemauannya. "Menjadi diri kita sendiri" adalah pilihan terbaik untuk mencapai kebahagian hakiki. Tentukan takdir kita oleh kita sendiri, bukan oleh orang lain. Jangan biar orang lain merampas hak hidup dalam menggayuh hitam putihnya kehidupan. Orang tua dan guru serta teman-teman memang penting, namun demikian, jangan biarkan diri kita diperbudak orang lain dalam menentukan keputusan yang kita ambil. Kebanyakan remaja selalu mengikuti mode dikelompoknya hanya untuk menunjukkan identitas. Namun, jika dalam mengekspresikan itu tidak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani kita, maka terus-teranglah untuk mengatakan "tidak", terutama dalam hal-hal merusak diri dan kepribadian kita.

Keempat, menjadikan perbedaan sebagai manfaat. Manusia ditakdirkan lahir berbeda-beda untuk saling kenal dan mengenal antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Dengan menggunakan perbedaan, maka akan diperoleh kerja sama baik untuk mencapai tujuan dan harapan.

Kelima, berusahalah memahami setelah mendengarkan. Manusia diciptakan dengan dua telinga dan satu mulut. Hal ini mempunyai arti untuk mendengar seluas-luasnya sebelum memahami persoalan. Dengan mendengarkan lebih banyak akan membantu kita memahami keadaan secara lebih realistis.

Keenam, lakukanlah. Jangan hanya bicara, tetapi wujudkan impian kita dengan mengerjakan. Dengan berawal dari berbuat, maka akan mampu mengoreksi secara bertahap kekurangan, sebelum mencapai nilai kesempurnaan. Tanpa berbuat, maka seseorang tidak akan mengetahui kelemahan dirinya.

Ketujuh, ciptakan kreativitas baru. Perubahan adalah kehendak Tuhan. manusia setia saat mampu berubah dengan menggunakan akal budinya menuju perbaikan. Gerak fikir dan badan dalam memodifikasi tiap pekerjaan akan berakhir dengan perubahan yang baru. Hasil yang dicapai dari kerja keras akan melahirkan produk yang mengagumkan.

7 keterampilan menjaga diri:
· Proaktif
· positif thinking
· kebebasan diri
· menjadikan perbedaan sebagai manfaat
· berusahalah memahami setelah mendengarkan
· lakukanlah
· menciptakan kreativitas baru

No comments: