"Dunia sebagai Fatamorgana" dalam Prespektif Konseling

Kehidupan di dunia adalah permainan, senda gurau dan perhiasan. (Al-Hadid, 20) Kehidupan dunia seperti hujan yang tanamannya mengagumkan petani, kemudian menjadi kering. Dan kamu lihat warnanya menguning kemudian hancur. Kehidupan dunia adalah kesenangan yang palsu.

(Foto: santriwati Pondok Pesantren K.H. Aminuddin, Rangkang, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur)

Kehidupan dunia seperti manusia yang lahir dalam bentuk yang sempurna, tumbuh berkembang dan akan mengalami fase anak, remaja, dewasa dan tua. Manusia akan kembali pada Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan perbuatan di dunia. Dan Allah SWT sangat teliti. Tidak akan sama balasan ahli neraka dan ahli surga. Merekalah orang orang yang menang. (Al-Hasr, 20). Dunia sebuah ajang permainan yang saling bersaing. Persaingan atau perlombaan berarti saling berkompetisi. Persaingan  disebut pertarungan kalah dan menang. Sukses atau gagal. Bahagia atau menderita. Perlombaan untuk memenangkan suatu harapan, keinginan, dan impian.

Menurut teori Frued dan Neo Fruedian menjelaskan manusia di pengaruhi oleh alam kesadaran dan ketidaksadaran. Struktur kepribadian manusia yang terdiri dari id, ego dan super ego. Ketiganya yang membuat manusia hidup dalam perlombaan. Manusia memilih antara pilihan id, ego dan super ego. Id berorientasi kesenangan, atau ego merujuk pikiran rasional serta super ego bersumber dari nilai nilai moral religiusitas dan spiritualitas.

Dalam teori neo psikoanalitik dengan tokoh Carl Gustav Jung menjelaskan hakikat manusia di pengaruhi oleh kesadaran dan ketidaksadaran yang komplek. Orang hidup dikendalikan lebih banyak oleh ketidaksadaran.  Kesadaran hanyalah seperti puncak gunung es, yang hanya muncul di permukaan sedikit. Lebih banyak yang tidak terlihat, seperti bayangan.

Setiap orang memiliki bayangan. Hidup dalam bayangan terkadang membuat orang menjadi lebih bersemangat bersaing membayangkan keberhasilan. Sebaliknya, jika bayangan berupa pengalaman gagal yang ada dipikirannya, maka hasilnya sesuai persangkaannya. Bayangan tentang suatu benda yang pernah dirasa mengingatkan pada bayangan masa lalu. Makna menjadi bayangan benda yang menakutkan, menimbulkan perasaan sedih, takut, trauma akan membayangi kehidupannya.

Hidup adalah suatu permainan, maksudnya adalah persaingan antara menang dan kalah. Perlombaan mengumpulkan sebanyak mungkin kesenangan yang tiada batas. Seperti perlombaan mengumpulkan harta benda, meraih kesenangan dunia. Mengumpulkan harta benda bisa dilakukan dengan banyak cara oleh manusia. Salah satu yang menjadi pertimbangan orang untuk meraih pekerjaan/jabatan dengan memperhitungkan gaji yang mereka dapat, kebanggaan diri dan kesenangan. Setelah memperoleh gaji yang biasanya berupa uang maka manusia akan berlomba lagi untuk mempertahankan pekerjaannya, mengembangkan karier sepanjang hidupnya. Demikian juga, manusia akan terus berlomba mengumpulkan harta benda untuk anak dan keturunan mereka. Kebutuhan manusia mendorong orang bekerja.

Kerja di bagi menjadi dua, kerja berupa menghasilkan barang dan jasa. Bentuk pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa memerlukan sikap motivasi dan etos kerja, keberanian mengambil resiko, kedisiplinan, kejujuran dan keterampilan berkomunikasi. Pemaknaan kerja yang berbeda dari setiap individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti panggilan jiwa, berjuang untuk Allah SWT, memiliki harta benda, memiliki perhiasan dan pengembangan diri untuk menjadi kebanggaan.

Hidup adalah senda gurau, maksudnya ialah kehidupan yang awalnya sebagai ajang permainan senda gurau. Kegiatan dan aktivitas manusia ingin bersenang senang dan bersenda gurau. Menghabiskan waktu dengan kegiatan tidak berguna. Sungguh, manusia berada dalam kerugian.

Hidup adalah perhiasan. Perhiasan yang paling indah adalah anak anak dan keluarga. Manusia akan saling membangga-banggakan anak keturunan dan berlomba mengumpulkan harta kekayaan. Semakin menumpuk numpuk harta maka akan semakin ingin meraih lebih banyak lagi. Sifat harta benda seperti orang yang haus dan minum air laut, semakin di minum semakin haus dan air lautnya tidak pernah habis.

Untuk menghadapi dunia yang penuh dengan permainan, senda gurau dan perhiasan perlu cara agar manusia bisa lulus dari ujian dunia. Bagaimana menjalani kehidupan dunia ? Menjadikan dunia sebagai sarana untuk mencari kerelaan Allah SWT. Menjalani kompetisi hidup dengan perbuatan yang disetujui oleh Allah SWT, dengan cara takut kepada Allah SWT. Allah SWT menyuruh manusia beribadah, mengerjakan solat lima waktu, beramal baik dan menolong sesama manusia dalam kebaikan dengan cara sodakoh, infak dan mengeluarkan zakat.

Jika menelaah dari aspek psikologi, bahwa manusia sehat menurut Frued adalah manusia yang bisa memfungsikan ego secara penuh. Manusia sehat menurut Adler, manusia yang menyatukan atau integrasi antara diri (self) dan tuntutan sosial. Manusia yang bisa menyadari keberadaan dirinya dalam konteks masyarakat. Sedangkan manusia sehat menurut Maslow adalah manusia yang bisa beraktualisasi diri. Manusia yang menjadi insan yang sempurna yang mampu menjalankan tugas kemanusiaan sebagai pemimpin di dunia.

Manusia sebagai makluk religius, psikologis dan sosial memiliki peran menjadi pemimpin bagi dirinya dan komunitasnya. Pemimpin mampu menegakkan keselamatan dan kebahagiaan bagi alam semesta. Manusia agar bisa beraktualisasi diri, memerlukan energi atau kemampuan untuk melakukan aktivitas.

Bandura dengan konsep menyebut rasa untuk berhasil pada masa mendatang di pengaruhi oleh pengalaman. Jika orang dengan pengalaman hidupnya meraih sukses, maka seseorang tersebut akan memiliki rasa berhasil pada masa yang akan datang sesuai kemampuan yang di miliki.

Manusia di dunia adalah punya batas akhir yang disebut dengan kematian. Manusia yang dilahirkan dari rahim ibu yang berasal dari sperma yang kemudian dengan kuasa Allah SWT menjadi makhluk yang sempurna. Kesempurnaan manusia yang dilengkapi dengan pendengaran, penglihatan, dan bentuk tubuh yang indah merupakan keajaiban yang ada pada manusia. Menyadari kejadian asal usul manusia yang diciptakan oleh Allah SWT, tentu manusia akan dituntut untuk hidup sesuai dengan aturan dan hukum Allah SWT. Maka, barangsiapa yang lupa pada Allah SWT maka sesungguhnya mereka melupakan diri mereka sendiri. Dan mereka termasuk orang orang yang rusak. (Al-Hasr,19).
Wallahu a'lam bisshawab