Monday, February 03, 2003

Cara Belajar Revolusioner

Pengangguran semakin membengkak pada tahun 2003 ini. Ada 43 juta lebih usia pekerja produktif menganggur akibat ketidakmampuan pendidikan menghantarkan manusia menjadi mandiri dan berkualitas. Tantangannya, bagaimana menciptakan tenaga kerja terbaik. Untuk itu perlu terobosan secara revolusioner cara belajar yang efektif.

Selama ini, sekolah cenderung identik dengan kewajiban belajar. Akibatnya, banyak siswa merasa gagal, karena sistem sekolah dianggap membosankan dan melelahkan. Sistem belajar yang disampaikan oleh guru cenderung menakutkan, membuat siswa stress.

Jalan keluarnya, tawaran belajar yang menyenangkan dan mengasyikkan menjadi penting. Kenapa? Agar sistem pembelajaran mampu melakukan perubahan-perubahan berkualitas yang sejalan dengan dinamika masa depan yang tambah kompleks. Persaingan globalisasi membutuhkan aktor-aktor berkualitas.

Kualitas lulusan yang telah dihasilkan oleh sekolah-sekolah di Indonesia, telah sewajarnya menjadi keprihatinan kita bersama. Kewajiban anak-anak menempuh wajib belajar 9 tahun seyogyanya perlu didasari oleh visi bersama yang mengacu pada kualitas anak didik handal, mampu, mandiri dan kreatif. Sayangnya, cita-cita ini hanya memperoleh sedikit perhatian dari pemerintah dan masyarakat.

Keinginan untuk menciptakan sekolah unggul hanya pada tataran ide. Yang ada, terkesan asal-asalan, bahkan terbaca, pihak penyelenggara membiarkan kondisi sarana dan prasarana pendidikan sangat minim dari memadai dan dari berstandar mutu. Sikap bias ini begitu nampak dari alokasi anggaran untuk pendidikan di setiap daerah berkisar 5 – 10 % yang berorientasi pada pembangunan gedung semata.

Panggilan otonomi daerah seakan tidak mampu mengilhami perubahan significant menuju perbaikan kualitas pendidikan. Sedangkan pendidikan berbasis otonomi daerah yang digagas guna memenuhi standar kebutuhan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan lokal, tidak menyentuh realitas di lapangan. Ketidak-tepatan ini berdampak pada anak didik akan terbawa arus stagnasi.

Penghapusan sebagian pelajaran tidak serta merta mendapat pelajaran yang berbasis daerah, akibatnya, anak didik mengalami kemandegan dalam memahami kurikulum lokal yang dicanangkan. Aplikasi kurikulum lokal, yang idealnya menjadi kekhasan setiap daerah dengan aneka macam kekayaan alam, tak mampu diberikan pada siswa yang membutuhkan. Kurangnya perhatian penguasa daerah pada proses pencerahan pendidikan model ini nyata didepan mata.

Dengan kondisi yang serba tak menentu, serta ketidakperdulian penguasa pada rakyatnya maka perlu kecerdasan untuk mengambil langkah belajar secara revolusioner. Jika tidak, keadaan seperti saat ini takkan bisa mengentaskan Indonesia dari jurang kemiskinan. Banyak orang berjalan dan juga terbang. Sebagian lain kita menyaksikan kehidupan yang sedemikian susah dan terampas hak-hak hidup untuk kepentingan kapitalisme. Sebagian manusia tunduk pada sistem yang mengeksploitasi kehidupan dasar dan kepribadiannya semata untuk kepentingan material. Cara belajar yang memungkinkan bisa keluar dari lingkaran kapitalisme adalah belajar secara revolusioner yaitu belajar secara mengasyikkan dan menyenangkan sepanjang hidup manusia tanpa terikat oleh sistem yang memenjarakan kebebasan dengan peraturan yang mesti dipenuhi.

Konsep belajar cara revolusi akan efektif apabila anak mengalami pembebasan dalam menuangkan ide dan mengeksplorasi pikirannya. Belajar secara revolusioner adalah menjungkir-balikkan keyakinan yang telah membelenggu pikiran manusia tentang belajar yang harus di dalam kelas dan mendengarkan keterangan yang diberikan oleh guru. Belajar revolusioner memberikan ruang kepada setiap anak untuk belajar secara kreatif sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Untuk membantu belajar revolusioner, metode emasipatoris sangat cocok menentukan tindakan dan fikiran yang diyakininya. Guru berperan sebagai fasilitator dan teman berdiskusi secara sepadan tanpa menakutkan bagi anak didik. Seluruh alam menjadi media pembelajaran efektif dengan menjadikan dunia sebagai kelas. Dengan demikian akan mampu menciptakan kreasi baru setiap saat. Modifikasi dari hal-hal yang lama adalah mutlak diperankan oleh anak untuk terus memodifikasi karya-karya baru. Pelajaran tidak terfokus dalam sistem kelas dari jam 09.00-15.00 setiap senin sampai sabtu, namun berubah sesuai dengan kemampuan anak yang berbeda-beda. Setiap manusia punya keunikan untuk menentukan kapan dan berapa lama ia belajar. Bagi usia anak-anak belajar dengan cara bermain sungguh mengasyikkan. Mereka akan kreatif dengan latihan-latihan yang tidak pernah gagal.

Kompetensi merupakan suatu yang penting dalam menghadapi era pasar bebas, manusia dituntut untuk mampu secara arif menekuni bidang kemampuan yang menghasilkan karya nyata dan laku dijual di pasar. Untuk menuju perbaikan mutu dan kualitas anak didik itulah diperlukan keseriusan yang gigih dan kebesaran hati. Sikap setengah hati akan membawa pada keadaan ragu akan kemampuan diri, sebaliknya komitmen yang tinggi akan memacu meraih harapan yang nyata. Secara umum hal itu dapat ditempuh dengan belajar untuk menghasilkan out-put seperti yang diinginkan. Pikiran yang berkembang baik, gairah belajar yang tinggi dan kemampuan memadukan pengetahuan dan kerja adalah kunci-kunci baru membuka pintu masa depan.

Ada empat gaya belajar yang dikemukan oleh Anthony Gregore seorang profesor kurikulum instruksi di Universitas Connecticut yaitu; pertama, sekuensial konkrit yaitu mengutamakan realitas sebagai objek untuk memandang sesuatu. Kedua, acak konkrit yaitu kecenderungan belajar dengan cara bereksprimen. Ketiga, acak abstrak yaitu gaya belajar yang cenderung memandang dunia dengan perasaan dan emosi untuk merefleksikan dan menemukan fikiran baru dari hasil perenungannya. Keempat sekuensial abstrak yaitu gaya belajar yang tidak beraturan dan cenderung mengikuti situasi yang ada, untuk itu perlu mempelajari logika untuk menggali kemampuan yang terpendam.

Dari keempat gaya belajar tersebut diatas maka setiap anak didik memunyai kecenderungan yang unik dalam memaksimalkan kemampuan yang dimiliki. Semakin kreatif seseorang dalam mencipta, maka belajar cara revolusi menjadi alternatif model pertimbangan. Terlebih pada situasi pasar global yang menuntut cepat dalam mengambil keputusan dalam setiap saat. Kecerdasan bisnis untuk tetap bisa survive dengan kompetisi tiada batas antar negara memberi peluang bagi anak didik untuk mandiri dalam belajar. Pembatasan wilayah yang telah terpecahkan melalui media computer dan internet semakin menambah luas jaringan untuk membuka wawasan yang serba baru dengan kecepatan yang tinggi.

Dampak globalisasi membawa keuntungan sekaligus tantangan bagi anak didik untuk kreatif menggunakan kesempatan yang tidak diperoleh sebelumnya oleh guru yang mengajar. Kesempatan untuk mencari informasi tanpa guru sangat mungkin dalam kemajuan teknologi yang serba canggih. Teman bisa berperan sebagai guru, begitupun guru berperan sebagai teman. Anak didikpun berfungsi sebagai guru untuk orang lain dan dirinya sendiri. Di zaman yang serba canggih ini, semuanya menjadi mungkin, bukan sekedar impian kosong mewujudkannya. Jasa dan kepribadian serta penalaran merupakan hal yang dipertaruhkan dalam tuntutan masa sekarang. Menarik, bukan?

