Friday, May 19, 2006

Cerita dari USA: Memphis Kota Musik Jazz dan Blues

Foto bersama kawan-kawan

Saya menikmati lagu-lagu musik blues dan jazz di BB Kibg Club bersama teman-teman ketika tiba di Memphis. Kota Memphis, memiliki ciri khas musik dasar jazz yang dominan. Sedangkan, harap dicatat, tradisi musik masih banyak dipertentangkan dalam tradisi kitab-kitab Islam. Saya melihat, sepanjang pertokoan di Memphis banyak simbol-simbol musik pada produk yang mereka jual, seperti baju-baju dan sovenir yang mencantumkan musik mereka.

Saya jadi bertanya-tanya, apakah juga bisa musik jazz mengilhami kehidupan masyarakat Memphis untuk bersikap damai, toleran dan liberal? Apakah hanya dengan musik mereka bisa membentuk peradaban, dimana orang kulit putih dan hitam bisa bersahabat dan bersaudara?

kok bisa? entahlah.....

Monday, May 15, 2006

Cerita dari USA: Pertemuan Kelompok Sipil Amerika

Setelah penulis mengikuti pelatihan toleransi, pendidikan dan demokrasi di UIC selama seminggu, penulis dan teman-teman dari Indonesia mengikuti pertemuan sipil rakyat Amerika. Pertemuan tersebut bernama Rainbow / PUSH Coalitation yang di adakan sabtu, 13/05/05 di gedung dr. Martin Luther King Jr, Chicago. Penggagas pertemuan tersebut oleh Rainbow / PUSH Coalition, suatu organisasi masyarakat sipil yang menuntut perubahan sosial. Pertemuan Rainbow dihadiri oleh rakyat sipil yang diikuti oleh orang-orang kulit putih dan hitam, namun kebanyakan yang hadir pada saat itu orang berkulit hitam. Bagaimana cerita lengkapnya? Ikuti di bawah ini....

***


Cerita dari USA: Pertemuan Kelompok Sipil Amerika

Oleh Najlah Naqiyah


Chicago, 13/05/2006

Setelah penulis mengikuti pelatihan toleransi, pendidikan dan demokrasi di UIC selama seminggu, penulis dan teman-teman dari Indonesia mengikuti pertemuan sipil rakyat Amerika. Pertemuan tersebut bernama Rainbow / PUSH Coalitation yang di adakan sabtu, 13/05/05 di gedung dr. Martin Luther King Jr, Chicago. Penggagas pertemuan tersebut oleh Rainbow / PUSH Coalition, suatu organisasi masyarakat sipil yang menuntut perubahan sosial. Pertemuan Rainbow dihadiri oleh rakyat sipil yang diikuti oleh orang-orang kulit putih dan hitam, namun kebanyakan yang hadir pada saat itu orang berkulit hitam.

Penulis mengamati, pertemuan pergerakan masyarakat sipil sangat bebas mengekspresikan pendapatnya. Tokoh yang memimpin pertemuan tersebut adalah Jacky Jakson, seorang penerus pergerakan Dr Martin Luther King Jr. Jacky Jakcson memberikan pidato yang sangat menggugah para masyarakat sipil yang hadir. Isi dari pidato Jakson mengenai keadilan dan persamaan kesempatan bagi warga sipil. Jacky Jakson adalah orang yang ada disamping Dr Martin Luther King saat ditembak mati di sebuah hotel.

Selama mengikuti pertemuan sipil, rombongan dari Indonesia mendapat kehormatan melihat dan menyaksikan acara. Penulis turut serta melihat dan menghayati serta merasakan bebasnya orang-orang Amerika berekspresi tentang ketidakpuasan mereka sebagai warga negara. Mereka mengungkapkan dalam nyanyian perdamaian, berorasi dan berteriak lantang didalam ruangan dengan penuh semangat. Mereka meneriakkan yel-yel tentang hak asasi manusia secara besama-sama, seperti kebebasan berekspresi, bertanggung jawab dan kesempatan bagi semua orang memperoleh akses penghidupan yang layak. Kebebasan berpendapat bagi warga negara Amerika diekspresikan melalui bentuk acara khusus menggalang kekuatan rakyat sipil. Partisipasi rakyat mendorong agar pemerintahnya memperhatikan keadilan dan bertanggung jawab dikemukan dengan sangat santun, di dalam ruangan. Mereka mengungkapkan ketidakpuasan terhadap negaranya, mengkritik para penguasa dan mendorong agar pemerintahannya berbuat adil dan kesempatan/peluang bagi rakyat memperoleh kesejahteraan.

Hal yang menarik bagi penulis ialah, penghargaan yang diberikan oleh PUSH Coalition terhadap sepuluh perempuan yang sukses. Kesepuluh perempuan tersebut memiliki profesi yang berbeda-beda. satu dari sepuluh perempuan tersebut adalah seorang polisi perempuan. mereka mendapatkan bunga dan cindera mata yang diberikan oleh Jackson. Pertemuan tersebut juga berkaitan dengan perayaan mother's day pada hari minggu keesokan harinya. Penulis terngiang, betapa pengorbanan seorang ibu ditengah zaman diskriminasi sedemikian berat. Perbedaan akses yang sangat lebar antara laki-laki dan perempuan, baik bidang politik, ekonomi dan sosial membuat banyak para ibu dan perempuan lainnya menderita. Mereka kehilangan akses untuk berbuat sebanyak bakat yang ia punya. Mereka harus tunduk pada keterbatasan, ketidakadilan yang dibuat oleh sistem. Kenyataan tersebut juga menjadi konsern pada pertemuan rakyat sipil guna memperoleh perubahan peran gender yang lebih baik, menyangkut kesamaan akses ekonomi, seperti pembagian gaji bagi perempuan, akses teknologi dan pendidikan dan juga kerja doble baik domestik maupun publik yang harus dipikul oleh perempuan sendirian.

Belajar dari pertemuan tersebut, ada tiga hal yang berkaitan dengan praktek demokrasi bagi warga negara sipil. Dimana, ukuran demokrasi bukan hanya pada berapa jumlah masyarakat yang menggunakan hak pilih saat pemilu berlangsung, namun, demokrasi sesungguhnya ialah seberapa besar partisipasi aktif masyarakat membangun komunitasnya. Trend yang menjadi ukuran pemilih pemilu terbesar di Indonesia didominasi oleh perempuan, tetapi apakah perempuan berpartisipasi aktif dikomunitasnya membuat keputusan penting? Tidak, selama ini, demokrasi hanya diartikan secara parsial, dimana rakyat disuruh untuk sadar memilih, tetapi setelah pilihan pemilu selesai, rakyat tidak bisa lagi memiliki akses terhadap pilihan mereka yang duduk di dewan pemerintah, baik kota/kabupaten, propinsi dan pusat. Alih-alih, rakyat bisa berkomunikasi dengan dewan kapanpun, justru yang terjadi adalah memperkaya diri dengan kekuasaan dan fasilitas diri. Rakyat kemudian menjadi sangat pasif dan membiarkan dengan pasrah kekuasaan yang korup.

