Monday, December 25, 2006

Smack-Down dan Kekerasan Anak

Penulis menemukan gejala perilaku kekerasan oleh anak-anak. Kekerasan disebabkan akibat menonton smack down di televisi. Kekerasan meningkat terjadi di anak-anak sekolah dasar, dan sekolah menengah. Kekerasan membawa korban anak-anak menderita, prestasi menurun dan kekerasan meningkat. Penelitian oleh Guru di Bali tahun 2004, menemukan ada perbedaan pengaruh televisi terhadap kemajuan prestasi siswa SMP secara signifikan. Penelitian ini melihat fariasi prestasi yang dihasilkan anak-anak yang melihat televisi dan tidak melihat televisi saat usia SMP. Anak-anak yang tidak memiliki televisi dan tidak menonton televisi, prestasinya mengalami peningkatan. Sedangkan anak-anak yang memiliki televisi dan sering menonton televisi prestasinya menurun setelah tiga tahun. Lalu, bagaimana selanjutnya?




***

Smack-Down dan Kekerasan Anak
Oleh: Najlah Naqiyah


Penulis menemukan gejala perilaku kekerasan oleh anak-anak. Kekerasan disebabkan akibat menonton smack down di televisi. Kekerasan meningkat terjadi di anak-anak sekolah dasar, dan sekolah menengah. Kekerasan membawa korban anak-anak menderita, prestasi menurun dan kekerasan meningkat. Penelitian oleh Guru di Bali tahun 2004, menemukan ada perbedaan pengaruh televisi terhadap kemajuan prestasi siswa SMP secara signifikan. Penelitian ini melihat fariasi prestasi yang dihasilkan anak-anak yang melihat televisi dan tidak melihat televisi saat usia SMP. Anak-anak yang tidak memiliki televisi dan tidak menonton televisi, prestasinya mengalami peningkatan. Sedangkan anak-anak yang memiliki televisi dan sering menonton televisi prestasinya menurun setelah tiga tahun.

Kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak menjadi sorotan utama di media massa. Apa yang menimpa anak-anak terkesan layak publikasi dan laris di pasaran. Misalnya, heboh soal perebutan hak asuh anak-anak selebriti yang melakukan gugatan cerai, trafficking anak-anak, pengemis anak-anak, anak jalanan terlantar dan perilaku smack down anak-anak merenggut korban. Persoalan anak selalu menarik bagi para orang tua. Persoalan pengasuhan, perawatan anak dan kekerasan adalah topik aktual. Bagimana orang tua menentukan pola asuh anak, bersikap anak, dan bagaimana mendidik terbaik sebagai perhatian orang tua. Anak merupakan buah hati, tumpuan hidup dan kebanggaan orang tua. Sedapat mungkin para orang tua ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Alih-alih orang tua memanjakan anak dengan membebaskan anak menikmati televisi, video game, playstation, justru yang terjadi anak menjadi korban dari tayangan smack down. Dilema ini membuat orang tua seperti kecolongan akan dampak negatif televisi.

Sebagian orang tua memosisikan televisi sebagai pengasuh, guru, kawan, sekaligus orang tua bagi anak-anak. Televisi telah masuk ke kamar-kamar anak-anak dan menjadi teman bermain anak mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Bagaimana menyikapi fenomena anak yang kian mencontoh perilaku kekerasan di televisi?


Smack down adalah tayangan bernuansa kekerasan. Smack down merupakan aksi adu otot, saling tinju dan pukul antara manusia, memicu anak meniru. Perilaku meniru (sifat imitatif) bagi anak-anak adalah wajar di usia perkembangan anak. Anak membutuhkan model untuk mereka tiru. Menurut anak, apa yang mereka lihat di televisi adalah orang hebat dan terkenal. Lalu, anak meniru perilaku smack down di televisi agar dianggap sebagai orang hebat. Anak-anak belum bisa berpikir jernih, apakah perilakunya berbahaya bagi dirinya dan juga orang lain. Anak mencoba menirukan apa yang mereka saksikan. Anak hanya memikirkan kesenangan dan bagaimana memamerkan kekuatannya ke orang lain.