4 comments:

Anonymous said...

Saya Juga mempunyai ketertarikan pada bidang pendidikan saya juga berfikir perlunya Revolusi Pendidikan. Karena itu dalam kesempatan ini saya mau menyampaikan tulisan-tulisan di blog saya(http://www.ilhamsy.blog.com) yang juga membahas pendidikan Mudah-mudah dapat menjagi Masukan Bagi semua pihak yang berkepentingan, atas kesempatan ini saya ucapkan terima kasih :

KITA PEDULI PENDIDIKAN
Sunday, June 24, 2007
REVOLUSI PENDIDIKAN
Telah terjadi perubahan yang sangat drastis pada pola kehidupan kita saat ini, terlebih kini telah hadirnya media global seperti Internet. Perubahan itu perlu diantisipasi dengan upaya menyiapkan Sumber Daya Manusia(SDM) yang berkualitas, untuk itu harus ada Revolusi dan Sistim Pendidikan, agar dapat menghasilkan SDM yang berkualitas.
Sistim Pendidikan yang ada saat ini di Indonesia Belum Mampu menghasilkan SDM yang cukup berkualitas dalam waktu yang relatif singkat dan siap pakai serta siap meng up date dirinya terhadap perkembangan teknologi yang pesat. Ada sebuah pemikiran untuk membuat suatu sistim pendidikan yang berorientasi pada peserta didik, setiap peserta didik diperlakukan secara induvidu, yang memungkinkan setiap individu peserta didik dapat meningkatkan level pendidikannya pada saat yang tepat tak harus menunggu sampai satu tahun misalnya seperti pada sistim pendidikan yang ada saat ini. seperti halnya sebuah buah yang matang harus dipetik pada saat yang tepat jangan terlambat juga jangan terlalu cepat tergantung pada kematang buah itu sendiri. Jika terlamabat dipetik akan busuk dan jika terlalu cepat dipetik juga tak akan matang-matang.
Dalam memberikan bobot pelajaran pada peserta didik juga harus tepat dengan kemampuan peserta didik agar tak membebani juga tidak terlalu ringan seperti halnya buah durian karena bobot buah itu sesuai dengan yang seharusnya, maka pada saat sudah matang buah durian akan dengan sendirinya jatuh.
Agar semua hal itu dapat terwujud kita perlu urun rembuk bersama sebagai bentuk kepedulian kita pada pendidikan, perlu kiranya dibuat sebuah pilot projeknya. Yang dalam proses pendikan itu nanti dapat dimanfaatkan Internet sebagai sarana untuk prose belajar mengajar.
Posted by ilhamsy at 11:05 | Permanent Link | Comments (0) |

Tuesday, July 03, 2007
Mengapa Harus Menunggu
Pada Sistim Pendidikan yang ada sekarang, untuk memasukan anak kita sekolah harus menunggu datangnya tahun ajaran baru, padahal kelahiran anak kita tidak dapat menunggu datangnya tahun baru. Jadi bagi anak yang lahir pada selain bulan Juli, harus menunggu sampai bulan Juli untuk mendaftar sekolah, padahal dia sudah cukup umur untuk memulai Pendidikannya.
Karena itu mengapa kita harus menunggu, mengapa tidak kita buat saya suatu lembaga pendidikan yang dapat menerima siswanya setiap saat, tak harus menunggu datangnya tahun ajaran baru hingga tak akan ada masalah seorang anak terlalu cepat, atau terlambat masuk lembaga pendidikan karena tidak lahir pada bulan Juli.
Dengan makin berkembangnya penggunaan internet saat ini, sangat dimungkinkan untuk membuat suatu lembaga pendidikan yang dapat menerima siswa setiap saat dan dapat juga meluluskan siswa setiap saat, sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.
Posted by ilhamsy at 14:19 | Permanent Link | Comments (2) |


