Monday, May 15, 2006

Cerita dari USA: Pertemuan Kelompok Sipil Amerika

Setelah penulis mengikuti pelatihan toleransi, pendidikan dan demokrasi di UIC selama seminggu, penulis dan teman-teman dari Indonesia mengikuti pertemuan sipil rakyat Amerika. Pertemuan tersebut bernama Rainbow / PUSH Coalitation yang di adakan sabtu, 13/05/05 di gedung dr. Martin Luther King Jr, Chicago. Penggagas pertemuan tersebut oleh Rainbow / PUSH Coalition, suatu organisasi masyarakat sipil yang menuntut perubahan sosial. Pertemuan Rainbow dihadiri oleh rakyat sipil yang diikuti oleh orang-orang kulit putih dan hitam, namun kebanyakan yang hadir pada saat itu orang berkulit hitam. Bagaimana cerita lengkapnya? Ikuti di bawah ini....

***


Cerita dari USA: Pertemuan Kelompok Sipil Amerika

Oleh Najlah Naqiyah


Chicago, 13/05/2006

Setelah penulis mengikuti pelatihan toleransi, pendidikan dan demokrasi di UIC selama seminggu, penulis dan teman-teman dari Indonesia mengikuti pertemuan sipil rakyat Amerika. Pertemuan tersebut bernama Rainbow / PUSH Coalitation yang di adakan sabtu, 13/05/05 di gedung dr. Martin Luther King Jr, Chicago. Penggagas pertemuan tersebut oleh Rainbow / PUSH Coalition, suatu organisasi masyarakat sipil yang menuntut perubahan sosial. Pertemuan Rainbow dihadiri oleh rakyat sipil yang diikuti oleh orang-orang kulit putih dan hitam, namun kebanyakan yang hadir pada saat itu orang berkulit hitam.

Penulis mengamati, pertemuan pergerakan masyarakat sipil sangat bebas mengekspresikan pendapatnya. Tokoh yang memimpin pertemuan tersebut adalah Jacky Jakson, seorang penerus pergerakan Dr Martin Luther King Jr. Jacky Jakcson memberikan pidato yang sangat menggugah para masyarakat sipil yang hadir. Isi dari pidato Jakson mengenai keadilan dan persamaan kesempatan bagi warga sipil. Jacky Jakson adalah orang yang ada disamping Dr Martin Luther King saat ditembak mati di sebuah hotel.

Selama mengikuti pertemuan sipil, rombongan dari Indonesia mendapat kehormatan melihat dan menyaksikan acara. Penulis turut serta melihat dan menghayati serta merasakan bebasnya orang-orang Amerika berekspresi tentang ketidakpuasan mereka sebagai warga negara. Mereka mengungkapkan dalam nyanyian perdamaian, berorasi dan berteriak lantang didalam ruangan dengan penuh semangat. Mereka meneriakkan yel-yel tentang hak asasi manusia secara besama-sama, seperti kebebasan berekspresi, bertanggung jawab dan kesempatan bagi semua orang memperoleh akses penghidupan yang layak. Kebebasan berpendapat bagi warga negara Amerika diekspresikan melalui bentuk acara khusus menggalang kekuatan rakyat sipil. Partisipasi rakyat mendorong agar pemerintahnya memperhatikan keadilan dan bertanggung jawab dikemukan dengan sangat santun, di dalam ruangan. Mereka mengungkapkan ketidakpuasan terhadap negaranya, mengkritik para penguasa dan mendorong agar pemerintahannya berbuat adil dan kesempatan/peluang bagi rakyat memperoleh kesejahteraan.

