Monday, January 13, 2003

Islam Penuh Hikmah

Kesejahteraan hidup manusia adalah tujuan dari hadirnya suatu agama. Karena itu, semua agama sarat dengan pesan perdamaian dan kesantunan. Untuk mewujudkan visi kemanusiaan perlu mengedepankan strategi kultural dengan jalan damai untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Kebersamaan umat manusia untuk keluar dari problem kemanusiaan perlu bergandeng tangan tanpa melihat perbedaan SARA (suku, ras dan agama).

Kesatuan umat manusia dalam mengelola daya alam perlu diwujudkan. Firman Allah (SWT): “Hai umat manusia! Bertakwalah kepada TuhanMu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu" (Q.S:4:1). Harapan untuk hidup bersanding diantara pemeluk agama dengan tulus tanpa melihat perbedaan tampaknya tidak mudah. Kecurigaan (suudzon) berlebihan, ketidakpercayaan antar pemeluk agama membuat ketakutan dan terkadang berwujud pada permusuhan. Padahal, agama dipersepsikan sebagai jalan menuju keselamatan (salvation claim) dan kebenaran (truth claim).

Ada kesenjangan antara agama yang dicita-citakan dan realitas sosial yang terjadi. Pengeboman di Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 menelan korban 189 orang-orang tidak bersalah. Pengeboman di Makasar dan tempat – tempat ibadah seperti masjid dan gereja lainnya hanya akan menyisakan tragedi kemanusiaan semakin kompleks. Aksi teror yang dilakukan tersebut telah meluluh-lantakkan pariwisata Indonesia. Ada dugaan dari pihak penyidik bahwa pelaku teror bom dimotivasi oleh tugas suci agama seperti jihad, untuk menggalang solidaritas umat Islam yang mengalami ketidakadilan oleh Amerika Serikat dan Israel. Aksi teror bom, di negara Indonesia dinilai sebagai teroris. Dalam berbagai kasus, gerakan keagamaan oleh kelompok Islam dengan melakukan sweeping terhadap tempat yang dinilai menjadi ajang maksiat kerap kali menggunakan kekerasan yang memperkeruh keadaan. Seringkali atas nama agama, setiap orang dibenarkan untuk melakukan tindakan-tindakan yang merugikan masyarakat. Akibatnya, agama selalu tampil dengan wajah yang kaku, keras dan rigid. Hal ini bertentangan dengan nilai agama yang menyelamatkan.

Sebagus dan sebaik apapun ide atau gagasan yang dimiliki, jika dilakukan dengan cara-cara kekerasan, maka tidak akan mendapat tempat di hati masyarakat. Sebaliknya, jika tujuan yang mulia tersebut dilakukan dengan cara akhlakul karimah dan penuh bijaksana (bil hikmah), maka akan menjadi rahmat bagi semua manusia. Kelembutan hati selayaknya menjadi esensi gerakan pembebasan problem kemanusiaan seperti kemiskinan, ketidakadilan, diskriminasi gender, kebodohan, dls.

Islam tanpa kekerasan menjadi alternatif membingkai gerakan pembebasan dari segala penindasan. Allah telah menunjukkan sifat kasih dan sayang (rahman-rahim) yang tersebut berulang-ulang dalam al-Qur’an. Bahkan Nabi SAW mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Penyayang (bismillahi ar-rahman ar-rahim) setiap kali kita akan mengerjakan sesuatu. Semua itu memberi energi bagi kita untuk berperilaku sesuai dengan ridha Allah SWT, dengan cara yang bijak.

Al-Qur’an memperingati agar manusia tidak boleh berprilaku kasar dalam menegakkan kemaslahatan bagi kehidupan: ".…Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentu mereka akan menjauh dari sekelilingmu… "( QS.2:159 ).

Penindasan, diskriminasi dan dominasi merupakan hasil dari sistem modernitas. Modernitas seperti sekeping mata uang dengan dua sisi, disatu sisi menyiratkan adanya pencerahan, akan tetapi disisi yang lain modernitas tak mampu mendorong terhadap kesetaraan dan keadilan pada tataran praktis. Problem kemanusiaan yang membelenggu bangsa ini bermuara pada kemiskinan, materi ekonomi yang tidak adil. Islam dituntut untuk bisa membaca realitas dan sekaligus mampu mencari alternatif pemecahannya. Dinamika kehidupan kapitalisme global menyisakan banyak penderitaan pada sebagian besar masyarakat miskin khususnya petani dan buruh. Nabi Muhammad SAW telah menyatakan bahwa kufur merupakan sebuah sistem tunggal. Jadi kufur bukan hanya merupakan seperangkat keyakinan tetapi juga sebuah perilaku. Anda tidak bisa bersikap lemah lembut di masjid dan terjebak dalam berwatak kasar diluar masjid. Anda tidak bisa memperhatikan aturan-aturan shalat dan tidak peduli dengan aturan-aturan muamalat (berurusan dengan orang). Sistem perilaku kita yang valid untuk masjid juga valid untuk toko.

Hakekat berterima kasih (syukur) kepada Allah SWT yang tertinggi adalah memberi bukan hanya menerima. Untuk itu, kita berjuang untuk membantu kaum lemah. Orang-orang yang tertindas selayaknya menjadi konsen umat Islam untuk memperjuangkan dan mengembalikan hak-hak kemanusiaannya yang tercerabut dari akarnya. Energi masyarakat seyogyanya digunakan untuk memperoleh keadilan, persamaan, kemerdekaan dan kebebasan hidupnya dari segala penderitaan dan intimidasi. Islam diharapkan mampu mengangkat derajat kaum lemah, memberikan hak-hak dasar manusia untuk hidup layak. Karena Islam mengajarkan persamaan diantara manusia dan memberantas perbudakan.

Menerapkan Islam dapat dicapai dengan tiga strategi; pertama, bijak (hikmah) Kedua, pesan keagamaan bernilai kebaikan (mauidlotul hasanah). Ketiga, penyebaran agama dilakukan dengan dialog yang baik (wajadilhum billati hiya ahsan). Dalam masyarakat pluralistik di Indonesia, ketiga prinsip tersebut perlu dilakukan supaya tidak menimbulkan disintegrasi. Islam tanpa kekerasan berarti menampilkan nilai-nilai kebaikan di dunia nyata. Kebijaksanaan sebagai landasan etis untuk merefleksikan hakekat manusia sebagai pemimpin (kholifatullah) yang mengemban amanat untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dimuka bumi. Hati yang kosong dari perlawanan terhadap penindasan adalah hati yang kosong dari keimanan. (Farid Esack).

No comments: