Friday, November 03, 2006

Rasa Keberhasilan Mengatasi Krisis

Indonesia tengah mengalami krisis persoalan ekonomi, moral dan politik. Secara ekonomi, kemiskinan di Indonesia makin meningkat tajam. Angka pengangguran makin tinggi mencapai 40 juta jiwa usia kerja. Sementara, angkatan kerja yang tersedia kurang mampu mencari dan mengolah informasi yang dibutuhkan dalam memeroleh pekerjaan. Kompleksnya persoalan pengangguran menambah beban negara menjadi pemicu kerusakan tatanan sosial, maraknya tindak kekerasan di jalanan, pemerasan dan pencurian. Hal tersebut disebabkan oleh, satu sisi sebagian orang usia produktif harus memenuhi kebutuhan hidup yang tinggi, disisi lain mereka tidak mampu bekerja memenuhi kebutuhan secara halal dan baik. Akibatnya, banyak jalan pintas yang dilakukan dengan cara-cara jalanan, seperti pembalakan, persekongkolan dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagaimana cara keluar dari krisis yang melanda Indonesia? Bagaimana rasa keberhasilan bangsa kita keluar dari hempasan krisis?




***
Rasa Keberhasilan Mengatasi Krisis

Oleh : Najlah Naqiyah

Indonesia tengah mengalami krisis persoalan ekonomi, moral dan politik. Secara ekonomi, kemiskinan di Indonesia makin meningkat tajam. Angka pengangguran makin tinggi mencapai 40 juta jiwa usia kerja. Sementara lapangan pekerjaan makin sulit dicapai. Kualifikasi yang dibutuhkan dalam era global mempersyaratkan keterampilan dan kompetensi yang kompetitif. Sementara, angkatan kerja yang tersedia kurang mampu mencari dan mengolah informasi yang dibutuhkan dalam memeroleh pekerjaan. Kompleksnya persoalan pengangguran menambah beban negara menjadi pemicu kerusakan tatanan sosial, maraknya tindak kekerasan di jalanan, pemerasan dan pencurian. Hal tersebut disebabkan oleh, satu sisi sebagian orang usia produkstif harus memenuhi kebutuhan hidup yang tinggi, disisi lain mereka tidak mampu bekerja memenuhi kebutuhan secara halal dan baik. Akibatnya, banyak jalan pintas yang dilakukan dengan cara-cara jalanan, seperti pembalakan, persekongkolan dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sementara kerusakan moral tidak terelakkan lagi. Tindakan kolusi dan korupsi makin nyata dan sampai ke daerah. Tindakan korupsi bukan saja dilakukan oleh oknum pemerintah saja, tetapi telah mengakar dikeseharian masyarakat yang membeli hukum. Masyarakat biasa menyogok saat berurusan dengan aparat keamanan, mengurus surat-surat. Pelanggaran dan tindak asusila memenuhi berita dan koran harian. Sebagai bangsa yang memiliki kepercayaan dan pemeluk agama Islam secara mayoritas, tentu menjadi kesedihan bagi keberagamaan kita. Ummat Islam kurang bersyukur kepada Allah SWT, dan seringkali mengabaikan ajaran agamanya. Kebanyakan mereka mengingkari pesan Allah SWT untuk menebarkan kebaikan dan kejujuran dimuka bumi secara adil.

Sementara carut marut politik makin jelas terjadi. Pertikaian antar suku, adu domba antar agama di Poso masih menyelimuti perdamaian di Indonesia. Pertentangan antar anggota partai politik dan perseteruan internal dalam partai menjadi fenomena yang tidak kunjung usai. Pemerintah Indonesia seperti menambal sulam keadaan yang terus menerus kerus. Ditambah lagi dengan bencana alam dan lingkungan yang tiada henti akibat ulah manusia. Kasus kebakaran hutan dan asap yang mengganggu pernafasan penduduk, lumpur lapindo yang meneggelamkan pemukiman penduduk menambah kian parahnya situasi lingkungan di Indonesia. Selama ini yang menjadi penyebab krisis ialah kemiskinan, keterbelakangan dan kebodohan. Akibat dari kemiskinan memicu ketidakadilan dan kekerasan serta terorisme meningkat.