Hal yang menarik bagi penulis ialah, penghargaan yang diberikan oleh PUSH Coalition terhadap sepuluh perempuan yang sukses. Kesepuluh perempuan tersebut memiliki profesi yang berbeda-beda. satu dari sepuluh perempuan tersebut adalah seorang polisi perempuan. mereka mendapatkan bunga dan cindera mata yang diberikan oleh Jackson. Pertemuan tersebut juga berkaitan dengan perayaan mother's day pada hari minggu keesokan harinya. Penulis terngiang, betapa pengorbanan seorang ibu ditengah zaman diskriminasi sedemikian berat. Perbedaan akses yang sangat lebar antara laki-laki dan perempuan, baik bidang politik, ekonomi dan sosial membuat banyak para ibu dan perempuan lainnya menderita. Mereka kehilangan akses untuk berbuat sebanyak bakat yang ia punya. Mereka harus tunduk pada keterbatasan, ketidakadilan yang dibuat oleh sistem. Kenyataan tersebut juga menjadi konsern pada pertemuan rakyat sipil guna memperoleh perubahan peran gender yang lebih baik, menyangkut kesamaan akses ekonomi, seperti pembagian gaji bagi perempuan, akses teknologi dan pendidikan dan juga kerja doble baik domestik maupun publik yang harus dipikul oleh perempuan sendirian.

Belajar dari pertemuan tersebut, ada tiga hal yang berkaitan dengan praktek demokrasi bagi warga negara sipil. Dimana, ukuran demokrasi bukan hanya pada berapa jumlah masyarakat yang menggunakan hak pilih saat pemilu berlangsung, namun, demokrasi sesungguhnya ialah seberapa besar partisipasi aktif masyarakat membangun komunitasnya. Trend yang menjadi ukuran pemilih pemilu terbesar di Indonesia didominasi oleh perempuan, tetapi apakah perempuan berpartisipasi aktif dikomunitasnya membuat keputusan penting? Tidak, selama ini, demokrasi hanya diartikan secara parsial, dimana rakyat disuruh untuk sadar memilih, tetapi setelah pilihan pemilu selesai, rakyat tidak bisa lagi memiliki akses terhadap pilihan mereka yang duduk di dewan pemerintah, baik kota/kabupaten, propinsi dan pusat. Alih-alih, rakyat bisa berkomunikasi dengan dewan kapanpun, justru yang terjadi adalah memperkaya diri dengan kekuasaan dan fasilitas diri. Rakyat kemudian menjadi sangat pasif dan membiarkan dengan pasrah kekuasaan yang korup.

Kedua, ukuran demokrasi berjalan adalah bergantung pada partisipasi aktif masyarakat secara individu maupun kelompok. Jika para wakil yang dipilih tidak bisa diajak berkomunikasi dengan rakyat, maka yang harus dilakukan adalah menulis dan memberitahukan kepada publik. Jika dewan perwakilan rakyat masih tidak mau mendengar akan tuntutan masyarakat, maka yang dilakukan adalah berteriak dan mengumumkannya di jalan-jalan. Demonstrasi merupakan pilihan pahit, apabila rakyat sudah tidak bisa berkomunikasi. Dan langkah terakhir, jika aparat tidak juga mau memperhatikan tuntutan rakyat, jangan memilihnya di pemilihan umum mendatang. Jadi partisipasi rakyat menjadi langkah penting untuk menegosiasikan kemana arah pembangunan politik berjalan.

Ketiga, Rakyat tidak bisa membiarkan pemerintah mengatur jalan bangsa ini sendirian. Sebab, jika itu berlangsung, maka rakyat akan diatur oleh orang lain. Yaitu orang-orang yang tidak tahu tentang keadaan dan komunitas masing-masing wilayah. rakyat setempatlah yang mesti aktif untuk mengatur dan memutuskan bagaimana wilayah akan dibangun. Sebab, apabila orang luar yang mengatur, tentu mereka hanya akan mengambil keuntungan saja. Mereka merusak habitat alam, mengeruk kekayaan bumi dan melarikan uang ke luar negeri.

Akhirnya, pertemuan rakyat sipil untuk menggalang kekuatan merupakan suatu niscaya adanya partisipasi aktif dari berbagai kelompok masyarakat. Pertemuan-pertemuan kecil yang menggugah dan mengkritik secara konstruktif akan mendorong percepatan bersemainya proses demokrasi. karena demokrasi adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus tiada berhenti. Demokrasi selalu baru sesuai dengan dialektik bergaining bagi masyarakat sipil.