Thursday, February 17, 2005

Orang Tua Membantu Percaya Diri Anak

Pola perilaku orang tua menentukan perkembangan jiwa anak. Anak yang tumbuh dari keluarga sehat akan tumbuh percaya diri. Orang percaya diri aialah orang yang merasa puas dengan dirinya. Percaya diri ada dua lahir dan batin. Jenis percaya diri secara batin ialah memberikan kepada perasaan dan anggapan bahwa diri dalam keadaan baik; sedangkan jenis percaya diri secara lahir memungkinkan diri tampil dan berperilaku dengan cara yang menunjukkan kepada dunia luar bahwa diri yakin akan diri sendiri. Jenis percaya diri lahir dan batin saling mendukung, keduanya akan membentuk karakter kepribadian yang efektif. Dengan menjadi orang tua efektif melahirkan anak-anak yang percaya diri. Membangkitkan anak percaya diri secara batin dengan cinta diri, memahami diri, tujuan jelas dan pemikiran positif. Percaya diri lahir ditandai oleh komunikasi, ketegasan,, penampilan diri dan pengendalian perasaan.

Mengapa orang tua berperan membentuk rasa percaya diri anak? Orang tua adalah tulang punggung keluarga. Ia berperan menyiapkan anak yang mandiri, bertanggung jawab dan eksis dalam kehidupannya. Apabila orang tua gagal membentuknya, maka masa depan suram. Anak-anak terlantar, harga diri rendah dan terjerumus pada pola hidup destruktif. Mereka terlibat kecanduan obat-obatan, mabuk, dan masalah social. Kecemasan ini nampak pada anak-anak yang ditinggalkan orang tua karena berbagai alasan. Misalnya. Kasus di Aceh, ada ribuan anak kini tidak berdaya akibat kehilangan orang tua. Anak takut, kehilangan tempat bergantung pada ayah dan ibu. Mereka rentan dengan goncangan jiwa. Walaupun anak-anak suka dunia bermain, bersuka ria ditengah pengungsian. Tapi sampai berapa lama mereka bertahan dari kondisi kemiskinan?

Anak adalah manusia kecil yang perlu tempat bergantung kepada orang dewasa. Berbeda dengan orang dewasa yang mempunyai kekutan untuk mandiri dengan usaha. Anak-anak yang tumbuh butuh perlindungan dari orang dewasa. Mereka butuh kasih sayang agar tumbuh berkembang secara sehat. Pengalaman pahit atas konflik Maluku, telah mengantarkan anak-anak miskin menjadi objek penjualan manusia dan child abuse. Menurut penelitian di Jakarta, ada 21 ribu anak yang telah bekerja pada sector eksplotatif karena kemiskinan.

Ancaman terhadap anak-anak dan perempuan miskin ada dihadapan mata. Bagaimana mengatasinya? Anak-anak paling rentan jadi objek eksploitasi. Mengapa? Sebab anak-anak sangat mudah diorganisir dan diambil manfaatnya untuk kepentingan bisnis. Pekerja anak tidak terlalu banyak tuntutan karena kekerbatasannya. Mereka tidak tahu hak-hak yang harus mereka terima. Mereka lemah dan tidak berani menentang. Bisnis prostitusi mencari anak untuk bekerja pada sector hiburan. Anak yang terdesak ekonomi, dan miskin akses informasi akan mudah terjaring pada kejahatan kemanusiaan.

Untuk menyelamatkan anak-anak dibutuhkan pola asuh orang tua yang penuh cinta. Pentingnya peran orang tua mendidik anak agar tunbuh kembang secara maksimal. Apa yang dimaksud dengan “orang tua”? orang tua adalah ayah dan ibu dalam keluarga kecil. Orang tua yang melahirkan dan membesarkan anak-anak. Orang tua mempunyai harta dan kebanggaan berupa anak-anak yang lahir dari rahim perempuan. Orang tua merupakan figure dan contoh teladan anak-anaknya. Anak-anak belajar dari cara orang tua memperlakukan hidup. Orang tua juga terkadang diperankan oleh orang lain yang mengambil anak asuh. Orang tua bisa dari factor keluarga atau tanpa ikatan darah.

Orang tua yang percaya diri memiliki kesempurnaan. Ciri-ciri orang tua sempurna (1). .Kekuatan- cukup teguh didapat dari menjaga kesehatan jasmani dan rohani dalam hidup, sehingga anak-anak memandang bahwa orang tuanya mampu diandalkan. Orang tua semacam ini memberikan kekuatan emosional dan kasih sayang yang melimpah, (2.). Kepekaan – mempunyai kemampuan bersikap peka terhadap orang lain. Menggunakan intuisi mengadakan penilaian dan membuat keputusan penting dalam hidup, (3). Rasa social- mereka punya perhatian terhadap masalah orang lain dan berpartisipasi dalam kegiatan social. Mereka bersikap ramah, menjalin komunikasi hangat dan menjalin keakraban dengan sesama, (4). Keterampilan- orang yang mengembangkan kemampuannya. Selalu belajar dan meningkatkan keahlian untuk memperbaiki kualitas hidup, (5). Dorongan- memberikan semangat dan inspirasi bagi anak-anak untuk selalu maju berkarya, (6). Pengertian-mereka hidup dengan pemahaman dan pengertian. Mereka memberikan rasa aman dan kebebasan kepada anak untuk menerapkan potensinya secara maksimal. Mereka tidak terlalu khawatir dan ketakutan terhadap kebutuhan yang tidak terpenuhi, (7), Keberhasilan- mereka adalah pemenang dan sukses. Mereka yang bisa melihat kembali hidupnya telah memanfaatkan potensinya secara maksimal. Mereka bersyukur akan hidupnya.

Sedangkan cir-ciri orang tua kurang baik (1),.mementingkan diri sendiri- mereka enggan meluangkan waktu untuk perkembangan diri anak-anak. Mereka ingin anak memenuhi segala kebutuhan orang tua. (2), Rasa dengki- memkai kekuasaan jasmani dan rohani untuk melukai anak mereka, mungkin karena mereka iri akan sukses usia muda anak mereka. (3), Berlagak-selalu merasa sok suci dan memandang rendah orang lain. Mereka tidak mau mengakui kesalahan dan merasa selalu benar sendiri. (4), Skeptisisme- mereka terus menerus mengurangi semangat anak-anak dengan menekan apa yang salah sehingga kemungkinan tidak berhasil (5), Kesedihan-terlalu memikirkan kesedihan mereka sendiri, sehingga tidak memelihara semangat anak. (6), Jiwa mengabdi-siap melayani siapa saja, sehingga kehabisan energi (7), Stagnasi, tidak mau berubah dan konservatif. Mereka mengajarkan anak untuk mencari amannya saja, dan membuat pilihan yang mudah dan biasa. (Gael Lindenfielf 1994)

Cara agar orang tua efektif menumbuhkan rasa percaya diri, bisa dilakukan dengan cara; Mengenal sisi orang tua, Sadarilah pengalaman anak anda yang melukai, Beri perhatian pada impian dan hasrat anda sendiri, Menambah pengetahuan cara membesarkan anak dan Memperbaiki kemampuan mengelola stress. Selayaknya, orang tua berusaha keras memberi kasih sayang kepada anak-anaknya agar tumbuh maksimal. Cinta kasih tanpa syarat menopang anak sukses dalam kehidupannya. Anak-anak yang bisa menyinari mata orang tua. Pelipur duka dan penggugah semangat hidup. Anak-anak yang membanggakan orang tua sehingga menjadi kekayaan paling berharga. Anak-anak yang berbuat baik kepada orang tua “birrul walidain”. Kemampuan anak percaya diri menjadikan mandiri dan bertanggung jawab. Mereka membebaskan dirinya mencari nilai-nilai positif dari orang tuanya. Anak belajar dari lingkungan sebagai lentera hati bagi masa mendatang.

4 comments:

Anonymous said...