Kemiskinan adalah persoalan yang berkaitan secara individu dan sosial. Selama ini keberhasilan suatu bangsa dikaitkan dengan keberhasilan tiap-tiap individu. Semakin banyak individu yang berhasil keluar dari kemiskinan maka semakin berhasil bangsa ini keluar dari krisis ekonomi. Sebaliknya makin banyak rakyat yang miskin, makin tenggelam bangsa ini dalam krisis ekonomi. Kemiskinan selama ini terjadi pada diri individu yang didukung oleh budaya. Budaya yang membuat orang menjadi miskin, seperti malas bekerja, menunda-nunda waktu dan cepat putus asa. Akibat kemiskinan tersebut orang menjadi lemah dan tidak mampu bangkit dari keterpurukan. Hidupnya menunggu belas kasihan orang lain. Kesehatan menjadi sesuatu yang mahal bagi orang-orang miskin. Segala akses tertutup, baik ekonomi, politik, pendidikan, dan kesehatan.

Ancaman kesehatan masyarakat yang terancam virus flu burung, demam berdarah saat musim hujan dan meningkatnya penularan virus HIV/Aids makin menegaskan Indonesia mesti sadar diri agar segera berbenah dari krisis. Berbenah dari situasi yang mencabik-cabik menuju ikatan kesatuan bangsa. Bagaimana cara keluar dari krisis yang melanda Indonesia? Bagaimana rasa keberhasilan bangsa kita keluar dari hempasan krisis?

Untuk mengukur rasa keberhasilan ini, diperlukan keyakinan dan kepercayaan (efficacy believe) mengatasi krisis. Ada tiga hal yang bisa membentuk keyakinan secara kokoh, yaitu pengalaman keberhasilan yang berulang-ulang, cara mempersepsi keberhasilan dan lingkungan yang kondusif. Jika menilik persoalan krisis di Indonesia, apakah Indonesia memiliki pengalaman berhasil secara berulang-ulang menghadapi hempasan krisis? Kalaupun Indonesia belum banyak berhasil keluar dari kemelut persoalan negeri ini, maka sepatutnya sekarang kita belajar menangani kasus demi kasus secara serius, hingga membentuk keberhasilan yang berulang-ulang. Misalnya, pengalaman Indonesia menangani kasus tsunami di Aceh dan Pangandaran, akan menambah pengalaman bangsa ini menangani krisis akibat bencana alam. Semakin banyak pengalaman yang terkumpul satu demi satu keluar dari krisis akan makin jelas jalan terang akan terlihat.

Cara kedua, yaitu bagaimana memersepsi tentang rasa keberhasilan? Cara memersepsi rasa keberhasilan setiap anak bangsa berbeda satu sama lain. Persepsi rasa keberhasilan seseorang menentukan cara mereka merefleksikan keberhasilan yang telah diperolehnya guna mencapai keberhasilan berikutnya. Melakukan refleksi ialah mempelajari keberhasilan yang telah dicapai sebelumnya untuk memperoleh cara terbaik menghadapi tantangan yang akan datang.

Ketiga, adanya lingkungan yang kondusif memperoleh rasa keberhasilan. Bagaimanapun kayanya pengalaman yang dimiliki oleh suatu bangsa, apabila berada dilingkungan yang tidak demokrasi maka akan sulit keluar dari situasi krisis. Contoh, pada kasus daerah yang terlibat perang antar suku, dimana lingkungan selalu terancam oleh pembunuhan, maka akan sulit untuk keluar dari krisis.

Setelah mengetahui melihat ketiga cara menuju keberhasilan, yaitu pengalaman yang berulang-ulang, cara memersepsi keberhasilan dan lingkungan yang mendukung, maka kita bisa membaca kemungkinan yang akan terjadi bagi Indonesia kedepan. Jika gagal, maka Indonesia makin terperosok dalam jaringan negara jajahan kapitalisme yang makin menggelobal. Namun, jika rasa keberhasilan itu dibingkai dengan kokh satu demi satu berusaha keras mencapai kemajuan, maka Indonesia kedepan makin maju dan mampu mengatasi segala bentuk krisis. Tentu, ini dilihat dari kemajuan setiap anak bangsa memperoleh pengalaman hidup yang lebih menyejahterakan. Keberhasilan hidup dibutuhkan Indonesia yang terus mengarah pada sistem globalisasi. Harapan hidup yang lebih sejahtera merupakan mimpi manis setiap rakyat Indonesia.

3 comments:

Anonymous said...

Menarik untuk dibaca, bedah telisik spiritual wasiat leluhur nusantara : MENYIBAK TABIR MISTERI NUSANTARA di Blog Jalan Setapak Menuju Nusantara Jaya

Anonymous said...

salam kenal... ijin download artikelnya...

yanmaneee said...

nike huarache
yeezy boost 350 v2
retro jordans
jordan retro
air force 1
kobe 9
curry 4 shoes
coach outlet
kd 11 shoes
supreme new york