Wednesday, April 06, 2005

Membangun Kreativitas

Menjadi kreatif adalah sebuah keputusan diri. Yaitu, sebuah pilihan seseorang akan bertindak kreatif atau tidak. Pilihan untuk kreatif diumpamakan layaknya seorang investor yang baik, mereka membeli dengan harga rendah dan menjual setinggi-tingginya. Maksudnya apa?

***


Membangun Kreativitas

Oleh: Najlah Naqiyah


Menjadi kreatif adalah sebuah keputusan diri. Yaitu, sebuah pilihan seseorang akan bertindak kreatif atau tidak. Pilihan untuk kreatif diumpamakan layaknya seorang investor yang baik, mereka membeli dengan harga rendah dan menjual setinggi-tingginya. Tulisan ini mencoba menggambarkan asumsi di atas, yang kita sebut sebagai teori kreativitas. Menarik untuk dicermati, bahwa Sternberg mendiskripsikan 12 teknik yang dapat digunakan oleh guru dan konselor terhadap para siswa dan klien sekaligus.

Penanaman teori kreativitas

Sikap kreatif juga berlaku di dunia ide. Orang kreatif memunculkan banyak ide yang bernilai. Tidak semua ide kreatif terlihat cerdas, berisi keajaiban, bermuatan guna, tetapi tidak jarang ide-ide kreatif terlihat jelek, karenanya dianggap hina, dicurigai dan diolok-olok. Pada umumnya, ide kreatif sering ditolak karena bertentangan dengan keadaan yang sedang berlaku. Penolakan oleh masyarakat tersebut, barangkali, untuk memberi kerangka berpikir yang benar --benar menurut takaran mereka. Masyarakat pada umumnya merasa, bahwa ide kreatif melawan status-quo. Dan masyarakat seringkali mengabaikan ide inovatif. Semua ini adalah beberapa hambatan munculnya sikap kreatif dan inovatif. Karena itu, dalam upaya mengembangkan sikap kreatif kita perlu mengenali beberapa aral kreativitas. Ada berbagai jenis aral kreativitas (creativity blocks), yaitu hambatan bersifat internal, seperti aral pola pikir, paradigma, keyakinan, ketakutan, motivasional dan kebiasaan. Dan aral eksternal seperti hambatan sosial, organisasi dan kepemimpinan. Pendek kata, ide kreatif sering ditolak masyarakat (Sternberg and Lubart 1995a). Ada beberapa contoh menarik yang bisa kita simak, salah satunya, hasil kerja kreatif karya literatur dan sastra besar, “Toni Morrison Tar Baby” dan “Syslvi’a Plath The Bell Jar” pada awalnya ditanggapi negatif. Contoh lain, beberapa hasil penelitian keilmuan ditolak sebelum dipublikasikan di jurnal, seperti, John Gracia tentang perbedaan biopsikologis, yang sekarang dikenal dengan classicall conditioning, yang mashur dengan a single trial of learning-nya. (Gracia and Koelling 1966).

Ibarat seorang investor, seorang kreatif membeli dengan harga rendah, menghadirkan ide unik, lalu dijual dengan harga mahal, dan mencoba meyakinkan dan meningkatkan nilai harga tersebut dengan menanamkannya pada orang lain. Artinya, orang kreatif menjual tinggi sebuah ide pada orang yang dipengaruhinya. Selain itu, tipikal sifat kreatif adalah mendorong orang lain mencintai ide mereka. Tetapi pada umumnya, tanggapan terhadap ide biasanya bukanlah indikasi partikel kreatif tersebut.

Sikap kreatif juga dapat dibaca pada sikap dan kemampuan seseorang menghadapi hidup. Tendensi kreatif sering ditemukan pada anak-anak di bawah umur 7-8 tahun, tetapi sukar ditemui pada anak-anak di atas umur tersebut dan pada remaja. Pada umumnya, tendensi kreativitas menjadi berkurang karena tekanan sosial dan kompromi terhadap aturan intlektual.

Keseimbangan Kemampuan Sintetik, Analisis, dan Praktikal

Kerja kreatif akan berhasil jika menggunakan dan menyeimbangkan tiga kemampuan: sintetis, analisis dan praktikal. Ketiga hal ini bisa ditumbuh-kembangkan secara sadar dan terlatih. Kemampuan sintetik adalah kemampuan membangkitkan ide baru dan menarik. Seringkali seorang yang kreatif memiliki unsur berpikir sintetis yang bagus, mampu menghubungkan antara sesuatu hal dengan lainnya secara spontan. Sementara itu, kemampuan analisis adalah cara berpikir kritis, memiliki keterampilan analisis dan evaluasi ide. Orang kreatif memiliki kemampuan menganalisa pada peristiwa baik atau peristiwa buruk. Dengan mengembangkan kemampuan analisis ini, memungkinkan mereka merubah ide jelek menjadi baik. Sedangkan kemampuan praktikal ialah kemampuan menerjemahkan teori kedalam praktek, dan merubah ide-ide abstrak ke arah kecakapan praktikal. Adapun implikasi penanaman teori kreatif --dengan disertai tiga kemampuan di atas-- yaitu, kemampuan meyakinkan orang lain bahwa ide-idenya bisa diterapkan. Namun kendalanya, seringkali kita temukan, seseorang memiliki ide sangat bagus, tetapi tidak bisa menjualnya.

12 Langkah menuju kreatif

1- Mendefinisikan kembali problem yang dihadapi. Secara esensi cara ini bisa dimaknai sebagai pelepasan seseorang dari belenggu pikirannya. Proses ini adalah bagian dari sintetis berpikir kreatif.