Kedua, ukuran demokrasi berjalan adalah bergantung pada partisipasi aktif masyarakat secara individu maupun kelompok. Jika para wakil yang dipilih tidak bisa diajak berkomunikasi dengan rakyat, maka yang harus dilakukan adalah menulis dan memberitahukan kepada publik. Jika dewan perwakilan rakyat masih tidak mau mendengar akan tuntutan masyarakat, maka yang dilakukan adalah berteriak dan mengumumkannya di jalan-jalan. Demonstrasi merupakan pilihan pahit, apabila rakyat sudah tidak bisa berkomunikasi. Dan langkah terakhir, jika aparat tidak juga mau memperhatikan tuntutan rakyat, jangan memilihnya di pemilihan umum mendatang. Jadi partisipasi rakyat menjadi langkah penting untuk menegosiasikan kemana arah pembangunan politik berjalan.

Ketiga, Rakyat tidak bisa membiarkan pemerintah mengatur jalan bangsa ini sendirian. Sebab, jika itu berlangsung, maka rakyat akan diatur oleh orang lain. Yaitu orang-orang yang tidak tahu tentang keadaan dan komunitas masing-masing wilayah. rakyat setempatlah yang mesti aktif untuk mengatur dan memutuskan bagaimana wilayah akan dibangun. Sebab, apabila orang luar yang mengatur, tentu mereka hanya akan mengambil keuntungan saja. Mereka merusak habitat alam, mengeruk kekayaan bumi dan melarikan uang ke luar negeri.

Akhirnya, pertemuan rakyat sipil untuk menggalang kekuatan merupakan suatu niscaya adanya partisipasi aktif dari berbagai kelompok masyarakat. Pertemuan-pertemuan kecil yang menggugah dan mengkritik secara konstruktif akan mendorong percepatan bersemainya proses demokrasi. karena demokrasi adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus tiada berhenti. Demokrasi selalu baru sesuai dengan dialektik bergaining bagi masyarakat sipil.

Cerita dari USA: Pendidikan Memperbanyak Kesempatan untuk Sukses

Ada tiga sekolah swasta di Chicago yang terkenal. Ketiga sekolah tersebut adalah sekolah Latin, sekolah Cristo Rey dan sekolah Universal. Ketiga sekolah ini memiliki ciri khusus yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sekolah swasta di Amerika dituntut kualitasnya lebih baik dari sekolah umum. Karena sekolah swasta memungut biaya dari siswanya, sedangkan sekolah umum dibiayai oleh negara bagian. Alasan sederhana itulah yang menyebabkan sekolah swasta terus berusaha membuat sekolah berkualitas dengan lebih baik. Lalu apa di balik sekolah swasta tersebut?

***

Cerita dari USA: Pendidikan Memperbanyak Kesempatan untuk Sukses

Oleh Najlah naqiyah
Penulis adalah peserta CLP (community leadership program) di Chicago, utusan dari pondok pesantren Syekh Abdul Qodir al-jailani Kraksaan Probolinggo

Chicago, 12/05/06. 10.48 pm

Sekolah bergengsi di Chicago

Ada tiga sekolah swasta di Chicago yang terkenal. Ketiga sekolah tersebut adalah sekolah Latin, sekolah Cristo Rey dan sekolah Universal. Ketiga sekolah ini memiliki ciri khusus yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sekolah swasta di Amerika dituntut kualitasnya lebih baik dari sekolah umum. Karena sekolah swasta memungut biaya dari siswanya, sedangkan sekolah umum dibiayai oleh negara bagian. Alasan sederhana itulah yang menyebabkan sekolah swasta terus berusaha membuat sekolah berkualitas dengan lebih baik. Tuntutan masyarakat yang membutuhkan sekolah-sekolah berkualitas agar anak-anak mereka memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memperoleh "sukses" di masa depan.

Jika memperbandingkan ketiga sekolah baik sekolah Latin, sekolah Cristo Rey dan sekolah Universal melihat dari kurikulum sekolah yang berbeda-beda. Kurikulum sekolah di Amerika sangat bergantung pada sekolah masing-masing. Negara tidak ikut campur dalam penentuan kurikulum sekolah. Negara hanya memberi saran, agar "jangan sampai ada anak yang tertinggal". Dengan saran itulah, sekolah diharapkan bisa menentukan sendiri tujuan, kurikulum sekolah sesuai dengan distrik masing-masing kabupaten. Kebijakan negara hanya memberikan support agar mendorong sekolah-sekolah memperbaiki kualitasnya terus menerus. Kebijakan Amerika yang membebaskan sekolah-sekolah menentukan kurikulum sendiri membedakan sekolah-sekolah di Amerika dan Perancis. Di Perancis, kurikulum sekolah dibakukan. Hal tersebut sama seperti juga di Indonesia. Pemerintah pusat melalui menteri pendidikan membakukan kurikulum sekolah dengan standar kompetensi tertentu. Tetapi, di Amerika tidak demikian. Kurikulum ditentukan oleh kepala sekolah, dewan sekolah dan perwakilan dari orang tua dan siswa. Seperti juga di sekolah Latin, sekolah Cresto Rey dan sekolah Universal memiliki kurikulum yang berbeda. Bagaimana perbedaa ketiga sekolah tersebut?

Sekolah Latin, memiliki kurikulum yang menekankan pada kebebasan berpikir di bidang akademik. Mendidik siswa-siwi sekolah Latin menjadi pemimpin, orang-orang yang bebas berpikir, toleransi dan berjiwa sosial. Dengan tujuan itulah sekolah Latin memungut biaya $15.000 pertahun. Banyak para orang tua yang berebut menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah Latin. Karena harapan para orang tua dan anak-anak, dengan masuk sekolah Latin bisa masuk ke universitas terkemuka di Amerika, seperti universitas Harvard, Universitas Chicago dan sebagainya. Sekolah Latin menekankan pada kemampuan akademik yang sangat tinggi, yang mesti dicapai oleh siswa. Penekanan akademik pada bidang matematika, seni, ekonomi dan sosial.

