Tuesday, April 19, 2005

Pesantren dan Perempuan

Setiap bulan April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini. Sosok Kartini, dulu, berkiprah sendirian di antara belenggu kolonial. Kartini memimpikan hidup penuh dengan nilai persamaan dan kesetaraan. Semangat itu kini masih relevan. Kita perlu Kartini baru yang mampu membangun jaringan dan aliansi gerakan senada.

***


Pesantren dan Perempuan

Oleh: Najlah Naqiyah


Setiap bulan April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini. Sosok Kartini, dulu, berkiprah sendirian di antara belenggu kolonial. Kartini memimpikan hidup penuh dengan nilai persamaan dan kesetaraan. Semangat itu kini masih relevan. Kita perlu Kartini baru yang mampu membangun jaringan dan aliansi gerakan senada.

Membaca ulang perjuangan Kartini sebagai refleksi gerakan menghantarkan pada refleksi perjuangan yang penuh semangat berkobar, semangat menyalakan cahaya di kegelapan. Seumpama ungkapan, semangat Kartini laksana api tak kunjung padam, sampai akhirnya jalan hidup makin terang benderang. Ini pemberi semangat untuk bertahan dari penindasan dan ketidak adilan, semangat untuk melawan penderitaan sistemik, semangat bangkit menatap hidup dengan khasanah keilmuan dan kearifan, semangat merebut kembali pencerahan dan kebahagiaan, untuk tetap eksis di tengah naiknya BBM dan penjajahan ekonomi global. Kartini adalah simbol perlawanan dominasi ekonomi kolonial yang berwajah global dan era pasar bebas. Karena kecepatan laju informasi menjadikan orang berpikir “instant”, ingin serba cepat dan tanpa merenungkan dampak terhadap kemanusiaan. Dampak negatif inilah mendorong perempuan terkooptasi di bidang pekerjaan eksploitasi. Karena itu, tuntutan kehidupan semacam ini mengharuskan kaum perempuan berpikir mendalam, selalu menghayati kehidupan nan bijak dan terus mencapai kebaikan. Ini adalah jalan panjang yang mengarahkan perempuan pada pembentukan pribadi mandiri.

Slogan “Perempuan mandiri” adalah slogan besar Kartini. Yaitu, mandiri menentukan cita dan meraihnya, mandiri dari segala hal yang menghalangi tumbuh-kembang pribadi, mandiri seutuhnya dalam perjuangan terkini, berjuang menegakkan pergeseran nilai dari ketergantungan menjadi kemandirian. Ambil misal, seorang istri sekarang tidak hanya menggantungkan materi sepenuhnya pada suami, juga perempuan mulai bisa terlibat memperoleh akses ekonomi. Pada saat yang sama, mereka dituntut memikirkan dan mempersiapkan bagaimana mencegah kapal rumah tangga tidak ambruk. Serta mempersiapkan, bagaimana menghadapi kemungkinan terburuk jika harus menjadi orang tua tunggal, perceraian, atau salah satu pasangan hidupnya meninggal. Nilai-nilai tersebut telah mampu mengilhami para perempuan bangkit dan berjuang, melawan segala tiran kekerasan, kekerasan menimpa orang-orang yang terpojok atau dipojokkan. Kini para perempuan selayaknya menggeliat, membebaskan diri dari ketertundukan, keterpaksaan dan kemelaratan. Ketergantungan hanya membuat perempuan tidak bisa menentukan hidupnya sendiri. Ketergantungan akan menyebabkan dirinya dikuasai oleh orang lain. Mereka akan menjadi “budak” dari penguasanya.

Problema kekerasan pada era sekarang jauh lebih rumit. Godaan dan kemajuan semakin memperlebar gerak dan mempersempit kiprah perempuan. Kesempatan dan keterbatasan seolah menjadi dua pilihan yang menuntut perempuan mesti memutuskan, apakah ikut dalam perubahan atau tergilas oleh persaingan. Dimensi global mempersyaratkan perempuan dalam berperan meraih peluang. Peluang dan kesempatan ini mesti dicipta dan ditentukan oleh kiprah perempuan. Bagaimana caranya? Kiprah perempuan merupakan inisiatif dari kebangkitan jiwa dan jasmani. Kebangkitan melakukan hal berguna bagi diri dan masyarakat. Kebangkitan yang tidak mengorbankan diri sendiri tetapi memberikan nuansa keselamatan dan kebahagiaan bagi diri dan orang lain.

Kiprah perempuan merupakan partisipasi aktif nan bersikap kreatif. Aktif memperjuangkan hak-hak sipilnya yang masih terhambat. Aktif berpartisipasi mengurai dan menyelesaikan problema yang tengah dihadapi. Aktif mengurangi penderitaan yang mengitari laju kemajuan. Peran serta inilah yang menuntut kerja keras dan ketekunan yang tidak pernah habis. Untuk sampai pada tingkat kesadaran kritis perempuan perlu berbuat. Tidak saja untuk kepentingan dirinya, tetapi membuat situasi budaya yang memungkinkan adanya gerak bersama melawan belenggu.

