Wednesday, September 14, 2005

Perempuan Shalihah Saat Ini

Setiap perempuan memiliki citra diri. Mereka ingin menjadi perempuan yang baik (shalihah). Perempuan menjadi pasar utama, penikmat kemajuan laju modern. Perempuan juga bisa menjadi korban modernitas, apabila jika tidak mampu berdinamika. Bagaimana ciri-ciri perempuan yang baik itu dalam konteks kekinian?


***


Perempuan Shalihah Saat Ini

Oleh: Najlah Naqiyah


Pesantren Virtual, 2005.
Setiap perempuan memiliki citra diri. Mereka ingin menjadi perempuan yang baik (shalihah). Bagaimana ciri-ciri perempuan yang baik itu dalam konteks kekinian? Pertanyaan itu patut kita jawab seiring dialektika zaman global. Perempuan menjadi pasar penting sebagai penikmat kemajuan laju modern. Perempuan juga bisa menjadi korban modernitas, apabila jika tidak mampu berdinamika.

Kehidupan perempuan mengalami dinamikanya sendiri secara khusus. Dinamika yang berbeda dengan laki-laki. Dari dinamika budaya, perempuan jauh lebih terhegemonik oleh patriarki, diskriminasi dan kekerasan. Dinamika kehidupan modern telah terjadi pergeseran budaya. Mitos-mitos (kepercayaan) perempuan yang mulai longgar. Seperti kawin-cerai bukan merupakan hal yang tabu lagi diperbincangkan. Seiring putaran waktu, banyak media yang mengeksploitasi kehidupan artis distasiun televisi dan surat kabar. Kepercayaan tersebut akhirnya berubah secara samara dan mulai mempengaruhi lingkungan. Sekat-sekat yang dulunya ditutup menjadi terbuka. Pandangan saling bersebrangan antara keyakinan dogma, agama, dan budaya sosial. Tayangan iklan yang membuat citra diri perempuan saling bertentangan. Agama Islam mengajarkan, perempuan selayaknya menutup aurat secara rapat, sedangkan pada saat yang sama, taburan iklan memajangkan perempuan telanjang memamerkan auratnya. Dinamika bertentangan bertarung mempengaruhi citra diri perempuan. Bagaimana mereka akan memperlakukan dirinya? Hanya diri perempuan yang mampu menjawabnya.

Dinamika penghisapan ekonomi kapitalistik menyerang tubuh perempuan. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki perempuan dijadikan lahan bisnis. Aneka produk memanjakan perempuan. Segala model perawatan dan fasilitas untuk tubuh perempuan. Disatu sisi menjadikan perempuan lebih cantik dan nyaman, tapi disisi yang lain menjadi jebakan. Perempuan tertipu pada kejahatan perdagangan manusia (trafficking). Bagaimana modus operandinya? Dengan peneguhan uang, banyak perempuan miskin yang dijual sebagai mesin bisnis prostitusi. Perempuan menjual tubuh dan harga dirinya untuk mengejar materi. Mereka mengukur keindahan tubuhnya dengan pemenuhan materi dan mengabaikan kesucian diri. Praktek trafficking secara terselubung beragam bentuknya, mulai dari eksploitasi tubuh secara paksa, bisnis prostitusi, dan industrialisasi seks.

Apa akibat dari dinamika persaingan global? Sebagian perempuan mengalami kemajuan dan keterbelakangan. Kemajuan berkompetisi lebih sengit. Perempuan yang memiliki seni bergaul dan menguasai jaringan, mendapatkan posisi pekerjaan mapan. Kemajuannya membawa perubahan peran. Semakin tinggi posisi tawarnya, semakin mudah mendapatkan kekuasaan. Peningkatan posisi tawar juga didapatkan diwilayah domestik dan publik. Perannya mengalami perubahan. Bagi keluarga, misalnya; perempuan mengalami perubahan peran yang dulunya cenderung didominasi oleh suami, kini menjadi saling mengisi. Menggunakan musyawarah suami istri dalam mengambil keputusan keluarga. Perempuan berperan sebagai manajer keluarga yang saling berbagi peran antara suami dan istri secara rela (ikhlas). Apa yang terjadi apabila perempuan terbelakang? Perempuan yang terbelakang pada zaman global, akan menjadi korban komersialisasi tubuh perempuan. Contoh, ada suami yang menjadikan istrinya bekerja sebagai pelacur. Maraknya pekerja seks komersial (PSK) akibat kemiskinan merupakan gejala yang muncul dimasyarakat. Trend terkini ialah maraknya perempuan rela menjadi “peliharaan” (wanita idaman laki-laki lain, WIL), untuk memenuhi ekonomi mereka. Pengangguran massal semakin menjadi lingkaran setan yang melahirkan kemiskinan perempuan. Mesin kapitalistik bekerja menjebak perempuan sebagai kerbau konsumerisme. Mereka menjadikan perempuan sebagai penikmat produknya. Iklan-iklan penuh dengan tubuh perempuan secara berlebih-lebihan. Persaingan kosmetik, baju, dan mobil merupakan gengsi yang ditawarkan pada perempuan.

Bagaimana menghadapi penjajahan kapitalisme global? Caranya ialah menjadi perempuan yang baik (mar’atus shalihah). Perempuan baik ialah perempuan yang mampu menjaga diri, keluarga dan masyarakatnya. Perempuan yang mengembangkan diri secara positif dan maksimal. Perempuan yang bisa membawa keluarganya menjadi bahagia bagi diri dan anggota keluarganya serta lingkungannya. Artinya, perempuan yang mampu memainkan peran secara positif, diterima oleh lingkungan dan agamanya. Bagaimana ciri-cirinya? Pertama, perempuan berpendidikan. Pendidikan dalam arti yang luas. Pendidikan yang membawa perubahan bagi pribadi, berbudi luhur, dan berilmu tinggi. Kedua, Memiliki keterampilan yang berguna dalam pekerjaannya. Perempuan yang memiliki skill dan terlatih menjadi tangguh. Mereka tidak mudah larut oleh rayuan iklan kapitalistik. Dengan demikian, perempuan bisa membentengi dirinya dengan kecakapan dalam hidup kesehariannya. Ketiga, Mereka berkarier di ranah publik dan domestik. Mereka sukses didalam keluarga dan dimasyarakat. Keempat, Perempuan terus menerus gigih memperjuangkan keseteraan dan keadilan. Kelima, belajar mengakses teknologi tingkat tinggi. Kelima kecakapan diatas selayaknya terus menerus diupayakan. Jika perempuan telah mengalami pencerahan dalam jangka waktu yang lama, perempuan akan berpotensi bekerja memajukan negeri. Sehingga negeri ini tidak lagi timpang. Karena keduanya, laki-laki dan perempuan mampu mengepakkan sayap secara seimbang, teratur dan setara.

Sumber: Pesantren Virtual

1 comment:

Unknown said...

bagus bgd..

likes this

:)