Sekolah Cristo Rey, memiliki kurikulum yang berbasis pada keterampilan hidup di masa depan dan keterampilan akademik. Sekolah Cristo Rey didirikan untuk membantu para siswa yang miskin mendapatkan akses sekolah yang berkualitas. Para siswa yang sekolah di Cristo Rey harus mendanai sekolah mereka sendiri. Untuk itu, para siswa pergi ke sekolah sambil bekerja di perusahaan yang bekerjasama dengan sekolah. Para siswa belajar selama empat hari, dan sehari mereka bekerja di kantor dan diperusahaan bisnis. Sekolah Cristo Rey memungut biaya siswa $10.000 pertahun. Namun demikian dana tersebut diperoleh oleh siswa sendiri dengan bekerja. Sekolah Cristo Rey merupakan model sekolah yang menekankan pada pengembangan ekonomi di satu pihak dan menyiapkan para siswa untuk ke perguruan tinggi dipihak lain. Sekolah Cristo Rey juga berbasis agama kristen. Umumnya para siswa membiasakan diri dengan bahasa Inggris dan Spanyol sebagai bahasa sehari-hari mereka di kelas.

Sekolah universal juga berbasis pada agama Islam. Sekolah universal menekankan pada kemampuan akademik. Kurikulum yang dibuat 20 % bagian umum dan 80 % bagian agama Islam. Kurikulum sekolah universal menekankan pada pengembangan bahasa Inggris dan bahasa Arab dan agama Islam. Dalam pembuatan kurikulumnya, para guru memasukkan nilai-nilai Islam sejajar dengan nilai-nilai Amerika. Nilai-nilai tersebut adalah nilai toleransi, kebebasan pribadi, kebebasan beragama, respek terhadap sesama, dan menghormati perbedaan yang diaplikasikan pada setiap mata pelajaran umum dan agama. Sekolah universal hanya memungut biaya $5000 pertahun. Sekolah universal mampu menggabungkan kemampuan akademik siswa dengan relegiusitas di kurikulum sekolah. Ketiga warna sekolah swasta yang berada di Chicago layak dicermati, dan dipelajari untuk meneropong pendidikan di Indonesia. Bagaimana sekolah-sekolah tersebut memiliki fokus yang berbeda-beda antara sekolah satu dengan yang lain? Fokus/arah dan tujuan yang dimiliki oleh setiap sekolah akhirnya menjadi penting, kemana murid-murid tersebut akan dibawa oleh sekolah? Sekolah sebagai persemaian bagi generasi mendatang tumbuh kembang secara lebih baik.

Pendidikan Berkualitas Tinggi Untuk Setiap Orang

Pendidikan yang berkualitas selayaknya untuk semua orang. Hal ini merupakan nilai kesamaan hak antara orang kaya dan orang miskin untuk memperoleh akses terhadap pendidikan berkualitas tinggi. Persoalannya sekarang di Indonesia dan Amerika, adalah bagaimana agar sekolah-sekolah umum dan swasta memiliki kualitas yang sama tingginya sehingga bisa diakses oleh semua orang? Kesempatan memperoleh akses ke sekolah yang berkualitas sebenarnya hak setiap orang. Apabila sekolah tidak memberikan kualitas yang tinggi, maka out put lulusannya kurang memiliki kesempatan. Contoh, orang-orang miskin pergi ke sekolah umum yang gratis dan berkualitas rendah karena tidak mampu membayar, akan menghasilkan lulusan yang rendah. Sebaliknya orang-orang kaya yang memiliki uang untuk membayar sekolah swasta pergi menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah swasta berkualitas. Orang kaya mau membayar biaya mahal agar anak-anak mereka memiliki banyak kesempatan untuk sukses. Akhirnya, siklus kemiskinan akan terus menggejala, yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin miskin, hanya dikarenakan tidak adanya kesempatan mendapatkan pendidikan berkualitas di sekolah. Jadi, untuk mengcounter lingkaran kemiskinan perlu mengetahui bagaimana agar sekolah-sekolah bisa berkualitas tinggi semuanya baik sekolah umum dan swasta.


Pendidikan berkualitas tinggi memberikan cakrawala luas bagi para siswanya. Para siswa semakin siap bersaing di masa mendatang menggunakan peluang-peluang dengan daya pikir mereka. Pendidikan memang bukan ukuran memperoleh hidup dan pekerjaan yang layak. Tetapi, pendidikan berkualitas memberikan banyak kesempatan bagi siswa memperoleh banyak "sukses". Dengan memiliki bekal pendidikan berkualitas tinggi diharapkan dapat menuntun anak-anak memilih hidup sesuai dengan keputusan mereka. Persoalan kesempatan inilah yang diperebutkan oleh sekian puluh juta anak Indonesia yang menginginkan adanya kualitas pendidikan tinggi. Alih-alih,kesempatan sekolah berkualitas tinggi didapatkan, justru yang terjadi adalah pembunuhan jiwa-jiwa kreatif anak di sekolah. Anak-anak miskin sekolah dilingkungan miskin. Sehingga ketika mereka lulus sekolah, tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi. Mereka kehilangan kesempatan untuk mengekspresikan dan mengasah potensi yang dimiliki.

Kesempatan untuk memperoleh pendidikan berkualitas kini sedang diburu oleh para orang tua. Orang-orang ingin menyekolahkan anak-anak mereka dengan lebih baik. Bagi orang-orang yang bekerja dan sibuk memnuhi kebutuhannya, mereka ingin memindahkan anak-anak mereka dari lingkungan miskin ke sekolah yang maju dan berkualitas tinggi. dengan harapan, anak-anak mereka nanti lebih punya banyak kesempatan dan peluang memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang lebih baik.

Apakah pendidikan berkualitas menjamin adanya hidup yang sukses di masa depan? belum tentu, ukuran sukses seseorang sangat subjektif, ukuran tersebut berbagai maacam, misalnya, ukuran menjadi manusia yang bisa berfungsi secara penuh (the best person) sebagai ukuran sukses seseorang, tentu akan berbeda dengan ukuran sukses yang dihitung dari kekayaan. Apa sesungguhnya yang dicari oleh manusia adalah adanya kesempatan (opportunity). Pendidikan memperbanyak kesempatan untuk "sukses".

Cerita dari USA: Keunikan Sekolah Universal di Amerika

Kamis Siang, tanggal 11 Mei 2006 waktu chicago, para delegasi CLP (Community Leadership Program) Indonesia mengunjungi sekolah berbasis agama Islam di kota Bridgreview, Illinois. Sekolah tersebut bernama sekolah universal (universal school). Sekolah universal terdiri dari sekolah taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah tingkat pertama (SLTP) dan sekolah menengah umum (SMU). Umur siswa yang bersekolah mulai dari 6-16 tahun. Pada mulanya sekolah ini didirikan pada tahun 1993, dengan jumlah siswa 600 orang. Sekolah universal dikelola dengan biaya mandiri, yang diperoleh dari lingkungan komunitas setempat dan dari spp siswa. spp dari siswaa setiap tahunnya $5000,00. Spp tersebut 80 % telah mencukupi gaji para guru. Dan 20 % dana diperoleh dari sumbangan komunitas setempat.

