Memotivasi Anak dengan Pendekatan Psikologis dan Religius

Memotivasi anak bisa dilakukan dengan pendekatan religius. Motivasi religius adalah dorongan untuk melakukan sesuatu berdasarkan tujuan agama. Tujuan yang disandarkan pada Allah SWT bisa menjadi spirit yang kuat. Contoh, ketika anak akan mengikuti lomba, maka orang tua dan guru perlu mengingatkan anak untuk niat, tampil terbaik mencari kerelaan Allah SWT. Hal ini berguna bagi anak. Ketika anak kalah dalam lomba, maka akan tetap bertahan, apabila anak meraih juara, maka ia tidak sombong.





Memberi motivasi anak senang belajar tidaklah mudah. Perlu usaha dari guru dan orang tua. Guru mendidik anak dengan kesungguhan. Guru melakukan amalan yang bisa mengantarkan pelajaran yang disampaikan menarik bagi anak. Dalam Islam, guru dianjurkan membaca al-Qur'an dan ilmu pengetahuan, menjaga wudlu' agar mengajarnya mudah diserap oleh anak. Jika guru dalam keadaan suci memberi ilmu, maka terjaga dari amarah, sombong, dan sifat yang merusak lainnya. Guru perlu "wiridan" (amalan do'a) yang dibaca secara rutin dan kuntinyu waktu pagi dan sore hari. Berpuasa senin dan kamis, solat malam (tahajud) dan mendoakan anak didiknya menjadi ahli ilmu dan beramal sholeh. Menjaga diri dari berbuat maksiyat.

Karakter mulia yang menjadi ciri khas guru Islam. Karakter mulia akan ditiru dan diteladani oleh murid. Guru tidak hanya pandai menerangkan ilmu, tetapi juga membuktikan ilmunya dalam keseharian yang bisa diamati dan dicontoh oleh siswa. Kebiasaan baik yang terus menerus dilakukan akan membentuk akhlak mulia. Sebaliknya, kebiasaan buruk akan menuai gangguan dan penyimpangan.

Gangguan dan penyimpangan anak.

Gangguan anak yang terbesar hari ini adalah kecanduan sosial media, game online, dan berbuat maksiyat. Apa gangguan yang dialami oleh anak-anak sekarang? Ada gejala anak menikah setelah hamil, korban perkosaan, kecanduan minuman keras dan alkohol serta narkotika. Anak berani mencuri dan menjambret akibat kecanduan narkoba, mereka melakukan tindakan kriminal. Bentuk -bentuk penyimpangan seperti pergaulan bebas, judi, tawuran, balapan liar, membolos sekolah, hamil diluar nikah, kecanduan miras dan narkoba dll. Bentuk penyimpangan sosial mengarah ke kenakalan remaja.

Ànak adalah amanah. Anak bisa juga menjadi fitnah dan ujian. Anak yang menjadi cahaya hati bagi orang tua. Anak yang taat pada orang tua, dan mendoakan orang tua. Orang tua yang mendidik anak agar anak bisa menjadi cahaya mata. Iman akan mengantarkan anak-anak bersikap taat pada Allah SWT, dan mampu melihat harta, jabatan dan tahta sebagai sarana ibadah kepada Allah Swt.

Cara memotivasi anak membutuhkan rasa kasih sayang dan kesabaran. Model pendekatan yang bersahabat dengan anak dapat diperankan oleh guru. Guru bisa menempatkan diri dan waktu, kapan berperan sebagai fasilitator, teman, pendamping, pengasuh, pendidik, pembimbing bagi anak. Kehadiran guru menolong anak untuk mengenali dunia, dan menyiapkan masa depan. Guru perlu bersifat kasih sayang dalam pengasuhan anak. Anak-anak perlu dididik dengan hati dan cinta. Anak-anak perlu rasa percaya dari orang tua, bahwa mereka diterima dengan tulus. Anak-anak ingin figur orang sukses. Anak butuh belajar dari orang-orang sukses, tentang proses menjadi orang sukses. Belajar dari proses membutuhkan ketangguhan, kesabaran dalam meraih sukses.

Anak butuh perlindungan dari orang tua àgar tidak melakukan penyimpangan sosial. Jika anak remaja mengalami gangguan, seperti benang yang sudah "morat marit"  makin "bulet" hidupnya. Dampak penyimpangan akan membuat putus sekolah, putus asa, dan hilangnya harapan dan cita-cita.

Lingkungan yang patut diwaspadai adalah tempat pariwisata. Di daerah pariwisata ada gejala rumah disewakan untuk kepentingan wisata. Para penyewa ada yang kepentingan baik dan tidak baik. Penyewa yang tidak baik, digunakan mesum dan perselingkuhan. Maka, pergaulan bebas di lingkungan yang wisata yang bebas, berdampak maraknya perempuan melahirkan sebelum menikah.

Bagaimana membentengi anak-anak dari gangguan? Dalam pendekatan psikologi Goleman menganjurkan untuk nendengarkan suara hati. Dengarkan suara anak dengan hati. Anak perlu didengar dan diperhatikan. Terlebih perkembangan psikis, moral, sosial dan emosi serta akademik. Orang tua perlu bertanggung jawab terhadap keselamatan dan tumbuh kembang anak. Kebanyakan, orang tua hanya sibuk memberikan kebutuhan fisik, berupa makan dan minum serta pakaian anak saja, tetapi lupa memperhatikan perkembangan religius, moral, kognitif, emosi dan sosial anak. Anak dilatih religius seperti solat lima waktu dengan kesadaran, rajin membaca al-Qur'an dan buku pelajaran, berpuasa, zakat dsn beramal sholeh. Beramal sholeh dengan melatih anak memiliki empati, ikhlas, jujur dan menerima diri, kontrol diri, percaya diri dan asertif. Pengembangan kognitif anak diasah dengan keterampilan berpikir kreatif, inovatif, memecahkan masalah serta terampil membuat produk yang bisa bermanfa'at dalam kehidupan orang banyak. Untuk itu anak dilatih menggunakan waktu dengan kegiatan bermanfaat. Doronglah anak memiliki hati senang belajar.


Wallahua'lam bis sawab