Monday, September 12, 2005

The Inner Rudder: Kunci Sukses Memilih Karier

Titik berat telaah “The inner rudder” adalah bagaimana memunculkan dan mempertahankan suara hati atau kata kati –kesadaran diri paling dalam– menjadi bagian penting dalam setiap keputusan-keputusan karier dan pembinaan seseorang dalam bidang apapun. Proses keputusan karier adalah proses sepanjang hidup. Kecakapan untuk mengelolanya termasuk dalam kecerdasan emosional. Ketika membuat keputusan kata hati atau indera paling dalam tentang apa yang dirasa benar atau salah, penyediaan informasi penting yang semestinya tidak diabaikan, karena dapat membuahkan kebahagiaan atau penyesalan dikemudian hari. Keputusan yang dilakukan oleh seorang dokter yang menginvestasikan modalnya dan beralih profesi mengakibatkan penyesalan adalah bentuk keputusan yang tidak memperhatikan kata hati.

***


The Inner Rudder: Kunci Sukses Memilih Karier

Oleh: Najlah Naqiyah


Duta Masyarakat, 2005.
Titik berat telaah “The inner rudder” adalah bagaimana memunculkan dan mempertahankan suara hati atau kata kati –kesadaran diri paling dalam– menjadi bagian penting dalam setiap keputusan-keputusan karier dan pembinaan seseorang dalam bidang apapun. Proses keputusan karier adalah proses sepanjang hidup. Kecakapan untuk mengelolanya termasuk dalam kecerdasan emosional. Ketika membuat keputusan kata hati atau indera paling dalam tentang apa yang dirasa benar atau salah, penyediaan informasi penting yang semestinya tidak diabaikan, karena dapat membuahkan kebahagiaan atau penyesalan dikemudian hari. Keputusan yang dilakukan oleh seorang dokter yang menginvestasikan modalnya dan beralih profesi mengakibatkan penyesalan adalah bentuk keputusan yang tidak memperhatikan kata hati.

Sementara itu dapat diketahui bahwa keputusan juga dapat dilakukan dengan perkembangan intuitif, tingkat akurasi 80 %. Banyak eksekutif sukses menggunakan intuisi selain menggunakan otak nalarnya dalam mengambil keputusan. Setiap keputusan yang dilakukan oleh eksekutif sukses didasarkan pada kata hati dan pertimbangan otak nalarnya. Bjorn Johansson kepala perusahaan penjaringan eksekutif spesialis pemasok eksekutif-eksekutif kelas kakap keperusahaan penjaringan multinasional menggunakan kata hati dan otak nalarnya dalam memberi rekomendasi kepada eksekutif akan hasil penjaringannya itu untuk dipekerjakan pada perusahaan yang memesannya.

Kemampuan mengindera pesan-pesan dari gudang penyimpanan memori emosi yakni tempat tersimpannya kebijaksanaan dan kearifan yang dipergunakan dalam sehari-hari seperti pengambilan keputusan disebut sebagai kesadaran diri. Goleman menyatakan bahwa kesadaran diri merupakan keterampilan dasar yang vital untuk tiga kecakapan emosi, seperti:
(1) emotional awarness (kesadaran emosi),
(2) accurate self-assessment (assessmen diri yang akurat),
(3) self-confidence (percaya diri).

Emotional awarness atau kesadaran emosi adalah tentang bagaimana pengaruh emosi terhadap kinerja dan kemampuan menggunakan nilai-nilai kita untuk memandu pembuatan keputusan. Karakteristik kecakapan ini:
(1) tahu emosi mana yang sedang mereka rasakan dan mengapa,
(2) menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka pikirkan, perbuat dan katakan,
(3) mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja,
(4) mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran mereka.

Kesadaran seperti ini merupakan pedoman untuk menyesuiakan kinerja kita dengan situasi di lapangan dalam bidang apapun mengelola perasaan yang tidak menentu, mempertahankan motivasi, menyesuaikan diri dengan tepat terhadap perasaan orang-orang sekitar dan mengembangkan keterampilan sosial dalam hubungan kerja termasuk penting bagi kepemimpinan dan kerja sama tim. Kenyataan praktek karier ia harus dikelola karena berpengaruh dalam pencapaian karier seseorang dalam berorganisasi. Temuan-temuan mengenai program-program pelatihan yang dikelola perseorangan ataupun secara lembaga membantu seseorang dapat memperbaiki kinerja seperti terjaganya keputusan-keputusan karier tetap selaras dengan nilai-nilai paling hakiki.