***


Cerita dari USA: Keunikan Sekolah Universal di Amerika

Oleh: Najlah Naqiyah
Penulis adalah peserta CLP (Community Leadership Program) di Chicago

Chicago, 11 Mei 2006

Kamis Siang, tanggal 11 Mei 2006 waktu chicago, para delegasi CLP (Community Leadership Program) Indonesia mengunjungi sekolah berbasis agama Islam di kota Bridgreview, Illinois. Sekolah tersebut bernama sekolah universal (universal school). Sekolah universal terdiri dari sekolah taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah tingkat pertama (SLTP) dan sekolah menengah umum (SMU). Umur siswa yang bersekolah mulai dari 6-16 tahun. Pada mulanya sekolah ini didirikan pada tahun 1993, dengan jumlah siswa 600 orang. Sekolah universal dikelola dengan biaya mandiri, yang diperoleh dari lingkungan komunitas setempat dan dari spp siswa. spp dari siswaa setiap tahunnya $5000,00. Spp tersebut 80 % telah mencukupi gaji para guru. Dan 20 % dana diperoleh dari sumbangan komunitas setempat.

Sekolah universal adalah sekolah yang mempromosikan agama Islam. Sekolah universal didasarkan pada kebutuhan komunitas setempat. Para siswa mayoritas berasal dari timur tengah, seperti orang Turki, Iran, Islamabad, India, Pakistan dan sebagainya. Ada 24 negara asal siswa yang bersekolah di Islam universal. Sekolah universal tumbuh dengan basis agama adalah suatu kemajuan bagi Islam di Amerika. Dimana, Ummat Islam sebagai orang minoritas di Amerika dapat mendirikan sekolah berbasis agama. Para guru menekankan ajaran tentang nilai-nilai Islam yang memiliki kesamaan dengan nilai-nilai Amerika, seperti nilai kebebasan, nilai persamaan bagi laki-laki dan perempuan, nilai kebebasan individu, nilai toleransi dan demokrasi, nilai kasih sayang terhadap sesama manusia, kejujuran serta keadilan. Nilai-nilai inilah yang menjadi spirit mengembangkan sekolah "universal". Universal yang berarti "bisa diterima oleh kalangan luas".

Kekuatan sekolah universal sebenarnya terletak pada kualitas para guru yang mengajar. Para guru membuat sendiri buku-buku dengan dwi bahasa (Arab-Inggris) yang mereka ajarkan kepada siswa. Guru-guru tersebut mayoritas adalah lulusan magister (S2) yang pernah mengenyam pendidikan di Amerika serikat. Para guru tetap terdiri 40 orang guru dan 20 guru tidak tetap. Pengembangan model kurikulum yang dibuat oleh guru di sekolah universal sangat berbeda dengan di timur tengah maupun Asia. Para guru memiliki bentuk tersendiri dengan melihat kebutuhan anak-anak Amerika yang hidup secara pluralistik, dimana mereka menekankan pada bahasa Inggris sebagai pengantar komunikasi dengan siswa. Hal ini yang membedakan sekolah universal di amerika dengan sekolah Islam lainnya di Indonesia, seperti sekolah berbasis pesantren dan sekolah berbasis agama biasa. Kebanyakan sekolah di Indonesia, para guru masih mengadopsi buku-buku dari pemerintah baik dari Depag maupun Diknas. Sebagian para guru di Indonesia kurang mampu menulis dan membuat buku ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa setempat. Akibatnya, adanya kesenjangan antara materi yang diberikan terhadap siswa dengan kebutuhan hidup siswa ditengah masyarakat. Jadi, jika sekolah-sekolah di pesantren ingin maju, tentu mesti memiliki kemampuan untuk membuat kurikulum dan buku-buku berdasarkan dengan kebutuhan masyarakat saat ini, bukan buku-buku yang sudah kadaluarsa atau tanpa buku acuan.

Keunikan sekolah universal ada tiga hal, menyangkut kurikulum yang dibuat oleh para guru di sekolah yang disesuaaikan dengan kebutuhan siswa Amerika. Kurikulum yang dikembangkan adalah 80 % subyek umum dan 20 % subyek agama. Namun demikian, praktek keagamaan di sekolah sangat akrab dengan keseharian anak-anak. Misalnya, pengadaan solat jamaah dhuhur dan ashar setiap hari, kegiatan ceramah setelah solat berjamaah dan kegiatan puasa ramadlan yang bernuansa religi. Kurikulum siswa pada bagian umum seperti pelajaran matematika, bahasa Inggris dan Arab, sejarah Amerika, Ilmu pengetahuan sosial ekonomi, seni dan olahraga. Sedangkan pendidikan agama meliputi, pengajian al-Quran, bahasa arab dan Islam studies.

Kedua, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah universal di Amerika menekankan pada kegiatan sosial. Kegiatan sosial berupa program mengembangkan rasa tolong menolong yang dilakukan oleh partisipasi siwa ke masyarakat. Sekolah universal dikenal banyak mengadakan kegiatan di panti asuhan, panti jompo, dan kegiatan sosial lainnya. Sekolah ini senantiasa mendukung siswa-siswinya menolong orang lain melalui serangkaian kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakulikuler lainnya adalah bidang olahraga, seperti kelompok bola basket laki-laki dan perempuan. Kegiatan bola basket di sekolah universal dilakukan dengan mengikuti banyak pertandingan dengan sekolah lain.

Ketiga, Kunjungan ke sekolah Islam ke luar negeri, seperti mengunjungi sekolah Islam di Paris, sekolah Islam di Turki. Hal ini dilakukan untuk memberikan penguatan kepada siswa-siswi mereka bahwa memeluk Islam adalah tidak mudah di negara Amerika, karena posisi sebagai minoritas dan beragamnya agama yang berkembang di Amerika. Dengan mengunjungi sekolah lain yang sama-sama berbasis agama Islam, tentu diharapkan murid-murid mereka bisa tahan dan menerima keislamannya sebagai pilihan mereka. Selain itu, kunjungan ke sekolah lain adalah untuk study banding memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah Universal. Kegiatan ini dilakukan setiap setahun sekali yang diikuti oleh para siswa dan guru.