2- Bertanya dan menganalisa asumsi. Orang kreatif mempertanyakan asumsi dan cepat menggerakkan orang lain melakukan hal yang sama. Mempertanyakan asumsi adalah bagian dari kreativitas berpikir analisis.

3- Menjual ide. Murid-murid dilatih bagaimana mempengaruhi orang lain melalui gagasan-gagasan mereka. Menjual gagasan adalah bagian dari aspek praktikal berpikir kreatif.

4- Mendorong menghasilkan ide. Orang kreatif mampu mendemonstrasikan gaya berpikir seorang legislatif. Seorang legislatif suka menghasilkan ide. Siswa butuh banyak pengetahuan agar ide yang muncul lebih baik. Guru dan murid harus bersama-sama mengidentifikasi dan mengenali aspek kreatif dari ide yang dihadirkan.

5- Mengenali dua arah perolehan pengetahuan. Murid-murid dikenalkan pada proses belajar dua arah, berpusat pada guru dan belajar dari diri mereka sendiri.

6- Mendorong siswa mengidentifikasi rintangan dan mengatasinya. Siswa perlu tahu bahwa proses kreativitas berlangsung lama, agar nilai atau ide kreatif bisa dikenal dan dihargai.

7- Mendorong berpikir sehat dan berani mengambil resiko. Apakah kesulitan, rintangan dan resiko harus dihindari? Tidak. Pertanyaan dan jawaban ini harus ditanamkan secara kuat pada jiwa murid, agar sadar tentang semua resiko yang akan dihadapi dari setiap pengambilan keputusan. Inilah bentuk berpikir sehat. Dan, itulah harga kerja kreatif

8- Mendorong toleransi ambigu. Menyadari adanya kodrat hitam dan putih. Demikian pula, pemikiran dan perbuatan mempunyai dua dimensi, baik-buruk.

9- Membantu siswa membangun keyakinan meraih sukses (self-efficacy). Semua siswa pada dasarnya mempunyai kemampuan berkreasi atas pengalaman-pengalamannya. Berada di kelompok yang menyenangkan, misalnya, mendorong siswa mampu memunculkan sesuatu yang baru. Oleh sebab itu, cara pertama adalah memberi suasana kondusif pada siswa untuk bisa kreatif.

10- Membantu siswa menemukan cinta pada perbuatannya. Siswa disadarkan pentingnya mencintai apa yang sedang dikerjakan. Hal ini mendorong siswa menampilkan kerja yang bagus, fokus dan penuh dedikasi.

11- Mengajarkan siswa pentingnya menunda kepuasaan. Siswa harus ditanam kesadaran pentingnya kita mengerjakan suatu proyek dalam jangka waktu lama, tanpa berharap cepat-cepat mendapatkan hasil.

12- Memelihara lingkungan agar tetap kreatif. Suasana kelas hendaknya dikondisikan untuk tetap terjaga kreativitasnya. Dengan demikian siswa akan terdorong untuk selalu kreatif.

Implikasi bagi Konselor

Tugas konselor adalah memberi bantuan layanan sehingga klien mampu memecahkan persoalannya sendiri. 12 langkah Sternberg di atas sangat relevan dalam seting konseling, yaitu
(1) mendefinisikan masalah klien,
(2) menganalisa masalah dengan teknik bertanya,
(3) tidak memaksakan klien dan menjaga kode etik konselor
(4) mendorong klien mengasilkan ide pemecahan masalah,
(5) mendorong klien mengidentifikasi dan mengatasi masalahnya
(7) mendorong berpikir sehat, yaitu berani mengambil resiko,
(8) menanamkan toleransi ambigu, (9) menanamkan keyakinan bahwa klien mampu meraih sukses,
(10) mendorong klien mencintai keputusannya,
(11) menanamkan kesadaran tentang pentingnya menunda kepuasan,
(12) memelihara lingkungan kreatif.

Bagaimana penerapannya pada individu? Sikap terbuka, keberanian mencoba, suka tantangan, variatif, dan memanjakan imajinasi, membuat seseorang selalu bergairah pada apa yang dikerjakannya. Mereka menikmati aliran energi kreatif sehingga nampak begitu terfokus, tak kenal lelah, hampir lupa waktu, dan enggan diganggu jika berada dalam zona kreatifnya. Kebiasaan orang-orang kreatif adalah menikmati dinamika masalah atau selalu mengalahkan tantangan yang dihadapi dengan antusias dan optimis. Mereka kaya gagasan, dan produktif dalam pekerjaannya. Sebab itu, orang-orang kreatif cenderung menikmati humor, bahkan memanfaatkannya sebagai metode-metode khusus dalam memecahkan masalah. Tak sedikit dari mereka adalah penikmat, bahkan produsen humor yang hebat. Satu hal yang hendaknya selalu diingat, bahwa pengembangan kreativitas adalah proses sepanjang masa. Pengembangan kreativitas tidak berhenti pada tingkat sekolah tinggi atau universitas, tetapi proses seumur hidup.
wallahu a'lam bi al-showab.

3 comments:

Anonymous said...

Hidup tidak semudah membalikan tangam kata orang bijak, apalagi berbicara realitas, bahaw teori semakin mengasingkan dan membuat kita minder. hanya kekuatan pribadi yg memilah dan memilih sesuai dengan pengalaman, persoalanya adalah bukan berani mengawali, tetapi pada persoalan inputan yg standart dengan segala keterbatsan. inilah mungkin persoalan -persoalan sebelum bagaimana mana ide itu muncul atau ada.

Unknown said...

Tulisan yang bagus...

yanmaneee said...

golden goose
christian louboutin shoes
curry 5
hogan outlet online
christian louboutin outlet
longchamp handbags
balenciaga
hermes handbags bag
yeezy boost
yeezy shoes