Sunday, October 02, 2005

Rakyat Kian Rapuh

Kebijakan menaikkan BBM telah membuat sebagia rakyat mengeluh. Rakyat mulai menuai air mata. Bensin satu liter mencapai 4500. dan solar 4.200. barang-barang pun naik tinggi. Rakyat terbentur beban yang semakin berat. Benturan kini tengah menghadang didepan mata. Sejauh mana tingkat kesengsaraan mereka?

***


Rakyat Kian Rapuh

Oleh: Najlah Naqiyah


Rakyat mulai menuai air mata. Kebijakan menaikkan BBM telah membuat sebagia rakyat mengeluh. Rakyat terbentur beban yang semakin berat. Benturan kini tengah menghadang didepan mata. Bensin satu liter mencapai 4500. dan solar 4.200. barang-barang pun naik tinggi.

Rakyat menghadapi musuh di negeri sendiri. Musuh globalisasi yang ada pada kehidupan sehari-hari. Musuh berupa harga-harga tinggi dalam sektor kebutuhan. Mengapa kenaikan harga menjadi beban rakyat? Karena rakyat mayoritas terlelap. Rakyat sebagai buruh dinegerinya sendiri. Rakyat hidup pas-pasan bahkan seringkali kekurangan. Rakyat bekerja dengan upah rendah. Selama ini, rakyat tidak dibangkitkan. Hanya jadi penonton pembangunan. Rakyat yang malang. Kini tengah dipecundangi oleh harga yang tidak terjangkau.

Rakyat tengah melawan tirani global. Betapa tidak, naiknya BBM mengikuti harga pasar dunia, membuat rakyat jelata makin melata. Rakyat Indonesia tidak siap bertanding melawan harga global. Dalam ketidaksiapan tersebut, apapun bisa terjadi. Lima ledakan bom beruntun dikota Bali sehari menyambut kenaikan BBM dilaksanakan. 25 orang meninggal dunia dan puluhan luka-luka. Teroris sepertinya tumbuh subur ditengah kemiskinan. Sementara kecemasan hidup makin dirasakan.

Kalkulasi penghasilan rakyat tidak sebanding dengan ongkos hidup sehari-hari. Kini rakyatpun harus bertaruh. Tergilas ekonomi global atau melawan kapitalisme global. Pilihan itupun harus dilakukan. Harga terus melambung, dan kebutuhan hidup makin penuh persaingan. Benturan kenaikan harga. Bensin melambung tinggi. Sembako merambah tidak terkendali. Rakyatpun makin tenggelam kelaut sunyi. Laut penuh dengan tangisan. Jeritan rakyat tersembunyi. Menjadi nyanyian demonstarasi. Demonstrasi yang gegap gempita melawan meneriakkan jeritan rakyat yang nyinyir. Suara penolakan terasa anyir. Hentakan para demonstran melanggamkan ketertindasan kaum miskin. Alih-alih, suara itu mau didengarkan, justru yang terjadi ketidakpedulian terhadap lolongan kaum miskin. Lalu bagaimana dengan nasib rakyat miskin?

Rakyat miskin seolah hanya menjadi tumbal bagi kepongahan kapitalisme. Gerojokan bantuan BBM, 300 ribu untuk tiga bulan tidak akan banyak membantu rakyat untuk bangkit. Bagaimana bisa membantu mereka, sedangkan harga seluruh kebutuhan bahan pokok makanan juga mengalami kenaikan. Bantuan BBM hanya jadi lips service bagi pemerintah seakan mengurangi beban rakyat miskin. Tapi sesungguhnya tidak cukup berarti apabila seluruh bahan pokok tidak bisa dikendalikan harganya oleh pemerintah. Lalu bagaimana dampak bagi rakyat jelata ?

Lihatlah, kekerasan makin merajalela. Aksi peledakan lima bom di Bali (1 Oktober 2005) seiring kenaikan BBM adalah realitas miris. Realitas yang tidak bisa diingkari. Peledakan bom adalah aksi kejahatan yang mereaksi kapitalisme global. Pelaku kejahatan tidak bermoral. Mengapa pelaku meledakkan saat BBM mulai dinaikkan? Mengaitkan peledakan bom dengan harga BBM baru adalah sebuah skenario sunyi. Skenario yang bisu tetapi menolak keras. Kalau pelaku tidak mempermasalahkan harga BBM, mengapa peledakan itu dilakukan saat pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM? Suatu perenungan mengungkap modus teroris. Terorisme mengail diair keruh untuk membuat resah kebijakan pemerintah.

Ketika ledakan itu benar-benar meluluh lantakkan kuta Bali. Ada tanya tersisa? Sekuat apapun kapitalisme global dilawan dengan kekerasan, tidak akan bisa dihancur luluhkan. Karena sesungguhnya kerapuhan rakyat adalah jalan tol bagi kapitalisme bertahta. Satu-satunya cara melawan kapitalisme adalah kekuatan rakyat yang tangguh. Kekuatan akal budi yang santun. Kekatan nalar rasional yang bisa melawan jaringan kapital global. Bukan dengan peledakan bom atau membunuh orang-orang tidak bersalah.

Semakin kekerasan dijadikan jalan. Akan semakin rapuh bangsa ini berjalan. Kebijakan menaikkan BBM merapuhkan rakyat. Kekeroposan hidup rakyat makin nyata. Rakyat makin tidak memperoleh akses transportasi. Kenapa? Karena transportasi menjadi mahal dan layanan tidak nyaman. Dilain pihak, kebutuhan pangan makin mahal.dalam kondisi yang terjepit, maka rakyat akan berbuat apa saja mempertahankan hidup. Maka kemiskinan rakyat menjadi tumbuh suburnya kejahatan, kekerasan dan kesengsaraan. Disitulah terorisme akan makin subur dan dipelihara. Kiranya, kebijakan BBM disatu pihak mengajarkan masyarakat untuk bersikap hemat dan hati-hati. Tapi dipihak lain akan membuat kebutuhan barang melambung tinggi. Akhirnya, rakyat jua yang tercekik oleh kepentingan kapitalisme. Sementara para pemilik modal akan makin mengokohkan usahanya. Mereka menjadikan rakyat jelata sebagai mesin-mesin memproduksi usaha mereka. Pilihan seperti inilah, yang membuat rakyat seperti memakan buah simala kama. Terlebih jika pemerintah masuk dalam kepentingan kapitalisme. Kehidupan rakyat jelata kian ringkih.