Ciri khas sekolah universal juga nampak dari peraturan memakai busana muslimah bagi laki-laki dan perempuan. Perempuan mengenakan hijab dan laki-laki mengenakan baju dan celana panjang berwarna hitam dan putih. Para siswa-siswi belajar di kelas dengan tempat terpisah ruang kelasnya, namun memperoleh pelajaran yang sama. pada umur 11-18 tahun, siswa laki-laki memiliki kelas tersendiri, demikian juga dengan perempuan. Kelas mereka terpisah namun tetap dalam satu komplek dengan guru yang sama.

Sekolah universal di Amerika telah menemukan bentuknya tersendiri. Keberanian mereka menentukan arah sekolah Islam di tengah minoritas Islam Amerika adalah langkah maju yang mesti di contoh oleh ummat Islam mayoritas Indonesia. Sekolah ini memiliki komitmen kuat untuk mempromosikan agama Islam kepada pemeluknya melalui pendidikan berkualitas. Lebih dari 90 % lulusan sekolah universal bisa mengantarkan para siswa-siswinya mengikuti program perguruan tinggi bergengsi di Amerika. Kalau mereka bisa, mengapa kita tidak?

Cerita dari USA: Sistem Pendidikan dan Demokrasi di Chicago

Pendidikan, toleransi dan demokrasi di Amerika memiliki tantangan besar menyangkut pembangunan ekonomi dan partisipasi politik. Tanggung jawab pemerintah USA adalah memberikan layanan, sedangkan rakyat mempunyai tanggung jawab untuk memanfaatkan layanan. Pada konstalasi Amerika, pendidikan tidak dibicarakan di pemerintah pusat, tetapi diserahkan sepenuhnya pada kebijakan negara bagian. Undang-undang federal Amerika menyebutkan bahwa pemerintah negara bagian bisa mengambil tanah dan melelangnya untuk membangun lembaga pendidikan, seperti sekolah dan universitas. Isu yang berkembang sekarang adalah apakah negara bagian yang lebih banyak memberikan biaya pendidikan atau biaya dari pajak properti?

***


Cerita dari USA: Sistem Pendidikan dan Demokrasi di Chicago

Oleh Najlah Naqiyah


Chicago,10 Mei 2006.

Pendidikan, toleransi dan demokrasi di Amerika memiliki tantangan besar menyangkut pembangunan ekonomi dan partisipasi politik. Tanggung jawab pemerintah USA adalah memberikan layanan, sedangkan rakyat mempunyai tanggung jawab untuk memanfaatkan layanan. Pada konstalasi Amerika, pendidikan tidak dibicarakan di pemerintah pusat, tetapi diserahkan sepenuhnya pada kebijakan negara bagian. Undang-undang federal Amerika menyebutkan bahwa pemerintah negara bagian bisa mengambil tanah dan melelangnya untuk membangun lembaga pendidikan, seperti sekolah dan universitas. Isu yang berkembang sekarang adalah apakah negara bagian yang lebih banyak memberikan biaya pendidikan atau biaya dari pajak properti?

Di Amerika terdapat dua sistem pendidikan, yaitu sekolah negeri (public school) dan sekolah swasta (privat school). Sekolah negeri adalah berafiliasi dengan negara. Sedangkan sekolah swasta berafiliasi dengan agama tertentu. Di Chicago, ada dua universitas ternama yaitu University of Illinois Chicago (UIC) dan Chicago University.
UIC aadalah universitas negeri yang dibiayai oleh pemerintah kota, sedangkan universitas Chicago dibiayai oleh partisipasi orang tua.

Isue pendidikan di Amerika saat ini ada tiga hal, (1) siapa yang menanggulangi biaya pendidikan (2) siapa yang membuat kurikulum sekolah (3) siapa yang mempunyai akses. Untuk menanggulangi sekolah diperoleh dari pajak rumah, tanah, properti serta kekayaan. Hasil pajak tersebut untuk membiayai sekolah dikomunitasnya. Persoalan yang muncul sekarang di Amerika ialah adanya segregasi sosial yang makin lebar. Orang-orang kaya tinggal di tempat yang berbeda dengan orang-orang miskin. Mereka membentuk area tempat sekolah yang berbeda pula, sehingga adanya perbedaan antara kualitas sekolah yang dimiliki oleh komunitas orang kaya dan miskin. Sekolah di komunitas orang-orang kaya sangat maju, sedangkan sekolah bagi orang-orang miskin sangat terbelakang. Hal ini mengancam adanya ketidaksetaraan dan kesempatan (equal and control) yang kini tengah bergulir di Amerika serikat.

Siapa yang membuat kurikulum sekolah? Kurikulum sekolah adalah berkaitaan dengan apa yang diajarkan disekolah. Dalam undang-undang pemerintah federal tidak mendukung salah satu agama, karena itu sekolah negeri tidak ada pelajaran agama. Pendidikan umum cenderung sekularistik. Sebaliknya sekolah swasta cenderung berafiliasi dengan agama tertentu (relegius school), misalnya sekolah yang dikelola oleh komunitas Katolik, seperti SMA Swasta Agama Katolik Cristo Rey Jesuit yang berorientasi pada pelayanan di salah satu wilayah yang berkembang di Chicago. Alasan didirikan sekolah ini untuk meningkatkan kemanusiaan dan intelektual, melestarikan warisan keagamaan dan kebudayaan. Kurikulum dilakukan dengan dwi bahasa dan berpartisipasi dalam Corporate Intership Program. Sekolah berbasis agama Islam Universal di kenal juga di Amerika Utara, usaha yang unik dilakukan dengan memasukkan bahasa arab sebagai bahasa kedua, mengikuti proyek tarbiyah. sekolah ini menggunakan busana muslim dengan izin tertentu. Sejak didirikan sekolah swasta, banyak memberikan sumbangan bagi pendidikan di Amerika serikat. Persoalannya ialah jika sekolah memiliki dana yang terbatas, maka kurikulum pendidikan seperti seni dan musik menjadi berkurang di sekolah Amerika.
Pada dasarnya yang menentukan standar minimum kurikulum di tingkat sekolah menengah adalah negara bagian. Sedangkan pada tingkat universitas, dikelola secara independen oleh universitas tersebut.