Tuesday, July 10, 2007
MENUJU SISTIM BARU PENDIDIKAN NASIONAL
Dari hasil perenungan dan pemikiran yang mendalam, serta diskusi-diskusi dan masukan-masukan dari berbagai pihak akhirnya tercetuslah sebuah ide : Menuju Sistim Baru Pendidikan Nasional
Dalam sistim baru ini klasifikasi kelas mengunakan sistim level, setiap level untuk siswa dengan kemampuan menengah(standar) lamanya 3(tiga) bulan.
Untuk pendidikan setingkat Sekolah Dasar, diselesaikan dalam 16 level (4 tahun), untuk pendidikan setingkat SLTP diselesaikan dalam 8 level (2 tahun), dan untuk pendidikan setingkat SLTA diselesaikan dalam 8 level (2 tahun).
Setiap kelas pada sistim ini terdiri dari 10 sampai 15 orang peserta didik. kenaikan kelas(level) dilakukan 3 bulan sekali untuk siswa dengan kemampuan standar, sedang untuk siswa dengan kemampuan diatas standar dapat lebih cepat dari 3 bulan dan untuk siswa dengan kemampuan biasa-biasa saja dapat lebih lama dari 3 bulan, tergantungan pada kematangan peserta didik. Kenaikan yang fleksibel ini dimungkinkan karena pengajarannya lebih bersifat individu, dan sistim tesnya juga bersifat induvidu.
Hasil tes dan materi pelajaran yang diberikan dapat dilihat setiap saat oleh orang tua siswa pada web site (situs) sekolah melalui internet.
Karena kenaikan level dilakukan 3 bulan sekali maka penerimaan siswa baru juga dilakukan 3 bulan sekali. Juga dimungkinkan penerimaan siswa baru saat dipertengahan level berjalan sepanjang hasil tes penerimaan siswa baru memenuhi persyaratan.

KURIKULUM
Kurikulum yang dipakai pada sistim ini mengacu pada kurikulum Diknas sebagai standar. Satu level pada sistim ini setara dengan 1 catur wulan namun diselesaikan dalam 3 bulan.

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR(KBM)
Pada sistim baru ini KBM telah menggunakan Teknologi Informasi (TI) termasuk internet yang online 24 jam. Setiap siswa harus memiliki sebuah laptop seharga kurang lebih 5 juta rupiah, tetapi selama masa pendidikan tak perlu lagi membeli buku, jadi dananya dapat dialihkan untuk membeli Laptop(Note Book). Hal ini dapat menghemat penggunaan kertas, juga dapat menghindari penebangan hutan sebagai bahan baku kertas.
Posted by ilhamsy at 13:10 | Permanent Link | Comments (1) |

Amelia Siregar said...

Revolusi cara belajar membuat siswa senang belajar tapi tetap dalam koridor sistem, bukan belajar seenaknya semaunya sendiri. Internet belum berfungsi 100% krn listrik di Indonesia sering byar..pet!! Kondisi sistem pendidikan di Indonesia harus dilihat secara bijaksana, berpandangan kedepan namun tetap berpijak pada filosofi dan prinsip pendidikan. Sama halnya dengan Ujian nasional, banyak orang menolaknya tapi memang kita perlu standar nasional agar guru berpacu menjadi terbaik dalam mendidik anak bangsa, dan siswa belajar keras menjadi terbaik. Mengapa harus ujian ulang jika memang tak berkehendak sekolah? nongkrong, mejeng di mall atau di jalan, dsb, dsb tapi berharap (memaksa)lulus dengan kompetensi palsu. Jika tidak ada UN bisa-bisa standar kompetensi tidak tercapai dan semua cuci tangan.

yanmaneee said...

yeezy shoes
jordan shoes
kd 11
nike vapormax
golden goose sneakers
stephen curry shoes
golden goose
balenciaga shoes
nike air max
vans shoes

readymade salwar suit wholesale said...

Selama ini, sekolah cenderung identik dengan kewajiban belajar. Akibatnya, banyak siswa merasa gagal, karena sistem sekolah dianggap membosankan dan melelahkan. Sistem belajar yang disampaikan oleh guru cenderung menakutkan, membuat siswa stress. simple black salwar kameez , black color salwar suit ,