Saturday, February 17, 2007

Mengelola Stress Saat Mengungsi

Jakarta lumpuh akibat banjir. Jakarta sebagai ibu kota negara tenggelam. Jakarta seakan menjadi saksi rusaknya penataan lingkungan di negeri Indonesia. Banjir mengakibatkan kerugian banyak pihak. Kerugian ditaksir mencapai 4.1 trilun rupiah. Sarana transportasi, telekomunikasi dan BUMN serta listrik terganggu. Aktivitas kerja pegawai, pekerja, pelajar terganggu. Kantor, sekolah dan rumah-rumah penduduk terendam air. Orang-orang harus mengungsi. Bagaimana mengatasi stress akibat banjir?




***

Mengelola Stress Saat Mengungsi
Oleh: Najlah Naqiyah


Jakarta lumpuh akibat banjir. Jakarta sebagai ibu kota negara tenggelam. Jakarta seakan menjadi saksi rusaknya penataan lingkungan di negeri Indonesia. Banjir mengakibatkan kerugian banyak pihak. Kerugian ditaksir mencapai 4.1 trilun rupiah. Sarana transportasi, telekomunikasi dan BUMN serta listrik terganggu. Aktivitas kerja pegawai, pekerja, pelajar terganggu. Kantor, sekolah dan rumah-rumah penduduk terendam air.

Mengapa lingkungan rusak di Jakarta? Setiap tahun penduduk Jakarta bertambah padat. Banyak orang datang mengadu nasib mereka ke Jakarta. Jakarta adalah tempat mengadu nasib bagi jutaan orang kampung. Di Jakarta, denyut ekonomi bangsa ini terpusat. 80 % uang beredar di jakarta. Hanya 20 % sisanya, uang yang beredar di daerah. Wajar, apabila berjuta penduduk selalu mendatangi Jakarta setiap tahun mengadukan nasib mereka. Hal itulah yang menimbulkan kepadatan penduduk. Konsekwensinya ialah menjamurnya pemukiman kumuh dan sampah yang tidak terkendali.

Di lain pihak, pembangunan mall-mall dan real estate terus bertambah. Pembangunan gedung-gedung pencakar langit tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan yang merusak. Hutan-hutan di Bogor digunduli dan berganti villa serta rumah-rumah elit. Akibatnya, resapan air berkurang. Bencana longsor serta banjir terus mengancam wilayah Jawa Barat dan Jakarta.

Bagaimana keluar mengatasi stres akibat banjir bandang ?

Pertama, mencari tahu sebab yang menimbulkan stres bagi pengungsi. Jika menilik penyebab stres pengungsi karena rasa lapar, maka perlu memberikan makan dan minum. Jika stres pengungsi karena sakit, maka perlu menyediakan obat-obatan. Jika stres mereka karena kurangnya air bersih untuk kebutuhan mandi, masak, buang air, serta mencuci, maka perlu menyediakan sarana air bersih yang cukup. Persoalannya, siapa yang paling bertanggung jawab menyediakan sarana itu semua? Pemerintah berkewajiban menyediakan sarana yang dibutuhkan oleh pengungsi. Pemerintah wajib menyediakan fasilitas bagi pengungsi memperoleh penghidupan yang layak. Tugas pemerintah menyiapkan sarana air bersih, makan dan minum serta obat-obatan bagi pengungsi. Masyarakat miskin yang mengungsi perlu menggunakan fasilitas tersebut untuk keselamatan hidup mereka. Jika pemerintah abai menyediakan sarana kesehatan dan sanitasi air bersih, maka pengungsi akan menderita dan terancam penyakit akibat banjir. Pemerintah selayaknya berusaha keras menyediakan kebutuhan para pengungsi dengan cepat, untuk meringankan beban hidup mereka yang kesusahan.

Kedua, Jika pengungsi ketakutan dan khawatir kehilangan harta yang ditinggalkan di rumah mereka, maka perlu menyediakan jaminan keamanan bagi rumah mereka. Pemerintah perlu menjaminan adanya rasa aman atas tempat tinggal para pengungsi yang terendam banjir. Bagaimanapun, para pengungsi khawatir dan takut meninggalkan rumah dan harta benda mereka. Ketakutan yang berlebihan membuat rasa stres takut kehilangan barang-barang milik mereka. Untuk itu, pemerintah perlu bersikap tegas mengerahkan aparat keamanan menjaga rumah-rumah yang ditinggal mengungsi. Koordinasi pemerintah dengan pihak kepolisian dan TNI perlu intensif. Jaminan rasa aman, akan mengurangi rasa was-was para pengungsi. Pengungsi lebih tenang apabila harta benda mereka mendapatkan kepastian rasa aman dari penjarahan.

Ketiga, Solidaritas para tokoh agama, tokoh masyarakat, para artis membantu korban banjir perlu ditingkatkan. Tokoh agama sebagai pusat pengaduan masyarakat miskin. Secara sosial, tokoh agama lebih dekat dengan keseharian ummat. Peran masjid, gereja, sekolah keagamaan, pesantren menjadi alternatif masyarakat sebagai tempat mengungsi yang aman. Dengan bahu membahu dan tolong menolong secara lintas agama, akan lebih mudah dan cepat menyalurkan bantuan bagi para pengungsi.

Memberikan yang terbaik bagi para pengungsi dengan segenap kemampuan yang kita miliki akan mengobati stres pengungsi. Mendampingi pengungsi saat kritis dan membutuhkan bantuan akan membantu mengurangi beban mereka. Cara yang ditempuh melalui kerjasama aparatur pemerintah, para tokoh agama, artis dan pengusaha, membantu kebutuhan pengungsi. Semoga, pengungsi tertangani dengan baik.

3 comments:

sobirinsobirin@gmail.com said...

Hallo naj, blognya bagus, supaya diteruskan. Perlu mengulas tentang etika lingkungan ekofeminisme agar lingkungan hidup tidak semakin rusak/
salam dari:
www.sobirin-xyz.blogspot.com
www.clearwaste.blogspot.com

antown said...

blog ini tidak hanya berbicara soal feminisme, tapi banyak juga hal-hal kecil di luar sana yang udah diangkat.
Bagus sih tulisannya.

smecoez said...

e1v52i5y25 i5h23f1u57 s7k40z7d11 f7i59p9x90 u2j79o1q75 t5b29p3o24