Perolehan akses di setiap lembaga pendidikan begantung dari komunitas lokal. Pemberian akses pendidikan menyangkut pada kesetaraan (equality) dan kesempatan (opportunity). Bagi komunitas yang kaya, tentu tidak menjadi persoalan, tetapi bagi komunitas yang miskin, akan menjadi sangat sulit memperoleh akses pendidikan yang berkualitas. Pertentangan antara equality dan controlling menjadi suatu yang niscaya dicarikan jalan keluarnya. Misalnya, pemerintah negara bagian bertanggung jawab untuk mendanai pendidikan. Sayangnya, Illinois adalah negara yang rendah berpartisipasi pada pendidikan, hanya 30%saja dari anggaran negara Illinois untuk biaya pendidikan. Ada kekhawatiran juga apabila sekolah secara keseluruhan di danai oleh negara bagian, maka masyarakat setempat tidak memperoleh akses untuk mengontrol sekolah. Menyangkut tentang kesempatan (opportunity), Amerika telah memberikan akses untuk orang-orang yang memiliki kemampuan berbeda (disability) dengan memberikan program pendidikan khusus. Sekolah program khusus dibentuk untuk mengurangi diskriminasi. Diskriminasi saat ini terasakan lebih banyak dikarenakan perbedaan kekayaan, maka diperlukan upaya memajukan demokrasi melalui pendidikan

Demokrasi dan Pendidikan
Anak-anak menjadi agen untuk mempromosikan demokrasi.
Jika demokrasi berjalan, maka harus memiliki orang-orang yang berpendidikan untuk dipilih. Orang yang dipilih sebagai wakil harus mampu dan bisa diajak berdialog, berkomunikasi, tentang segala aspirasi masyarakat. Seorang wakil yang bisa memilih invormasi yang benar untuk membela kepentingan rakyat. Pendidikan adalah tempat untuk menyemai ajaran demokrasi pada generasi muda. Mendidik anak-anak agar mengetahui tugas-tugas kongres, tanggung jawab presiden, peran pengadilan, tanggung jawab sebagai warga negara, dan sistem pemerintah yang dianut.

Di Amerika, ada ribuan posisi di tingkat lokal yang bisa diperebutkan oleh orang-orang yang berpendidikan. Misalnya, menjadi wali kota, dewan sekolah, kepala sekolah dan sebagainya. Tujuan demokrasi ialah memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk membangun kantornya sendiri. Dan pendidikan adalah kunci terbentuknya demokrasi yang kokoh. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak terlibat berpartisipasi.

Cerita dari USA: Oase Pendidikan Multikultural di Chicago

Penulis tiba kota Chicago hari sabtu, 6 Mei 2006 waktu Chicago, dan Minggu waktu Indonesia. Setibanya penulis di pusat kota, langsung berkeliling mengitari pemandangan diseputar hotel Chicago Hilton. Illinois adalah negara bagian ketiga terbesar di Amerika Serikat. Illinois memiliki kota Chicago yang sangat maju. Chicago terdiri dari berbagai penduduk dari berbagai negara. Penduduk tinggal di Chicago berasal dari 50% kulit putih dan 50% kulit hitam. Lalu apa yang terjadi?

***


Cerita dari USA: Oase Pendidikan Multikultural di Chicago

Oleh: Najlah Naqiyah
Peserta CLP (Community Leadership Program) di Chicago Illinois USA


Penulis tiba kota Chicago hari sabtu, 6 Mei 2006 waktu Chicago, dan Minggu waktu Indonesia. Setibanya penulis di pusat kota, langsung berkeliling mengitari pemandangan diseputar hotel Chicago Hilton. Illinois adalah negara bagian ketiga terbesar di Amerika Serikat. Illinois memiliki kota Chicago yang sangat maju. Chicago terdiri dari berbagai penduduk dari berbagai negara. Penduduk tinggal di Chicago berasal dari 50% kulit putih dan 50% kulit hitam. Sebagian kecil lainnya adalah orang-orang kulit coklat. Penduduk yang tinggal di kota ini berasal dari berbagai agama yang berbeda. Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu dan Budha dan Atheis bisa hidup di kota Chicago. Chicago memiliki keunikan budaya. Keunikan tersebut nampak setiap individu yang hidup di kota Chicago. Orang Chicago Amerika tidak begitu perduli dengan orang lain, tetapi mereka sangat tipikal. Orang Chicago biasanya mengenal dulu orang lain, sebelum menghakimi orang tersebut. Keunikan lain juga nampak dari budaya orang-orang Amerika.


Di Chicago sebagai pusat kota dimana tempat orang bekerja. Di Chicago berdiri gedung-gedung menjulang langit. Gedung-gedung tinggi yang tertata rapi. Gedung-gedung pencakar langit terdapat di sepanjang pusat kota Chicago, berbaris indah membentuk blok-blok. Setiap blok terdiri dari pusat perkantoran, pertokoan dan lainnya. Transportasi yang digunakan oleh orang-orang Chicago adalah mobil, bus dan kereta listrik bawah tanah. Hampir setiap saat banyak orang yang lalu lalang di pusat kota mengelilingi blok-blok untuk memenuhi urusan mereka. Mereka berjalan kaki, dan berkendaraan. Mereka sangat mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Orang Chicago sangat menghargai setiap peraturan yang ada di jalan, misalnya lampu untuk para pejalan kaki untuk menyebrang jalan. Pengendara mobil sangat menghargai para pejalan kaki. Penghargaan tersebut menjadi tanda adanya denyut kehidupan masyarakat yang mengembangkan hidup saling toleransi antara satu dengan yang lain.


Sikap toleransi multikultural sangat terasa di Chicago. Multikultural nampak nyata dari keseharian penduduk kota Chicago. Hal tersebut nampak dari sikap dan perilaku penduduk kota Chicago yang saling menghargai satu dengan yang lainnya. Kesediaan orang-orang kulit putih berdampingan dengan orang-orang kulit hitam. Kesediaan menerima orang-orang asing untuk hidup berdampingan dengan orang Amerika. Sikap terbuka terhadap perbedaan adalah ciri masyarakat Amerika. Kesediaan berbagi tempat untuk orang-orang berbeda agama. Suasana multikultural juga terasa pada setiap perjumpaan dengan penduduk kota Chicago. Mayoritas mereka sangat ramah dan menyapa orang yang mereka temui dengan ucapan yang sopan. Mereka terbiasa dengan mengucapkan terima kasih.