Saya salut dg tulisan-tulisan anda. Menurut saya untuk mendidik anak tidak ada kata lain yg tepat kecuali memberi "Teladan...Teladan dan Teladan". Saya punya pengalaman ketika anak saya yg nomor dua masih usia TK yg menurut dugaan saya masih belum tertarik dg masalah orang tua.....ternyata suatu saat dia bertanya kepada ortunya "kenapa sih kok kita itu perlu membayar Pajak ? wong uang pajak nya dikorupsi gitu"...saya agak kaget kenapa dia bisa berkomentar demikian, ternyata sementara saya dan suami berdiskusi diwaktu sengang..memang terkadang membicarakan masalah tsb. ...eh gak tahunya di rekam juga oleh anak saya.Ini yg saya tidak sadari....
Ketika anak saya yg lain yi yg nomor satu sekarang sudah dewasa ,saya bilang, dulu ketika ibu masih muda impian ibu tidak pernah kena revisi dari nenekmu, untuk itu silahkan kamu terbang tinggi untuk menggapai impian-impianmu dan ketika didalam perjalanan mendapatkan halangan maka pergilah kepangkuan ibumu, ibu siap untuk memberi bantuan untuk mu.
Bagaimana saya berubah dari cara berfikir sebelumnya yaitu terlalu mengarahkan anak (remote) menjadi "melepas" sehingga bisa memberikan "pernyataan" diatas, hal itu merupakan proses batin yg panjang. Dari perasaan tidak ingin anak gagal, sehingga terus menerus melakukan proteksi, seakan akan kita menjadi pengganti Tuhan yg bisa menentukan a,b,c nya anak, menjadi "Iklas" membiarkan anak dg their own way adalah merupakan pelajaran yg menarik sebagai orang tua.
Walaupun kesadaran itu datangnya mungkin agak terlambat....

Menjadi orangtua bukan suatu pekerjaan yg mudah, perlu fokus, perlu jihad (bersungguh-sungguh),dan perlu tetap berkreasi agar komunikasi timbal balik tetap terjaga.
Untuk itu saya mengajak para ibu untuk tetap sabar dalam mendidik anak.
Insyaallah apabila kita yakin telah memberikan teladan yg benar, telah mengarahkan dengan benar , maka kita akan menuai kebaikan dari anak kita sebagaimana kebaikan yg selama ini telah kita jalankan.Dan mudah-mudahan jerih payah kita mendidik anak akan terbalas oleh anak-anak kita yg akan terus berdoa untuk kita agar Tuhan memberikan kasih sayangnya kepada kita sebagaimana kita mengasihi mereka ketika mereka masih kecil.

Maaf , mungkin ini bukan komen ya tapi sharing pengalaman.

Salam

Anonymous said...

Terima kasih. Saya juga belajar dari pengalaman ibu. Orang tua perlu mendidik anak secara demokratis, yaitu memberikan keluasan kepada anak untuk mengekspresikan keinginan, harapan dan impian-impian mereka. Lihatlah, ketika anak-anak pada usia kreativ, pada saat Golden age, ketika usia pertumbuhan antara 1-6 tahun, anak-anak sangat berani, dan memiliki rasa ingin tahu lebih banyak. jika kreativitas tersebut dipupuk oleh orang tua dengan bagus, maka anak-anak akan tumbuh menjadi orang-orang yang kreativ. Sebaliknya, jika anak-anak dibatasi dan dikekang maka anak-anak kehilangan kreativitasnya. Mereka tumbuh kembang tidak maksimal. Di Asia, pola pendidikan anak lebih pada pola keselarasan, yaitu mendidik anak untuk mengikuti budaya lingkungan orang tua mereka. Berbeda dengan pola mendidik anak di Barat yang cenderung membebaskan anak. Sekarang, tinggal bagaimana para orang tua untuk menggunakan seluruh khasanah pengetahuannya untuk mendidik anak dengan cara terbaik.

Salam
Najlah

yanmaneee said...

yeezy 500
kate spade handbags
converse outlet
lebron shoes
adidas nmd r1
lebron 16
balenciaga trainers
canada goose jacket
moncler coat
converse shoes

Henry H said...

I enjoyed reaading this