Anak-anak sangat senang pamerkan kekuatannya di depan orang tua, teman dan orang lain yang mereka temui. Dunia anak-anak penuh sensasi, mereka senang mencoba hal-hal baru. Perilaku memicu anak mencoba meniru tayangan smack down dari televisi, maka anak sering melakukan perilaku smack down di dunia nyata anak untuk memamerkan kekuatannya ke orang lain. Smack down anak-anak telah menuai korban, seperti anak menderita sakit patah tulang, terkilir, terluka bahkan meninggal dunia.

Biasanya, anak melakukan smack down bersama kawan-kawannya saat istirahat di sekolah, di tempat bermain. Bahkan ada juga anak-anak penggertak (bully) melakukan tindak kekerasan terhadap anak lain untuk menekan, mengintimidasi dan melukai. Anak-anak dengan sifat penggertak memiliki cirri-cirisebagai berikut, bertubuh lebih besar dari usia sebaya, senang menyaksikan orang lain ketakutan, mengadu kekuatannya dengan adu otot dan saling memukul, menendang ke anak yang lebih kecil.

Bagaimana jalan keluar agar anak-anak tidak melakukan kekerasan smack down? Pertama, masyarakat mesti ikut mengkontrol acara televisi agar menghentikan tayangan kekerasan. Anak-anak tidak bisa dibiarkan menyaksikan kekerasan setiap saat. Menjelaskan ke anak-anak agar tidak menonton smack down tidaklah mudah, apalagi bagi anak-anak yang terbiasa melihat televisi. Untuk itu, peran masyarakat mengkontrol dan ikut berpartisipasi menentukan ragam acara di televisi perlu dilakukan. Orang tua dan masyarakat perlu melakukan kritik terus menerus terhadap acara pertelevisian yang ada. Jika, masyarakat hanya bersifat pasif, maka akan terjadi tayangan yang merugikan masyarakat.

Kedua, Orang tua memerlukan banyak kesabaran untuk mendampingi anak melihat televise. Pendampingan orang tua saat anak menonton televise perlu dilakukan. Orang tua mesti sebanyak mungkin bersama dan mendampingi anak saat melihat televisi. Setelah melihat bersama, para orang tua bisa berkomunikasi dengan anak tentang dunia anak, bagaimana imajinasi mereka setelah melihat filim di televise. Orang tua perlu bercerita dan mempengaruhi anak untuk menanamkan nilai agama dan budaya setempat. Orang tua perlu mengcounter nilai-nilai yang terdapat di filim, muatan smack down yang penuh dengan kekerasan, kebebasan, kapitalisme, kepongahan, kesenangan hiburan dengan nilai-nilai agama yang syarat dengan kelembutan, kesederhanaan, kebaikan dan kesejahteraan bagi sesama.

Ketiga, Pemerintah perlu memberikan kebijakan bagi pihak pertelevisian untuk memberikan batasan, mana konsumsi tontonan umum, mana tontontan khusus bagi orang dewasa. Tanpa aturan, maka televisi hanya akan menjadi biang sampah bagi masyarakat memicu melakukan kekerasan. Kebijakan memberikan batasan bagi program televisi sudah banyak dilakukan di luar negeri, seperti Amerika Serikat. Tidak semua orang bisa menonton acara film untuk orang dewasa. Ada tarif khusus atau kode tertentu yang hanya bisa diakses oleh orang tua dengan merahasiakan kode nomornya terhadap anak-anak di bawah umur.

3 comments:

Samsjul Hudha said...

Kalau boleh berpendapat, dampak smack down seperti sekarang jangan hanya Salahkan Latifi yang punya acara.
jam tayang sudah malam seharusnya orang tua tidak membiarkan anaknya menonton televisi.
Smack down jadi headlines dimana-2 sepertinya juga perang antar media, karena tivi lain yang pernah menayangkan beritanya juga tak seheboh sekarang.

yanmaneee said...

nike huarache
yeezy boost 350 v2
retro jordans
jordan retro
air force 1
kobe 9
curry 4 shoes
coach outlet
kd 11 shoes
supreme new york

neycheau said...

like it replica designer backpacks see replica designer bags their explanation Dolabuy Hermes