Bagaimana kota Chicago membangun peradaban Multikultural? Peradaban toleransi multikultural dibangun dari kesadaran setiap orang yang tinggal di kota Chicago. Peradaban tersebut adalah disiplin, kesetaraan dan persamaan manusia, penegakan hukum, keadilan. Peradaban toleransi memang lahir dari budaya Chicago yang dihargai oleh penduduknya. Tentu, penghargaan tersebut lahir dari sistem pendidikan masyarakat Chicago yang diajarkan di sekolah dan diterapkan sehari-hari. Anak-anak belajar tentang tepat waktu dan disiplin di sekolah. Anak-anak melihat perilaku orang dewasa yang nampak di keseharian mereka. Anak-anak berinteraksi dengan realitas sosial seperti alat-alat transportasi yang mereka tumpangi. Anak-anak belajar dan menemukan sendiri bahwa angkutan umum seperti bus dan kereta api berjalan tepat waktu, aturan-aturan yang dilakukan di masyarakat Chicago berjalan. Mereka belajar dari keseharian para orang tua dan orang dewasa lainnya. Budaya disiplin dan tepat waktu akhirnya menjadi habits (kebiasaan) yang mendarah daging sejak kecil. Keunikan itulah yang terasa oleh penulis, dimana segalanya berjalan tepat waktu di Chicago. Misalnya, saat penulis belajar naik kereta api/bus sangat tepat waktu kapan berangkat dan tiba di Union station. Transportasi masyarakat sangat tepat waktu, sehingga budaya disiplin lahir ditengah peradaban Chicago. Berbeda dengan budaya Indonesia, yang serba terlambat. Transportasi publik tidak memenuhi standar dan sering pula terlambat. Bus-bus umum di Indonesia tidak tepat waktu. Anak-anak belajar disiplin di sekolah saja dengan kata-kata, tanpa melihat dengan mata kepala sendiri bagaiamana para orang dewasa dan para orang tua tidak tepat waktu. Perilaku tidak tepat waktu menghilangkan rasa disiplin. Anak-anak membuat anak-anak belajar dari realitas sosial tentang mengabaikan waktu. Penulis menyadari bahwa penerapan disiplin dan ketepatan waktu tidak bisa hanya diajarkan dengan kata-kata di sekolah, tetapi harus diikuti oleh tradisi yang muncul dari perilaku disiplin masyarakat setempat. Masyarakat dituntut untuk menerapkan layanan terhadap sesama secara tepat waktu pula. Demikian juga, pemerintah harusnya mengusahakan agar layanan transportasi umum berjalan secara tepat waktu dan cepat. Sehingga terbentuk oase tepat waktu dan disiplin. Alih-alih, anak anak bisa menikmati transportasi murah, cepat dan tepat dari pemerintah Indonesia, justru yang terjadi adalah kecuekan pemerintah terhadap anak-anak miskin yang harus membayar mahal transportasi umum ke sekolah. Akhirnya anak-anak sering terlambat datang ke sekolah, gurunya juga sering terlambat. Anak-anak Indoensia sangat miskin contoh disiplin dari masyarakatnya. Menyadari hal tersebut, sudah saatnya, pemerintah Indonesia mulai memikirkan bagaimana agar transportasi berjalan secara cepat dan tepat waktu. Bagaimana caranya untuk memberikan subsidi transportasi? Memberi anak-anak kartu-kartu transportasi secara murah yang bisa dipakai oleh siswa dengan transportasi layak, bukan dengan memberikan uang bantuan BBM secara langsung dan tidak jelas digunakan untuk apa uang bantuan BBM tersebut oleh siswa. Seperti di Chicago, kartu-kartu transportasi pelajar itu berlaku selama 7 hari yang dibeli dengan sangat murah. Para pelajar bisa menggunakan bus-bus atau kereta secara bebas kapanpun mereka pergi secara gratis. Pelajar hanya menunjukkan kartu transportasi pelajarnya ke kondektur saat pergi dan pulang dari sekolah. Dengan demikian, bantuan subsidi BBM akan terasa lebih nyaman dan aman bagi siswa, daripada sekedar pembagian uang tunai yang jumlahnya sedikit, dan tidak terkontrol apabila kebutuhan transportasi siswa tetap mahal.


Multikultural yang tumbuh di Chicago ialah kesediaan setiap orang untuk saling menghargai perbedaan satu dengan yang lainnya. Hidup berdampingan dengan perbedaan agama tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kesediaan bersikap toleran akan sangat di butuhkan. Penulis merenungkan, betapa Islam sesungguhnya memiliki ajaran demokrasi, keadilan, persamaan derajat, dan toleransi serta disiplin. Tetapi pada realitas keseharian, hal itu belum terwujud di Indonesia yang 90 % penduduknya mayoritas Islam. Di Indonesia , ajaran Islam hanya hidup diatas teks suci yang setiap kali dibaca di pesantren-pesantren dan di masjid-masjid, tapi jauh dari praktek sehari-hari saat menjalani kehidupan. Betapa Islam sangat menganjurkan untuk tepat waktu. Bahkan Allah SWT juga bersumpah demi waktu. Bahwa manusia adalah berada dalam kerugian apabila manusia tidak menggunakan waktu dengan baik. Ajaran solat mengajarkan orang-orang Islam untuk tepat waktu. Solat fardu sehari lima kali, adalah ajaran yang mengandung nilai untuk menghargai waktu. Herannya, mengapa justru ummat Islam terbesar di Indonesia masih berleha-leha ? Karena ajaran Islam belum menyatu pada perilaku keseharian pemeluknya. Ummat Islam masih tidak mampu mengatur bagaimana agar memperoleh teknologi cepat dan tepat waktu dalam urusan kerja. Mestinya spirit tersebut mengilhami para tokoh agama untuk berpikir bagaimana mengatur negara Indonesia berbudaya disiplin. Jika sadar bahwa Indonesia amatlah tertinggal dari negara-negara maju, maka semestinya sadar untuk berubah dan berusaha seperti perilaku negara maju. Salah satu kunci perilaku negara maju, seperti Chicago adalah semua berjalan tepat waktu dan serasi. Ketepatan waktu merupakan hal penting untuk membangun peradaban yang saling menghargai.

Belajar dari multikultural di Chicago, adalah kesediaan untuk bersikap beberapa hal pertama, toleransi terhadap sesama manusia. Sikap toleransi akan muncul apabila memiliki sikap respek terhadap sesama manusia. Sikap respek untuk bersedia memahami dan mengerti orang lain. Sikap respek tidak akan tumbuh hanya dengan kata, tetapi perlu di praktekkan pada kesediaan kita berdampingan untuk berlaku sama terhadap kepada semua manusia.
Kedua, adanya sikap kesediaan untuk memberikan maaf (forgiveness) kepada orang lain. Kesediaan untuk memaafkan adalah sikap penting untuk menerapkan multikultural. Dimana hidup dengan orang yang berbeda ras, etnik dan agama tentu membutuhkan interaksi yang berbeda. Mengampuni orang yang menyalahi kita akan membuka pintu dialog untuk saling kenal mengenal dan memahami orang lain. Dengan cara memberikan maaf, apabila orang lain yang menyinggung perasaan, sikap keras, dan salah paham. Dengan memberikan maaf, akan ada dialog yang memberikan saling mengerti posisi masing-masing dan mengakhiri konflik yang terjadi. Dialog dengan jujur dan kesediaan menerima orang lain seperti apa adanya, akan memudahkan hati kita membuka diri untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda.
Ketiga, Menyadari bahwa orang lain berbeda dan menghargai perbedaan itu sebagai kewajaran. Kesadaran adanya perbedaan antara satu dengan yang lainnya menuntun sikap untuk toleransi. Dengan menyadari adanya orang lain yang berbeda, orang lain memiliki kebutuhan berbeda, mendorong sikap untuk sadar dimana hidup multikultural adalah suatu niscaya.