Begitu juga perempuan dituntut untuk meningkatkan gerakan. Gerakan penghentian kekerasan perempuan. Gerakan menuntun kaum lemah menjadi berdaya.. Gerakan melanggamkan sosok yang diperhitungkan bukan sekedar penggenap hitungan. Dalam kondisi pergerakan begini, kenapa perempuan dituntut berjuang? Perjuangan keadilan adalah esensi hidup yang menggairahkan. Dan, mengapa perempuan mesti mengambil jalan keadilan dan membebaskan? Dengan perjuangan perempuan mampu mengalami dinamika kesadaran. Kejenuhan informasi tentang kekerasan perempuan dilembar-lembar sejarah telah memberikan dua pilihan bagi kita, maju begerak melawan tiran, atau masuk genggaman kekerasan. Sedangkan kekerasan memiliki bermacam pola dan tempatnya. Contoh, transaksi pada bisnis prostitusi, pengebiran peran dan mengeksploitasi tubuh, penyiksaan psikologis dan fisik terselubung di rumah tangga. Menghadapi dinamika kekerasan terhadap perempuan terus bermunculan dengan wajah baru, maka kiprah perempuan perlu diprakarsai. Bagaimana caranya?

Cara penghentikan kekerasan, dengan segala bentuknya, dicapai dengan merekonstruksi makna baru yang membawa pencerahan terhadap perempuan. Menggerakkan budaya berpikir pada wanita. Sementara ini budaya berpikir mendalam hanya terjadi dalam bahasa tulisan. Cara lain, memperbanyak karya-karya dari kajian pembebasan perempuan. Hasil-hasil kajian ini akan melahirkan makna baru. Pada gilirannya, hal ini akan menggeser budaya yang tengah dikooptasi oleh kapitalisme. Budaya-budaya merusak yang ditimbulkan oleh liberalisasi informasi mesti ditandingi dengan informasi baru bernalar rasional. Karena, dengan melahirkan karya yang ditulis dari analisis fikir yang tajam akan mampu meng-counter laju informasi yang mengeksploitasi jiwa dan tubuh perempuan. Cara lain lagi, mendorong perempuan untuk menghadapi resiko dari pilihan hidupnya. Perempuan yang telah mengambil sebuah jalan hidup harus terlatih bisa menerima tanggung jawab dan mengambil resiko untuk maju. Hanya pada perempuan berani lah kesempatan untuk bergerak kreatif menuju kemajuan dapat diperoleh. Mother Theresa adalah salah satu perempuan yang bisa dicontoh dalam kesiapannya mengambil resiko dari segala keputusan cerdas untuk mengabdikan dirinya demi kemanusiaan. Perempuan yang berani menghadapi resiko akan menuntun jalannya menjadi lebih maju. Keberanian dan dorongan perempuan untuk maju akan melapangkan jalan menuju kemandirian yang berarti.

Kiprah perempuan dalam masa sekarang ini adalah dengan meningkatkan peran domestik dan peran publik. Mengapa peran perempuan perlu ditingkatkan? Perempuan menghadapi tantangan serius sehubungan dengan meningkatnya aksi kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan tersebut bisa berupa kekerasan domestik (rumah tangga) dan kekerasan di wilayah publik. Kekerasan dalam rumah tangga dialami oleh perempuan seperti kasus perceraian, penganiayaan, eksploitasi, hingga pada taraf kerja ganda serta pemerkosaan. Sedangkan kekerasan perempuan di publik, diantaranya, terjadinya tenaga kerja illegal, perdagangan anak dan perempuan yang berkedok pencarian tenaga kerja wanita. Kekerasan-kekerasan ini kian hari kian marak dan memprihatinkan seiring kemiskinan dan kebodohan di satu sisi. Akibatnya, banyak korban perempuan miskin mengalami tindak kekerasan.

Membangun kesadaran tentang dunia perempuan ini diharapkan mampu dikembangkan di kalangan pesantren sehingga nantinya kita bersama-sama bisa berperan aktif dalam penanganan kekerasan terhadap perempuan. Kenapa pesantren? Karena pesantren adalah institusi yang paling dekat dengan kelompok masyarakat yang selama ini mengalami dampak-dampak negatif kekerasan tersebut. Pesantren diharapkan mampu memberikan perlakuan yang terbaik bagi anak-anak dan perempuan. Dan pesantren diharapkan mampu menggerakkan perempuan merebut peran publik baik di wilayah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sehingga unsur perempuan banyak dilibatkan dalam setiap pergerakan bangsa ini. Dan, perempuan mendapat kesempatan sama memperoleh akses ekonomi, sosial dan politik. Keterlibatan perempuan di ranah publik ini akan mempercepat pendidikan perempuan.