Accurate self-assessment atau assessmen diri yang akurat adalah perasaan tulus tentang kekuatan-kekuatan dan keterbatasan pribadi kita, visi yang jelas tentang mana yang perlu diperbaiki dan kemampuan belajar dari pengalaman. Karakteristik kecakapan ini adalah:
(1) sadar akan kekuatan dan kelemahannya,
(2) menyempatkan diri merenung untuk belajar dari pengalaman,
(3) terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima prespektif yang baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri sendiri,
(4) mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri dengan prespektif yang luas. Temuan-temuan kemampuan melakukan assessment diri dengan akurat mengenai sumber daya batiniah, kemampuan dan kelemahan diri menunjukkan bahwa seseorang dengan kecakapan itu dapat melakukan perbaikan terhadap kinerjanya dalam organisasinya.

Self-confidence atau percaya diri adalah keberanian yang datang dari kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai dan tujuan kita. Karakteristik kecakapan ini:
(1) berani tampil dengan keyakinan diri; berani menyatakan keberadaannya,
(2) berani menyuarakan pendapat yang tidak popular dan bersedia berkorban demi kebenaran,
(3) tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan. Temuan-temuan mengenai percaya diri menunjukkan bahwa orang-orang dengan kesadaran yang kuat tentang harga dan kemampuan diri sendiri menjadikan dirinya sekses dalam karier.

Goleman (1998) tidak membedakan secara tegas antara kata hati atau indera keenam dengan otak emosi. Ia mencampuradukkan antara kata hati, atau indera keenam dengan otak emosi. Ia menyamakan antara kata hati dengan kecerdasan emosi. Hal ini ditemui dalam penjelasannya mengenai pengaruh kata hati, dan otak nalar, dalam setiap pengambilan keputusan karier yang dilakukan oleh seseorang dalam pemilihan karier, jika ia selalu menggunakannya dengan tepat maka seseorang disebut cerdas emosinya. Kata hati dan otak emosi adalah dua hal berbeda. Dalam berbagai penjelasannya, otak emosi berada berada diotak yang tepatnya di amigdala. Sementara kata hati sangat sulit ditentukan dimana posisinya dalam bagian tubuh kita.

Setiap orang mengalami betapa sulitnya menyelaraskan antara kata hati dengan perasaan dan pikiran. Untuk menyelaraskannya butuh waktu, proses panjang dan niatan seseorang untuk melakukannya. Menurut Rogers, Orang yang sehat adalah orang yang congruence yaitu memiliki kecococokan, keselarasan, kesatuan antara emosi, pikiran dan tingkah lakunya. Sedangkan orang bermasalah adalah orang yang tidak congruence, yaitu adanya pertentangan antara emosi, pikiran dan perilakunya. Orang yang bermasalah akan menyebabkan perpecahan dalam dirinya, menolak kesadaran diri, tidak percaya diri dan kesulitan untuk mengambil keputusan yang tepat bagi hidupnya termasuk proses pemilihan kariernya.

Goleman membuka cakrawala dalam penerapan konseling karier untuk pemilahan karier seseorang. Bagaimana menerapkannya sebagai upaya menggali inner rudder diri masing-masing? Proses konseling yang dibutuhkan bertujuan re-edukasi. Re-eduksi menurut Adler adalah pendidikan ulang yang berisi informasi, mengajar, membimbing, membesarkan hati. Konselor memberikan konseling perlu menciptakan hubungan terapis yaitu bekerjasama, tanggung jawab, membentuk tujuan bersama, melihat kekuatan dan kelemahan diri dan sikap optimis komunikasi. Teknik komunikasi yang dilakukan dengan cara memperhatikan, mendengarkan, identifikasi tujuan dan memberikan empatik. Konselor bisa membantu klien dengan teknik konfrontasi (mempertentangkan) dan mengintegrasikan. Teknik tersebut bisa dilakukan pada konseling individu ataupun kelompok.
(1). Konselor membantu klien mengeksplorasi identitas klien tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan diri, sehingga mengetahui siapa saya, apa tujuan kariernya, hambatan dan upaya apa yang akan dilakukan. Dengan sadar diri, klien akan memahami masalah yang dijumpainya dan memiliki penerimaan yang tulus, terbuka pada pengalamannya serta memiliki prespektif baru mengambil keputusan yang tepat dan sesuai dengan keberadaan diri klein.
(2) Orang yang sadar diri emotional awarness (kesadaran emosi) akan mampu melakukan accurate self-assessment (assessmen diri yang akurat), untuk self-evaluation. Ia mampu menilai akibat-akibat yang ditimbulkan dari emosi yang tidak terkendalikan dalam diri seseorang yang mengakibatkan masalah fisik dan psikis, seperti sakit kepala, nyeri punggung bagian bawah, cemas, depresi sampai yang paling ekstrim yaitu aleksitimia.
(3) Meditasi, odyssey dan refleksi akan sangat berguna untuk meredakan emosi impulsive, kecemasan yang bergejolak dari dalam dirinya.
(4). Memberikan dorongan yang memberi kekuatan mengubah kepercayaan sehingga berani dan percaya diri (self-confidence).

Sumber: Duta Masyarakat