Akhirnya, belajar dari kota Chicago, rasanya bukan tidak mustahil, suatu saat nanti Indonesia bisa mengejar ketertinggalannya. Indonesia yang memiliki ribuan budaya multikultural akan bisa hidup damai dengan saling mencintai, memahami dan maju bersama-sama. Indonesia yang menghargai individu berdasarkan karakter dan isi pribadi mereka, bukan semata karena keturunan, kekayaan, jabatan atau ras tertentu. I still have a dream..... dengan bersikap terbuka kepada setiap perbedaan, maka kemajuan akan tercapai bersama-sama.

Chicago, minggu malam, 09.30 pm.

Cerita dari USA: Chicago Multikultural


Rombongan Indonesia yang mengikuti program CCE dan Heartland International telah tiba di Chicago. Saya termasuk salah satu dari rombongan tersebut. Inilah oleh-oleh selama di sana...

***


Cerita dari USA: Chicago Multikultural


Oleh: Najlah Naqiyah


Rombongan Indonesia yang mengikuti program CCE dan Heartland International telah tiba di Chicago. Saya termasuk salah satu dari rombongan tersebut. Negara Illinois adalah negara bagian amerika serikat yang pertama dikunjungi oleh peserta. Illinois memiliki kota Chicago yang sangat megah. Chicago memiliki budaya yang sangat khas, diantaranya adalah sikap yang ramah kepada orang lain. Di Chicago merupakan negara bagian ketiga yang sangat ramai. Setiap harinya, banyak orang yang bekerja di Chicago. Mereka bekerja dengan berbagai macam pekerjaan seperti bisnes, perkantoran dan perindustrian. Penduduk Chicago terdiri dari beragam. Mulai dari orang kulit hitam, kulit putih dan kulit coklat, mereka memperoleh kesempatan yang sama untuk bekerja.

Chicago adalah suatu model kota yang menerapkan kehidupan multikultural. Banyak perbedaan yang nampak dari berbagai agama, ras, etnik yang hidup dan bekerja di kota Chicago. Penduduk kota Chicago sebagian terdiri dari orang-orang beragama kristen, katolik, Islam, Hindu, Budhis dan bahkan atheis. Semua penduduk salaing menghargai satu dengan yang lain. Penulis merasa tidak adanya diskriminasi sebagai warga asing yang berkunjung ke Chicago. penulis menikmati pesta rakyat Chicago dengan bercampur baur bersama-sama dengan mereka. Ada hal ketakjuban yang penulis rasakan tentang keramahan orang-orang Chicago saat bertemu. Selama ini, penulis mengenal orang-orang Amerika sangat membenci kepada muslim, tetapi ketika penulis bersama penduduk asli Chicago Amerika, tidak ditemukan kebencian mereka terhadap penulis yang kebetulan seorang muslimah yang berjilbab. identitas penulis sebagai muslim sangat dihargai.

Penulis dengan teman-teman lain, menghabiskan waktu pertama datang dengan mengunjungi Lake Michigan, sebuah danah yang sangat indah di kota Chicago.Danau tersebut dikelilingi oleh kebun tulip yang sangat cantik. Bunga-bunga tulip bermekaran dengan warna-warni yang cerah, seakan menyambut kedatangan penulis bersama rombongan Indonesia. Penulis berkeliling danau dengan senang hati dan sejenak memotret pemandangan yang ada. Sebuah danau yang ada di dekat gedung-gedung mencakar langit. sepanjang jalan, penulis perhatikan orang-orang yang berjalan kaki selalu mendapat prioritas dari orang-orang yang menaiki kendaraan seperti mobil, bus. para pejalan kaki di Chicago sangat santai dan mengikuti aturan kapan mereka harus berhenti dan menyebrang di jalan. sungguh, pemandangan yang baru bagi penulis, dimana di Indonesia para pejalan kaki sangat tersisihkan dan tidak mendapat banyak kesempatan untuk menyebrang dengan santai.

Chicago adalah miniatur kota yang mengedepankan rasa disiplin, solidaritas, dan kebebasan. Hal itu terlihat oleh penulis dalam perjumpaan dengan mereka. sebagian besar penduduk yang penelis temui sangat ramah, dan senang membantu orang lain. Penulis melihat peradaban mereka telah terbentuk. Dimana peraturan berjalan dengan tegak. Para penduduknya telah menjalankan peraturan dengan kesadaran yang tinggi. Penulis jarang menemukan polisi yang mengatur lalu lintas, sebab para pengendara dengan sadar mengikuti peraturan lampu lalu lintas dan petunjuk sesuai dengan ketentuan. Para polisi tidak menampakkan ketakutan bagi penduduk chicago, justru sikap mereka sangat penolong. Suatu pelajaran yang membuat penulis bertanya, bagimana menyadarkan penduduk di Indonesia, yang mayoritas muslim, tetapi masih jauh dari disiplin ketika di jalan raya?

Pertanyaan demi pertanyaan menyapa relung hati penulis, ketika melihat kemajuan demikian pesatnya di kota Chicago, Bagaimana penduduk Chicago membangun kotanya dengan indah? Banyak gedung tinggi mencakar langit, kereta bawah tanah yang super cepat, musium yang terawat. Kereta bawah tanah dan bis-bis yang ada, biasanya sangat tepat waktu sehingga banyak membantu penduduk untuk sampai ketempat kerja dengan cepat dan tepat waktu. Pemandangan ini membuat iri hati penulis tentang keadaan bangsa Indonesia yang masih jauh dari fasilitas umum bagi penduduk, dibandingkan dengan Chicago.

Pada hari minggu pagi waktu Chicago, senin waktu Indonesia, penulis mengikuti pesta dari para voluntere. Pesta gratis untuk rakyat Amerika. Suasana pesta tersebut sangat meriah. Banyak penduduk yang datang dan mereka berkumpul dalam satu tempat, di Grant park. Sebuah kebun yang sangat hijau, dimana disitu telah di sulap menjadi sebuah pesta dengan berbagai hidangan gratis untuk orang yang datang. Penulis bersama rombongan ikut serta menghadiri dan menikmati fasilitas gratis, seperti makan dan minum, pemberian kaos dari sponsor tertentu dan banyak lagi. suatu pesta yang tidak pernah penulis temukan sebelumnya di Indonesia.