Mengenalkan Anak dengan Warisan Nilai Budaya
Hidup terus bergerak maju, teknologi informasi niscaya memudahkan informasi. Informasi menjadi tuntunan tanpa filter. Eksistensi diri mengalami ambigu. Bingung dan aneh tanpa disadari. Perilaku meniru idola nun jauh disana, dipraktikkan disini. Tidak ada sekat dan batas lagi. Komunikasi berpindah ke dunia internet. Menorobos ruang digital melalui media sosial. Interaksi dunia maya sebagai wujud globalisasi. Semakin kuat merebut dan mempengaruhi nilai-nilai internasional dan lokal. Batasan negara dan wilayah telah hilang berubah tanpa batas. Perebutan budaya yang klasik dan nilai-nilai makin terlihat samar. Kebenaran nilai menjadi semu, dengan dalih dianggap modern, gaul, dan trendy. Anak-anak yang sedang tumbuh makin kehilangan identitas diri, tidak mendengar kebenaran dan kata-kata hati. Mereka mendahulukan impulsif-impulsif yang penuh nafsu dan insting yang tanatos.
Maraklah cyber bulying dalam dunia maya yang menggerus waktu dan energi menjadi sia-sia dan terlena dengan kesenangan, rebahan dan mudah terbawa arus globalisasi. Kesenangan sesaat yang bertahta, mengejar "like" dan pujian diantara postingan di media sosial. Ditengah arus yang dimanjakan dengan teknologi, semua ingin cepat dan instant, keinginan sesaat harus segera dipenuhi dengan serba cepat, tanpa proses kerja keras dalam berbagai hal. Sering tergesa-gesa dalam segala hal. Melakukan segala cara memenuhi kebutuhan. Jika hal tersebut terjadi, maka usaha memenuhi kebutuhannya akan membebani orang lain, melakukan kekerasan pada keluarga, terisolir dari masyarakat.
Anak-anak kini belajar dari rumah. Tentu menggunakan hp, laptop yang integrasi dengan internet mengakses ke sekolah. Masa pandemi covid 19 anak-anak belajar sendiri di rumah. 7 bulan berjalan, sejak Maret-Sepetember 2020 anak-anak berselancar di dunia maya. Tentu tidak mudah mengendalikan jari untuk tidak mencari hal-hal baru yang ada di hp atau laptop. Jari menjadi sakti bisa memilih akses yang akan dilihat di hp yang terkoneksi internet. Hp memiliki akses pada medsos, film, video, game, dan hiburan musik yang kerapkali melupakan tujuan awal belajar dan membaca pelajaran. Lalu, bagaimana membentengi anak-anak dari kerasnya godaan dunia internet tanpa batas?
Pertama, Mengenalkan anak dengan warisan nilai-nilai budaya. Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Mestinya punya nilai-nilai religius yang kuat membentengi diri dari derasnya arus informasi luar yang masuk di ruang maya. Nilai-nilai lokal sebagai kearifan Islam tradisional seperti melakukan solat berjamaah lima waktu di masjid perlu dijaga bersama. Kumandang adzan 5 waktu perlu dikenalkan pada anak-anak dan remaja dan orang tua agar kembali meramaikan masjid sebagai pusat peradaban masyarakat. Jangan biarkan anak-anak menjadi budak nafsu dan menghalangi untuk ta'at kepada Allah SWT. Sadarkan bahwa dunia seperti harta, benda, hp, kesenangan adalah sarana untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Jika anak-anak sudah mendekat kepada Allah SWT, maka rahmat dan kasih sayang Maha Rahman akan menjaga dan melindungi anak-anak untuk tidak merusak dirinya dengan sia-sia.
Kedua, Mulailah mengamalkan nilai-nilai dari rumah yang dipegang teguh oleh keluarga. Anak perlu dilibatkan dalam dialog dan diskusi yang panjang dengan orang tua tentang nilai-nilai keluarga. Nilai memuliakan orang tua perlu dilatihkan pada anak setiap waktu. Nilai hormat dan bersikap sopan santun perlu dipraktikkan oleh orang tua dan anak. Relasi yang baik antara orang tua dan anak menjadikan hubungan yang hangat. Anak tetap memegang teguh adat ketimuran yang bersikap dan berbicara sopan pada orang tua, tidak membantah orang tua, tidak mempermalukan keluarga, dan tidak melakukan hal-hal yang merusak nama baik keluarga. Orang tua juga terus belajar cara efektif mendidik anak sesuai zamannya. Orang tua perlu berempati dan kasih sayang pada buah hatinya.Rasa belas kasih akan tumbuh pada anak dengan mencontoh orang tua. Hal tersebut akan menjadi kendali bagi anak dalam bergaul di dunia maya untuk bersikap dan berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Anak perlu belajar "akhlakul karimah" budi pekerti yang mulia.
Ketiga, Bacalah al-Qur'an setiap hari. Butiran permata kebenaran dan keadilan terdapat nilai-nilai al-Qur'an. Anak-anak dan orang tua perlu membaca setiap hari agar memperoleh petunjuk dan cahaya dalam kebahagiaan lahir dan batin. luangkan waktu membaca setiap hari paling sedikit satu jam untuk membaca dan belajar al-Qur'an dan terjemahnya.
Ketiga, Waktu anak-anak dan remaja adalah belajar. Berikan kesempatan dan fasilitas serta sarana yang mendukung anak belajar. Hindari segala yang mengganggu anak dari gangguan malas. Ciptakan lingkungan kondusif dirumah. Mereka mencontoh untuk memanfaatkan waktu belajar, membaca buku dan belajar dari berbagai sumber dan pengalaman hidup. Memberikan kesenangan tanpa batas justru akan menjerumuskan anak pada penggunaan waktu luang yang sia-sia. Buatlah dan bangun mimpi dan cita-cita setinggi langit untuk bermanfaat bagi kemaslahatan dunia. Agar anak-anak punya motivasi yang tinggi mengubah dunia dalam kebaikan. Anak-anak yang punya mimpi besar dan cita-cita akan bergerak mewujudkan langkahnya dalam kebaikan.
Keempat, Doakan anak sepanjang waktu dalam kebaikan. Minta kepada Allah SWT agar anak-anak mendapatkan penjagaan yang terbaik dalam lindunganNYA. Semoga Anak-anak mendapat hidayah cahaya ilmu yang mampu menerangi hidup dengan banyak kebaikan. Aamiin YRA.
Wallahu a'lam bis sawab
Najlatun Naqiyah